Sinopsis Drama Korea Temptation of an Angel Episode 4 Part 2
Yeon Jae menghibur Hyun Min yang sedih karena Hyun Woo. Ia memasang tampang jelek yang sukses membuat Hyun Min tertawa. Tepat saat itu, Ah Ran datang dan tidak suka melihat kedekatan Hyun Min dan Yeon Jae. Hyun Min pun bicara dengan Ah Ran.
"Kau pasti kecewa kan? Seharusnya aku datang sendiri saja. Kenapa aku malah menelponmu dan memberitahumu." ucap Hyun Min.
"Kenapa kau bicara begitu? Kondisi suamiku sendiri, aku harus tahu. Saat aku mendengar kabar suamiku telah sadar, itu adalah saat2 yang paling membahagiakan untukku." jawab Ah Ran.
Ah Ran lalu membicarakan Yeon Jae. Lebih tepatnya sih menjelek2an Yeon Jae. Ia berkata sengaja memberi perhatian khusus pada Yeon Jae karena Yeon Jae adalah karyawan di toko Hyun Min.
"Dia hanya menandatangani produk2 yang keluar. Tapi tidak pernah memastikan uangnya." ucap Ah Ran.
"Yeon Jae bukan orang seperti itu." bela Hyun Min.
"Dia bahkan mengatakan pada peserta yang lain kalau dia memiliki hubungan khusus denganmu." tambah Ah Ran lagi.
Hyun Min terpancing dan langsung mencari Yeon Jae. Ah Ran pun tersenyum senang.
"Apa kau mencurigaiku? Aku benar2 tidak tahu" sangkal Yeon Jae.
"Tapi mereka mengatakan kau lah yang menandatanganinya. Tidak ada alasan mereka berbohong soal ini." jawab Hyun Min.
"Seandainya saja aku bisa membelah dadaku dan menunjukkannya padamu agar kau percaya. Siapa yang mengatakan itu padamu? Apa kakak iparmu?"
"Sebaiknya kau jujur saja."
"Tidak ada hal seperti itu!"
Yeon Jae pun beranjak pergi. Ah Ran hendak masuk ke mobilnya sambil membaca koran. Tiba2, Yeon Jae datang dan menjambak rambutnya. Ah Ran berteriak kesakitan. Ia langsung menatap tajam Yeon Jae.
"Dasar penyihir! Baiklah, aku akan memberimu kesempatan. Cepat pergi dan katakan pada adik iparmu kalau kau berbohong! Katakan padanya aku tidak mencuri uang itu!" ucap Yeon Jae.
"Semua orang melihat kita. Kenapa kau melakukannya di depan toko?" jawab Ah Ran panik.
"Aku tidak tahu apa yang kau takutkan tapi tidak ada bagiku yang harus kutakutkan. Apa yang kau takutkan sehingga kau menuduhku sebagai pencuri. Apa suami yang sangat mencintaimu itu tahu hal ini?" ucap Yeon Jae.
"Apa sekarang kau sedang mengancamku?" tanya Ah Ran.
"Ini pekerjaan dimana aku bekerja keras untuk mendapatkannya! Ini semangkok nasiku juga! Dan kau ingin menghancurkannya!" jawab Yeon Jae.
"Itulah kenapa aku memperingatkanmu untuk keluar dan tidak muncul lagi di hadapanku." ucap Ah Ran.
"Itu kesalahanmu. Ulat yang kau injak pasti bisa menghancurkanmu. Kau yatim piatu. Keluargamu miskin dan kau putus sekolah. Orang2 pasti akan penasaran dengan hal ini. Haruskah aku memberitahu mereka?" ancam Yeon Jae.
Air muka Ah Ran pun langsung berubah. Ia marah dan hendak menampar Yeon Jae. Tapi Yeon Jae langsung mencengkram tangan Ah Ran sebelum Ah Ran menamparnya.
"Apa kau tidak tahu adik iparmu pergi ke SMA kita? Dia melihat buku tahunan kita." jawab Yeon Jae.
Ah Ran pun kaget, apa! Kapan!
"Aku tidak tahu itu keberuntungan atau tidak? Dia tidak menemukan apapun tentangmu disana. Kau berhenti sekolah dan itulah kenapa tidak ada fotomu di sana." ucap Yeon Jae.
Yeon Jae juga bertanya sampai berapa lama Ah Ran dapat merahasiakan hal itu?
"Kau ingat saat aku mengambil foto ini saat kita masih sekolah?" tanya Yeon Jae sambil memperlihatkan foto mereka berdua mengenakan seragam SMA.
Ah Ran pun kaget. Ia ingin merebut foto itu, namun tidak berhasil.
"Jika kau bersikeras menyuruhku keluar, aku bisa menarikmu ikut denganku." ancam Yeon Jae.
Jae Hee sedang mengobati luka Hyun Woo akibat disiram air panas oleh Ah Ran. Jae Hee meminta Hyun Woo hanya mempercayai kata2nya.
"Jika kau mempercayaiku, anggukkan kepalamu. Jika kau tidak mempercayaiku, gerakkan lenganmu." ucap Jae Hee.
Hyun Woo pun menganggukkan kepalanya tanpa ia mempercayai Jae Hee. Jae Hee lalu memperkenalkan dirinya. Ia berkata dulu Hyun Woo sering memanggilnya lentera kecil. Hyun Woo menganggukkan kepalanya. Jae Hee pun senang karena Hyun Woo mengingatnya. Jae Hee lalu berkata lagi kalau ia adalah lulusan akademi keperawatan yang dibantu oleh Hyun Woo. Hyun Woo pun mengangguk.
"Paman, sekarang kau dalam bahaya. Aku tidak tahu kenapa tapi istri paman tidak mau melihat paman sadar." ucap Jae Hee lagi.
Hyun Woo lantas ingin mengatakan sesuatu. Jae Hee pun mendekatkan kupingya ke mulut Hyun Woo dan meminta Hyun Woo mengatakannya pelan2. Namun Hyun Woo masih terlalu berat untuk berbicara.
"Apa kau ingin aku memberitahu keluargamu yang lain?" tebak Jae Hee.
Hyun Woo pun mengangguk.
"Itu akan sedikit susah. Ponselku disita oleh mereka. Kalau istrimu tahu kau sudah sadar, dia tidak akan membiarkanku pergi. Kita harus mengecoh mereka dulu. Jika keadaan sudah aman, aku akan melakukan apapun untuk menolongmu. Kau harus kuat." jawab Jae Hee.
Sementara Ah Ran di kamarnya sedang gelisah. Ia gelisah karena ancaman Yeon Jae.
Keesokan harinya.... Hyun Woo duduk di ranjangnya dengan wajah marah. Ia ingat semua kata2 Ah Ran. Ah Ran berkata walaupun ia bangun, ia tidak bisa melakukan apapun karena stempelnya dan stempel ayahnya berada di tangan Ah Ran.
Tak lama, Jae Hee pun datang membawa makanan. Ia senang melihat Hyun Woo yang mulai bisa bangun sendiri. Hyun Woo lalu menunjuk ke arah sendalnya. Jae Hee pun mengambilkan sendal Hyun Woo dan bertanya Hyun Woo mau pergi ke mana.
"Ru... ru..." Hyun Woo berkata dengan susah payah.
"Rumah? Kau ingin pulang ke rumah?" tanya Jae Hee.
Hyun Woo pun mengangguk.
"Kondisimu belum memungkinkan. Bagaimana jika istrimu menemukanmu?" larang Jae Hee.
Tapi Hyun Woo tetap bersikeras untuk pulang. Jae Hee pun bertanya apa ada sesuatu yang penting yang membuat Hyun Woo bersikeras ingin pulang. Hyun Woo pun langsung tertegun dan menatap Jae Hee. Jae Hee lantas mengambilkan kertas dan pulpen.
"Kau bisa menulisnya." suruh Jae Hee.
Dengan susah payah, Hyun Woo menuliskan kata stempel.
"Stempel? Kau membutuhkan stempelmu?" tanya Jae Hee.
Hyun Woo mengangguk. Ia juga menuliskan password pintu rumahnya. Jae Hee pun mulai berpikir. Sementara itu, Ah Ran mengajak Yeon Jae bertemu. Mereka bertemu di pinggir danau. Ah Ran mencoba membujuk Yeon Jae dengan mengatakan kisah sedihnya.
"Bibiku selalu memukulku dengan tongkat. Aku selalu makan makanan sisa. Aku selalu dimarahi oleh sepupuku. Itulah hidupku. Kenapa aku putus sekolah, apa kau tahu? Karena bibiku menyuruhku menikah dengan pria berumur 40 tahun. Aku bertahan demi adikku. Kalau bukan karena adikku, aku sudah mati." ucap Ah Ran.
Sekarang Ah Ran berkaca2. Ia lalu berlutut dan memohon pada Yeon Jae.
"Sekarang aku sudah menikah. Baru sekarang aku bisa merasakan hidup bahagia, tapi suamiku tiba2 kecelakaan dan mengalami koma." ucap Ah Ran lagi.
"Aku mau menjaga rahasiamu tapi kenapa kau memaksaku! Kenapa!"
"Karena aku takut! Jika rahasiaku terbongkar, aku akan sendiri lagi. Aku tidak mau sendiri lagi."
Yeon Jae pun luluh dan memeluk Ah Ra erat2. Ah Ran pun senang karena berhasil membujuk Yeon Jae.
Sementara itu, Jae Hee mengendap2 masuk ke rumah Hyun Woo. Ia berhasil menyelinap masuk ke kamar Hyun Woo. Setelah menemukan stempel Hyun Woo, ia bergegas pergi. Namun tanpa ia sadari, ia berpapasan dengan Hyun Ji.
"Bukankah itu Suster Yoon? Mau apa dia kemari?" ucap Hyun Ji heran.
Ah Ran sedang bersama Joo Seung. Joo Seung memberikan sebuah berkas pada Ah Ran. Sepertinya itu berkas pengalihan perusahaan.
"Karena Hyun Woo masih sakit dan tidak bisa untuk menulis, jadi aku menulisnya dengan komputer. Kau hanya perlu mendapatkan cap Hyun Woo." ucap Joo Seung.
Tanpa mereka sadari, stempel itu kini sudah ada di tangan Hyun Woo. Hyun Woo mengucapkan terima kasih pada Jae Hee yang sudah membantunya. Jae Hee pun berkata Hyun Woo tidak perlu berterima kasih padanya.
"Ini adalah saatnya aku membalas semua kebaikanmu padaku." ucap Jae Hee.
Hyun Woo lalu meminta Jae Hee mengantarnya ke ruang bawah tanah. Ternyata di sana ada peralatan untuk nge-gym. Jae Hee pun bertanya apa Hyun Woo ingin berolahraga? Jae Hee juga berkata akan sedikit sulit untuk Hyun Woo melakukannya. Tapi Hyun Woo tidak peduli.
Dengan susah payah, Hyun Woo berusaha untuk berjalan. Ia bahkan melarang Jae Hee membantunya. Hyun Woo bertekad, harus bisa berjalan sebelum keluarganya masuk lebih jauh ke perangkap Ah Ran. Ia mau melindungi keluarganya.
Ah Ran baru saja kembali ke kamarnya. Ia pun terkejut karena tidak menemukan stempel Hyun Woo. Melihat boneka di meja berantakan, ia sadar seseorang telah mengambil stempel itu.
Ah Ran lalu menanyakan hal itu pada Hyun Ji. Apa ada seseorang yang masuk ke rumah?
Hyun Ji pun berkata ia melihat Jae Hee saat hendak pulang ke rumah. Ah Ran pun kaget.
Ah Ran pun langsung menuju ke villa. Dalam perjalanan, ia menelpon Joo Seung dan memberitahu Joo Seung bahwa Jae Hee mengambil stempel itu. Namun Joo Seung tidak percaya Jae Hee mengambilnya.
Sementara itu, Hyun Woo masih latihan berjalan.
Ah Ran akhirnya tiba di villa. Ia mengendap2 masuk ke dalam villa. Begitu masuk ke kamar, ia terkejut karena tidak menemukan Hyun Woo di sana.
Bersambung
Yeon Jae menghibur Hyun Min yang sedih karena Hyun Woo. Ia memasang tampang jelek yang sukses membuat Hyun Min tertawa. Tepat saat itu, Ah Ran datang dan tidak suka melihat kedekatan Hyun Min dan Yeon Jae. Hyun Min pun bicara dengan Ah Ran.
"Kau pasti kecewa kan? Seharusnya aku datang sendiri saja. Kenapa aku malah menelponmu dan memberitahumu." ucap Hyun Min.
"Kenapa kau bicara begitu? Kondisi suamiku sendiri, aku harus tahu. Saat aku mendengar kabar suamiku telah sadar, itu adalah saat2 yang paling membahagiakan untukku." jawab Ah Ran.
Ah Ran lalu membicarakan Yeon Jae. Lebih tepatnya sih menjelek2an Yeon Jae. Ia berkata sengaja memberi perhatian khusus pada Yeon Jae karena Yeon Jae adalah karyawan di toko Hyun Min.
"Dia hanya menandatangani produk2 yang keluar. Tapi tidak pernah memastikan uangnya." ucap Ah Ran.
"Yeon Jae bukan orang seperti itu." bela Hyun Min.
"Dia bahkan mengatakan pada peserta yang lain kalau dia memiliki hubungan khusus denganmu." tambah Ah Ran lagi.
Hyun Min terpancing dan langsung mencari Yeon Jae. Ah Ran pun tersenyum senang.
"Apa kau mencurigaiku? Aku benar2 tidak tahu" sangkal Yeon Jae.
"Tapi mereka mengatakan kau lah yang menandatanganinya. Tidak ada alasan mereka berbohong soal ini." jawab Hyun Min.
"Seandainya saja aku bisa membelah dadaku dan menunjukkannya padamu agar kau percaya. Siapa yang mengatakan itu padamu? Apa kakak iparmu?"
"Sebaiknya kau jujur saja."
"Tidak ada hal seperti itu!"
Yeon Jae pun beranjak pergi. Ah Ran hendak masuk ke mobilnya sambil membaca koran. Tiba2, Yeon Jae datang dan menjambak rambutnya. Ah Ran berteriak kesakitan. Ia langsung menatap tajam Yeon Jae.
"Dasar penyihir! Baiklah, aku akan memberimu kesempatan. Cepat pergi dan katakan pada adik iparmu kalau kau berbohong! Katakan padanya aku tidak mencuri uang itu!" ucap Yeon Jae.
"Semua orang melihat kita. Kenapa kau melakukannya di depan toko?" jawab Ah Ran panik.
"Aku tidak tahu apa yang kau takutkan tapi tidak ada bagiku yang harus kutakutkan. Apa yang kau takutkan sehingga kau menuduhku sebagai pencuri. Apa suami yang sangat mencintaimu itu tahu hal ini?" ucap Yeon Jae.
"Apa sekarang kau sedang mengancamku?" tanya Ah Ran.
"Ini pekerjaan dimana aku bekerja keras untuk mendapatkannya! Ini semangkok nasiku juga! Dan kau ingin menghancurkannya!" jawab Yeon Jae.
"Itulah kenapa aku memperingatkanmu untuk keluar dan tidak muncul lagi di hadapanku." ucap Ah Ran.
"Itu kesalahanmu. Ulat yang kau injak pasti bisa menghancurkanmu. Kau yatim piatu. Keluargamu miskin dan kau putus sekolah. Orang2 pasti akan penasaran dengan hal ini. Haruskah aku memberitahu mereka?" ancam Yeon Jae.
Air muka Ah Ran pun langsung berubah. Ia marah dan hendak menampar Yeon Jae. Tapi Yeon Jae langsung mencengkram tangan Ah Ran sebelum Ah Ran menamparnya.
"Apa kau tidak tahu adik iparmu pergi ke SMA kita? Dia melihat buku tahunan kita." jawab Yeon Jae.
Ah Ran pun kaget, apa! Kapan!
"Aku tidak tahu itu keberuntungan atau tidak? Dia tidak menemukan apapun tentangmu disana. Kau berhenti sekolah dan itulah kenapa tidak ada fotomu di sana." ucap Yeon Jae.
Yeon Jae juga bertanya sampai berapa lama Ah Ran dapat merahasiakan hal itu?
"Kau ingat saat aku mengambil foto ini saat kita masih sekolah?" tanya Yeon Jae sambil memperlihatkan foto mereka berdua mengenakan seragam SMA.
Ah Ran pun kaget. Ia ingin merebut foto itu, namun tidak berhasil.
"Jika kau bersikeras menyuruhku keluar, aku bisa menarikmu ikut denganku." ancam Yeon Jae.
Jae Hee sedang mengobati luka Hyun Woo akibat disiram air panas oleh Ah Ran. Jae Hee meminta Hyun Woo hanya mempercayai kata2nya.
"Jika kau mempercayaiku, anggukkan kepalamu. Jika kau tidak mempercayaiku, gerakkan lenganmu." ucap Jae Hee.
Hyun Woo pun menganggukkan kepalanya tanpa ia mempercayai Jae Hee. Jae Hee lalu memperkenalkan dirinya. Ia berkata dulu Hyun Woo sering memanggilnya lentera kecil. Hyun Woo menganggukkan kepalanya. Jae Hee pun senang karena Hyun Woo mengingatnya. Jae Hee lalu berkata lagi kalau ia adalah lulusan akademi keperawatan yang dibantu oleh Hyun Woo. Hyun Woo pun mengangguk.
"Paman, sekarang kau dalam bahaya. Aku tidak tahu kenapa tapi istri paman tidak mau melihat paman sadar." ucap Jae Hee lagi.
Hyun Woo lantas ingin mengatakan sesuatu. Jae Hee pun mendekatkan kupingya ke mulut Hyun Woo dan meminta Hyun Woo mengatakannya pelan2. Namun Hyun Woo masih terlalu berat untuk berbicara.
"Apa kau ingin aku memberitahu keluargamu yang lain?" tebak Jae Hee.
Hyun Woo pun mengangguk.
"Itu akan sedikit susah. Ponselku disita oleh mereka. Kalau istrimu tahu kau sudah sadar, dia tidak akan membiarkanku pergi. Kita harus mengecoh mereka dulu. Jika keadaan sudah aman, aku akan melakukan apapun untuk menolongmu. Kau harus kuat." jawab Jae Hee.
Sementara Ah Ran di kamarnya sedang gelisah. Ia gelisah karena ancaman Yeon Jae.
Keesokan harinya.... Hyun Woo duduk di ranjangnya dengan wajah marah. Ia ingat semua kata2 Ah Ran. Ah Ran berkata walaupun ia bangun, ia tidak bisa melakukan apapun karena stempelnya dan stempel ayahnya berada di tangan Ah Ran.
Tak lama, Jae Hee pun datang membawa makanan. Ia senang melihat Hyun Woo yang mulai bisa bangun sendiri. Hyun Woo lalu menunjuk ke arah sendalnya. Jae Hee pun mengambilkan sendal Hyun Woo dan bertanya Hyun Woo mau pergi ke mana.
"Ru... ru..." Hyun Woo berkata dengan susah payah.
"Rumah? Kau ingin pulang ke rumah?" tanya Jae Hee.
Hyun Woo pun mengangguk.
"Kondisimu belum memungkinkan. Bagaimana jika istrimu menemukanmu?" larang Jae Hee.
Tapi Hyun Woo tetap bersikeras untuk pulang. Jae Hee pun bertanya apa ada sesuatu yang penting yang membuat Hyun Woo bersikeras ingin pulang. Hyun Woo pun langsung tertegun dan menatap Jae Hee. Jae Hee lantas mengambilkan kertas dan pulpen.
"Kau bisa menulisnya." suruh Jae Hee.
Dengan susah payah, Hyun Woo menuliskan kata stempel.
"Stempel? Kau membutuhkan stempelmu?" tanya Jae Hee.
Hyun Woo mengangguk. Ia juga menuliskan password pintu rumahnya. Jae Hee pun mulai berpikir. Sementara itu, Ah Ran mengajak Yeon Jae bertemu. Mereka bertemu di pinggir danau. Ah Ran mencoba membujuk Yeon Jae dengan mengatakan kisah sedihnya.
"Bibiku selalu memukulku dengan tongkat. Aku selalu makan makanan sisa. Aku selalu dimarahi oleh sepupuku. Itulah hidupku. Kenapa aku putus sekolah, apa kau tahu? Karena bibiku menyuruhku menikah dengan pria berumur 40 tahun. Aku bertahan demi adikku. Kalau bukan karena adikku, aku sudah mati." ucap Ah Ran.
Sekarang Ah Ran berkaca2. Ia lalu berlutut dan memohon pada Yeon Jae.
"Sekarang aku sudah menikah. Baru sekarang aku bisa merasakan hidup bahagia, tapi suamiku tiba2 kecelakaan dan mengalami koma." ucap Ah Ran lagi.
"Aku mau menjaga rahasiamu tapi kenapa kau memaksaku! Kenapa!"
"Karena aku takut! Jika rahasiaku terbongkar, aku akan sendiri lagi. Aku tidak mau sendiri lagi."
Yeon Jae pun luluh dan memeluk Ah Ra erat2. Ah Ran pun senang karena berhasil membujuk Yeon Jae.
Sementara itu, Jae Hee mengendap2 masuk ke rumah Hyun Woo. Ia berhasil menyelinap masuk ke kamar Hyun Woo. Setelah menemukan stempel Hyun Woo, ia bergegas pergi. Namun tanpa ia sadari, ia berpapasan dengan Hyun Ji.
"Bukankah itu Suster Yoon? Mau apa dia kemari?" ucap Hyun Ji heran.
Ah Ran sedang bersama Joo Seung. Joo Seung memberikan sebuah berkas pada Ah Ran. Sepertinya itu berkas pengalihan perusahaan.
"Karena Hyun Woo masih sakit dan tidak bisa untuk menulis, jadi aku menulisnya dengan komputer. Kau hanya perlu mendapatkan cap Hyun Woo." ucap Joo Seung.
Tanpa mereka sadari, stempel itu kini sudah ada di tangan Hyun Woo. Hyun Woo mengucapkan terima kasih pada Jae Hee yang sudah membantunya. Jae Hee pun berkata Hyun Woo tidak perlu berterima kasih padanya.
"Ini adalah saatnya aku membalas semua kebaikanmu padaku." ucap Jae Hee.
Hyun Woo lalu meminta Jae Hee mengantarnya ke ruang bawah tanah. Ternyata di sana ada peralatan untuk nge-gym. Jae Hee pun bertanya apa Hyun Woo ingin berolahraga? Jae Hee juga berkata akan sedikit sulit untuk Hyun Woo melakukannya. Tapi Hyun Woo tidak peduli.
Dengan susah payah, Hyun Woo berusaha untuk berjalan. Ia bahkan melarang Jae Hee membantunya. Hyun Woo bertekad, harus bisa berjalan sebelum keluarganya masuk lebih jauh ke perangkap Ah Ran. Ia mau melindungi keluarganya.
Ah Ran baru saja kembali ke kamarnya. Ia pun terkejut karena tidak menemukan stempel Hyun Woo. Melihat boneka di meja berantakan, ia sadar seseorang telah mengambil stempel itu.
Ah Ran lalu menanyakan hal itu pada Hyun Ji. Apa ada seseorang yang masuk ke rumah?
Hyun Ji pun berkata ia melihat Jae Hee saat hendak pulang ke rumah. Ah Ran pun kaget.
Ah Ran pun langsung menuju ke villa. Dalam perjalanan, ia menelpon Joo Seung dan memberitahu Joo Seung bahwa Jae Hee mengambil stempel itu. Namun Joo Seung tidak percaya Jae Hee mengambilnya.
Sementara itu, Hyun Woo masih latihan berjalan.
Ah Ran akhirnya tiba di villa. Ia mengendap2 masuk ke dalam villa. Begitu masuk ke kamar, ia terkejut karena tidak menemukan Hyun Woo di sana.
Bersambung
Yeon Jae menghibur Hyun Min yang sedih karena Hyun Woo. Ia memasang tampang jelek yang sukses membuat Hyun Min tertawa. Tepat saat itu, Ah Ran datang dan tidak suka melihat kedekatan Hyun Min dan Yeon Jae. Hyun Min pun bicara dengan Ah Ran.
"Kau pasti kecewa kan? Seharusnya aku datang sendiri saja. Kenapa aku malah menelponmu dan memberitahumu." ucap Hyun Min.
"Kenapa kau bicara begitu? Kondisi suamiku sendiri, aku harus tahu. Saat aku mendengar kabar suamiku telah sadar, itu adalah saat2 yang paling membahagiakan untukku." jawab Ah Ran.
Ah Ran lalu membicarakan Yeon Jae. Lebih tepatnya sih menjelek2an Yeon Jae. Ia berkata sengaja memberi perhatian khusus pada Yeon Jae karena Yeon Jae adalah karyawan di toko Hyun Min.
"Dia hanya menandatangani produk2 yang keluar. Tapi tidak pernah memastikan uangnya." ucap Ah Ran.
"Yeon Jae bukan orang seperti itu." bela Hyun Min.
"Dia bahkan mengatakan pada peserta yang lain kalau dia memiliki hubungan khusus denganmu." tambah Ah Ran lagi.
Hyun Min terpancing dan langsung mencari Yeon Jae. Ah Ran pun tersenyum senang.
"Apa kau mencurigaiku? Aku benar2 tidak tahu" sangkal Yeon Jae.
"Tapi mereka mengatakan kau lah yang menandatanganinya. Tidak ada alasan mereka berbohong soal ini." jawab Hyun Min.
"Seandainya saja aku bisa membelah dadaku dan menunjukkannya padamu agar kau percaya. Siapa yang mengatakan itu padamu? Apa kakak iparmu?"
"Sebaiknya kau jujur saja."
"Tidak ada hal seperti itu!"
Yeon Jae pun beranjak pergi. Ah Ran hendak masuk ke mobilnya sambil membaca koran. Tiba2, Yeon Jae datang dan menjambak rambutnya. Ah Ran berteriak kesakitan. Ia langsung menatap tajam Yeon Jae.
"Dasar penyihir! Baiklah, aku akan memberimu kesempatan. Cepat pergi dan katakan pada adik iparmu kalau kau berbohong! Katakan padanya aku tidak mencuri uang itu!" ucap Yeon Jae.
"Semua orang melihat kita. Kenapa kau melakukannya di depan toko?" jawab Ah Ran panik.
"Aku tidak tahu apa yang kau takutkan tapi tidak ada bagiku yang harus kutakutkan. Apa yang kau takutkan sehingga kau menuduhku sebagai pencuri. Apa suami yang sangat mencintaimu itu tahu hal ini?" ucap Yeon Jae.
"Apa sekarang kau sedang mengancamku?" tanya Ah Ran.
"Ini pekerjaan dimana aku bekerja keras untuk mendapatkannya! Ini semangkok nasiku juga! Dan kau ingin menghancurkannya!" jawab Yeon Jae.
"Itulah kenapa aku memperingatkanmu untuk keluar dan tidak muncul lagi di hadapanku." ucap Ah Ran.
"Itu kesalahanmu. Ulat yang kau injak pasti bisa menghancurkanmu. Kau yatim piatu. Keluargamu miskin dan kau putus sekolah. Orang2 pasti akan penasaran dengan hal ini. Haruskah aku memberitahu mereka?" ancam Yeon Jae.
Air muka Ah Ran pun langsung berubah. Ia marah dan hendak menampar Yeon Jae. Tapi Yeon Jae langsung mencengkram tangan Ah Ran sebelum Ah Ran menamparnya.
"Apa kau tidak tahu adik iparmu pergi ke SMA kita? Dia melihat buku tahunan kita." jawab Yeon Jae.
Ah Ran pun kaget, apa! Kapan!
"Aku tidak tahu itu keberuntungan atau tidak? Dia tidak menemukan apapun tentangmu disana. Kau berhenti sekolah dan itulah kenapa tidak ada fotomu di sana." ucap Yeon Jae.
Yeon Jae juga bertanya sampai berapa lama Ah Ran dapat merahasiakan hal itu?
"Kau ingat saat aku mengambil foto ini saat kita masih sekolah?" tanya Yeon Jae sambil memperlihatkan foto mereka berdua mengenakan seragam SMA.
Ah Ran pun kaget. Ia ingin merebut foto itu, namun tidak berhasil.
"Jika kau bersikeras menyuruhku keluar, aku bisa menarikmu ikut denganku." ancam Yeon Jae.
Jae Hee sedang mengobati luka Hyun Woo akibat disiram air panas oleh Ah Ran. Jae Hee meminta Hyun Woo hanya mempercayai kata2nya.
"Jika kau mempercayaiku, anggukkan kepalamu. Jika kau tidak mempercayaiku, gerakkan lenganmu." ucap Jae Hee.
Hyun Woo pun menganggukkan kepalanya tanpa ia mempercayai Jae Hee. Jae Hee lalu memperkenalkan dirinya. Ia berkata dulu Hyun Woo sering memanggilnya lentera kecil. Hyun Woo menganggukkan kepalanya. Jae Hee pun senang karena Hyun Woo mengingatnya. Jae Hee lalu berkata lagi kalau ia adalah lulusan akademi keperawatan yang dibantu oleh Hyun Woo. Hyun Woo pun mengangguk.
"Paman, sekarang kau dalam bahaya. Aku tidak tahu kenapa tapi istri paman tidak mau melihat paman sadar." ucap Jae Hee lagi.
Hyun Woo lantas ingin mengatakan sesuatu. Jae Hee pun mendekatkan kupingya ke mulut Hyun Woo dan meminta Hyun Woo mengatakannya pelan2. Namun Hyun Woo masih terlalu berat untuk berbicara.
"Apa kau ingin aku memberitahu keluargamu yang lain?" tebak Jae Hee.
Hyun Woo pun mengangguk.
"Itu akan sedikit susah. Ponselku disita oleh mereka. Kalau istrimu tahu kau sudah sadar, dia tidak akan membiarkanku pergi. Kita harus mengecoh mereka dulu. Jika keadaan sudah aman, aku akan melakukan apapun untuk menolongmu. Kau harus kuat." jawab Jae Hee.
Sementara Ah Ran di kamarnya sedang gelisah. Ia gelisah karena ancaman Yeon Jae.
Keesokan harinya.... Hyun Woo duduk di ranjangnya dengan wajah marah. Ia ingat semua kata2 Ah Ran. Ah Ran berkata walaupun ia bangun, ia tidak bisa melakukan apapun karena stempelnya dan stempel ayahnya berada di tangan Ah Ran.
Tak lama, Jae Hee pun datang membawa makanan. Ia senang melihat Hyun Woo yang mulai bisa bangun sendiri. Hyun Woo lalu menunjuk ke arah sendalnya. Jae Hee pun mengambilkan sendal Hyun Woo dan bertanya Hyun Woo mau pergi ke mana.
"Ru... ru..." Hyun Woo berkata dengan susah payah.
"Rumah? Kau ingin pulang ke rumah?" tanya Jae Hee.
Hyun Woo pun mengangguk.
"Kondisimu belum memungkinkan. Bagaimana jika istrimu menemukanmu?" larang Jae Hee.
Tapi Hyun Woo tetap bersikeras untuk pulang. Jae Hee pun bertanya apa ada sesuatu yang penting yang membuat Hyun Woo bersikeras ingin pulang. Hyun Woo pun langsung tertegun dan menatap Jae Hee. Jae Hee lantas mengambilkan kertas dan pulpen.
"Kau bisa menulisnya." suruh Jae Hee.
Dengan susah payah, Hyun Woo menuliskan kata stempel.
"Stempel? Kau membutuhkan stempelmu?" tanya Jae Hee.
Hyun Woo mengangguk. Ia juga menuliskan password pintu rumahnya. Jae Hee pun mulai berpikir. Sementara itu, Ah Ran mengajak Yeon Jae bertemu. Mereka bertemu di pinggir danau. Ah Ran mencoba membujuk Yeon Jae dengan mengatakan kisah sedihnya.
"Bibiku selalu memukulku dengan tongkat. Aku selalu makan makanan sisa. Aku selalu dimarahi oleh sepupuku. Itulah hidupku. Kenapa aku putus sekolah, apa kau tahu? Karena bibiku menyuruhku menikah dengan pria berumur 40 tahun. Aku bertahan demi adikku. Kalau bukan karena adikku, aku sudah mati." ucap Ah Ran.
Sekarang Ah Ran berkaca2. Ia lalu berlutut dan memohon pada Yeon Jae.
"Sekarang aku sudah menikah. Baru sekarang aku bisa merasakan hidup bahagia, tapi suamiku tiba2 kecelakaan dan mengalami koma." ucap Ah Ran lagi.
"Aku mau menjaga rahasiamu tapi kenapa kau memaksaku! Kenapa!"
"Karena aku takut! Jika rahasiaku terbongkar, aku akan sendiri lagi. Aku tidak mau sendiri lagi."
Yeon Jae pun luluh dan memeluk Ah Ra erat2. Ah Ran pun senang karena berhasil membujuk Yeon Jae.
Sementara itu, Jae Hee mengendap2 masuk ke rumah Hyun Woo. Ia berhasil menyelinap masuk ke kamar Hyun Woo. Setelah menemukan stempel Hyun Woo, ia bergegas pergi. Namun tanpa ia sadari, ia berpapasan dengan Hyun Ji.
"Bukankah itu Suster Yoon? Mau apa dia kemari?" ucap Hyun Ji heran.
Ah Ran sedang bersama Joo Seung. Joo Seung memberikan sebuah berkas pada Ah Ran. Sepertinya itu berkas pengalihan perusahaan.
"Karena Hyun Woo masih sakit dan tidak bisa untuk menulis, jadi aku menulisnya dengan komputer. Kau hanya perlu mendapatkan cap Hyun Woo." ucap Joo Seung.
Tanpa mereka sadari, stempel itu kini sudah ada di tangan Hyun Woo. Hyun Woo mengucapkan terima kasih pada Jae Hee yang sudah membantunya. Jae Hee pun berkata Hyun Woo tidak perlu berterima kasih padanya.
"Ini adalah saatnya aku membalas semua kebaikanmu padaku." ucap Jae Hee.
Hyun Woo lalu meminta Jae Hee mengantarnya ke ruang bawah tanah. Ternyata di sana ada peralatan untuk nge-gym. Jae Hee pun bertanya apa Hyun Woo ingin berolahraga? Jae Hee juga berkata akan sedikit sulit untuk Hyun Woo melakukannya. Tapi Hyun Woo tidak peduli.
Dengan susah payah, Hyun Woo berusaha untuk berjalan. Ia bahkan melarang Jae Hee membantunya. Hyun Woo bertekad, harus bisa berjalan sebelum keluarganya masuk lebih jauh ke perangkap Ah Ran. Ia mau melindungi keluarganya.
Ah Ran baru saja kembali ke kamarnya. Ia pun terkejut karena tidak menemukan stempel Hyun Woo. Melihat boneka di meja berantakan, ia sadar seseorang telah mengambil stempel itu.
Ah Ran lalu menanyakan hal itu pada Hyun Ji. Apa ada seseorang yang masuk ke rumah?
Hyun Ji pun berkata ia melihat Jae Hee saat hendak pulang ke rumah. Ah Ran pun kaget.
Ah Ran pun langsung menuju ke villa. Dalam perjalanan, ia menelpon Joo Seung dan memberitahu Joo Seung bahwa Jae Hee mengambil stempel itu. Namun Joo Seung tidak percaya Jae Hee mengambilnya.
Sementara itu, Hyun Woo masih latihan berjalan.
Ah Ran akhirnya tiba di villa. Ia mengendap2 masuk ke dalam villa. Begitu masuk ke kamar, ia terkejut karena tidak menemukan Hyun Woo di sana.
Bersambung ke episode 5
Yeon Jae menghibur Hyun Min yang sedih karena Hyun Woo. Ia memasang tampang jelek yang sukses membuat Hyun Min tertawa. Tepat saat itu, Ah Ran datang dan tidak suka melihat kedekatan Hyun Min dan Yeon Jae. Hyun Min pun bicara dengan Ah Ran.
"Kau pasti kecewa kan? Seharusnya aku datang sendiri saja. Kenapa aku malah menelponmu dan memberitahumu." ucap Hyun Min.
"Kenapa kau bicara begitu? Kondisi suamiku sendiri, aku harus tahu. Saat aku mendengar kabar suamiku telah sadar, itu adalah saat2 yang paling membahagiakan untukku." jawab Ah Ran.
Ah Ran lalu membicarakan Yeon Jae. Lebih tepatnya sih menjelek2an Yeon Jae. Ia berkata sengaja memberi perhatian khusus pada Yeon Jae karena Yeon Jae adalah karyawan di toko Hyun Min.
"Dia hanya menandatangani produk2 yang keluar. Tapi tidak pernah memastikan uangnya." ucap Ah Ran.
"Yeon Jae bukan orang seperti itu." bela Hyun Min.
"Dia bahkan mengatakan pada peserta yang lain kalau dia memiliki hubungan khusus denganmu." tambah Ah Ran lagi.
Hyun Min terpancing dan langsung mencari Yeon Jae. Ah Ran pun tersenyum senang.
"Apa kau mencurigaiku? Aku benar2 tidak tahu" sangkal Yeon Jae.
"Tapi mereka mengatakan kau lah yang menandatanganinya. Tidak ada alasan mereka berbohong soal ini." jawab Hyun Min.
"Seandainya saja aku bisa membelah dadaku dan menunjukkannya padamu agar kau percaya. Siapa yang mengatakan itu padamu? Apa kakak iparmu?"
"Sebaiknya kau jujur saja."
"Tidak ada hal seperti itu!"
Yeon Jae pun beranjak pergi. Ah Ran hendak masuk ke mobilnya sambil membaca koran. Tiba2, Yeon Jae datang dan menjambak rambutnya. Ah Ran berteriak kesakitan. Ia langsung menatap tajam Yeon Jae.
"Dasar penyihir! Baiklah, aku akan memberimu kesempatan. Cepat pergi dan katakan pada adik iparmu kalau kau berbohong! Katakan padanya aku tidak mencuri uang itu!" ucap Yeon Jae.
"Semua orang melihat kita. Kenapa kau melakukannya di depan toko?" jawab Ah Ran panik.
"Aku tidak tahu apa yang kau takutkan tapi tidak ada bagiku yang harus kutakutkan. Apa yang kau takutkan sehingga kau menuduhku sebagai pencuri. Apa suami yang sangat mencintaimu itu tahu hal ini?" ucap Yeon Jae.
"Apa sekarang kau sedang mengancamku?" tanya Ah Ran.
"Ini pekerjaan dimana aku bekerja keras untuk mendapatkannya! Ini semangkok nasiku juga! Dan kau ingin menghancurkannya!" jawab Yeon Jae.
"Itulah kenapa aku memperingatkanmu untuk keluar dan tidak muncul lagi di hadapanku." ucap Ah Ran.
"Itu kesalahanmu. Ulat yang kau injak pasti bisa menghancurkanmu. Kau yatim piatu. Keluargamu miskin dan kau putus sekolah. Orang2 pasti akan penasaran dengan hal ini. Haruskah aku memberitahu mereka?" ancam Yeon Jae.
Air muka Ah Ran pun langsung berubah. Ia marah dan hendak menampar Yeon Jae. Tapi Yeon Jae langsung mencengkram tangan Ah Ran sebelum Ah Ran menamparnya.
"Apa kau tidak tahu adik iparmu pergi ke SMA kita? Dia melihat buku tahunan kita." jawab Yeon Jae.
Ah Ran pun kaget, apa! Kapan!
"Aku tidak tahu itu keberuntungan atau tidak? Dia tidak menemukan apapun tentangmu disana. Kau berhenti sekolah dan itulah kenapa tidak ada fotomu di sana." ucap Yeon Jae.
Yeon Jae juga bertanya sampai berapa lama Ah Ran dapat merahasiakan hal itu?
"Kau ingat saat aku mengambil foto ini saat kita masih sekolah?" tanya Yeon Jae sambil memperlihatkan foto mereka berdua mengenakan seragam SMA.
Ah Ran pun kaget. Ia ingin merebut foto itu, namun tidak berhasil.
"Jika kau bersikeras menyuruhku keluar, aku bisa menarikmu ikut denganku." ancam Yeon Jae.
Jae Hee sedang mengobati luka Hyun Woo akibat disiram air panas oleh Ah Ran. Jae Hee meminta Hyun Woo hanya mempercayai kata2nya.
"Jika kau mempercayaiku, anggukkan kepalamu. Jika kau tidak mempercayaiku, gerakkan lenganmu." ucap Jae Hee.
Hyun Woo pun menganggukkan kepalanya tanpa ia mempercayai Jae Hee. Jae Hee lalu memperkenalkan dirinya. Ia berkata dulu Hyun Woo sering memanggilnya lentera kecil. Hyun Woo menganggukkan kepalanya. Jae Hee pun senang karena Hyun Woo mengingatnya. Jae Hee lalu berkata lagi kalau ia adalah lulusan akademi keperawatan yang dibantu oleh Hyun Woo. Hyun Woo pun mengangguk.
"Paman, sekarang kau dalam bahaya. Aku tidak tahu kenapa tapi istri paman tidak mau melihat paman sadar." ucap Jae Hee lagi.
Hyun Woo lantas ingin mengatakan sesuatu. Jae Hee pun mendekatkan kupingya ke mulut Hyun Woo dan meminta Hyun Woo mengatakannya pelan2. Namun Hyun Woo masih terlalu berat untuk berbicara.
"Apa kau ingin aku memberitahu keluargamu yang lain?" tebak Jae Hee.
Hyun Woo pun mengangguk.
"Itu akan sedikit susah. Ponselku disita oleh mereka. Kalau istrimu tahu kau sudah sadar, dia tidak akan membiarkanku pergi. Kita harus mengecoh mereka dulu. Jika keadaan sudah aman, aku akan melakukan apapun untuk menolongmu. Kau harus kuat." jawab Jae Hee.
Sementara Ah Ran di kamarnya sedang gelisah. Ia gelisah karena ancaman Yeon Jae.
Keesokan harinya.... Hyun Woo duduk di ranjangnya dengan wajah marah. Ia ingat semua kata2 Ah Ran. Ah Ran berkata walaupun ia bangun, ia tidak bisa melakukan apapun karena stempelnya dan stempel ayahnya berada di tangan Ah Ran.
Tak lama, Jae Hee pun datang membawa makanan. Ia senang melihat Hyun Woo yang mulai bisa bangun sendiri. Hyun Woo lalu menunjuk ke arah sendalnya. Jae Hee pun mengambilkan sendal Hyun Woo dan bertanya Hyun Woo mau pergi ke mana.
"Ru... ru..." Hyun Woo berkata dengan susah payah.
"Rumah? Kau ingin pulang ke rumah?" tanya Jae Hee.
Hyun Woo pun mengangguk.
"Kondisimu belum memungkinkan. Bagaimana jika istrimu menemukanmu?" larang Jae Hee.
Tapi Hyun Woo tetap bersikeras untuk pulang. Jae Hee pun bertanya apa ada sesuatu yang penting yang membuat Hyun Woo bersikeras ingin pulang. Hyun Woo pun langsung tertegun dan menatap Jae Hee. Jae Hee lantas mengambilkan kertas dan pulpen.
"Kau bisa menulisnya." suruh Jae Hee.
Dengan susah payah, Hyun Woo menuliskan kata stempel.
"Stempel? Kau membutuhkan stempelmu?" tanya Jae Hee.
Hyun Woo mengangguk. Ia juga menuliskan password pintu rumahnya. Jae Hee pun mulai berpikir. Sementara itu, Ah Ran mengajak Yeon Jae bertemu. Mereka bertemu di pinggir danau. Ah Ran mencoba membujuk Yeon Jae dengan mengatakan kisah sedihnya.
"Bibiku selalu memukulku dengan tongkat. Aku selalu makan makanan sisa. Aku selalu dimarahi oleh sepupuku. Itulah hidupku. Kenapa aku putus sekolah, apa kau tahu? Karena bibiku menyuruhku menikah dengan pria berumur 40 tahun. Aku bertahan demi adikku. Kalau bukan karena adikku, aku sudah mati." ucap Ah Ran.
Sekarang Ah Ran berkaca2. Ia lalu berlutut dan memohon pada Yeon Jae.
"Sekarang aku sudah menikah. Baru sekarang aku bisa merasakan hidup bahagia, tapi suamiku tiba2 kecelakaan dan mengalami koma." ucap Ah Ran lagi.
"Aku mau menjaga rahasiamu tapi kenapa kau memaksaku! Kenapa!"
"Karena aku takut! Jika rahasiaku terbongkar, aku akan sendiri lagi. Aku tidak mau sendiri lagi."
Yeon Jae pun luluh dan memeluk Ah Ra erat2. Ah Ran pun senang karena berhasil membujuk Yeon Jae.
Sementara itu, Jae Hee mengendap2 masuk ke rumah Hyun Woo. Ia berhasil menyelinap masuk ke kamar Hyun Woo. Setelah menemukan stempel Hyun Woo, ia bergegas pergi. Namun tanpa ia sadari, ia berpapasan dengan Hyun Ji.
"Bukankah itu Suster Yoon? Mau apa dia kemari?" ucap Hyun Ji heran.
Ah Ran sedang bersama Joo Seung. Joo Seung memberikan sebuah berkas pada Ah Ran. Sepertinya itu berkas pengalihan perusahaan.
"Karena Hyun Woo masih sakit dan tidak bisa untuk menulis, jadi aku menulisnya dengan komputer. Kau hanya perlu mendapatkan cap Hyun Woo." ucap Joo Seung.
Tanpa mereka sadari, stempel itu kini sudah ada di tangan Hyun Woo. Hyun Woo mengucapkan terima kasih pada Jae Hee yang sudah membantunya. Jae Hee pun berkata Hyun Woo tidak perlu berterima kasih padanya.
"Ini adalah saatnya aku membalas semua kebaikanmu padaku." ucap Jae Hee.
Hyun Woo lalu meminta Jae Hee mengantarnya ke ruang bawah tanah. Ternyata di sana ada peralatan untuk nge-gym. Jae Hee pun bertanya apa Hyun Woo ingin berolahraga? Jae Hee juga berkata akan sedikit sulit untuk Hyun Woo melakukannya. Tapi Hyun Woo tidak peduli.
Dengan susah payah, Hyun Woo berusaha untuk berjalan. Ia bahkan melarang Jae Hee membantunya. Hyun Woo bertekad, harus bisa berjalan sebelum keluarganya masuk lebih jauh ke perangkap Ah Ran. Ia mau melindungi keluarganya.
Ah Ran baru saja kembali ke kamarnya. Ia pun terkejut karena tidak menemukan stempel Hyun Woo. Melihat boneka di meja berantakan, ia sadar seseorang telah mengambil stempel itu.
Ah Ran lalu menanyakan hal itu pada Hyun Ji. Apa ada seseorang yang masuk ke rumah?
Hyun Ji pun berkata ia melihat Jae Hee saat hendak pulang ke rumah. Ah Ran pun kaget.
Ah Ran pun langsung menuju ke villa. Dalam perjalanan, ia menelpon Joo Seung dan memberitahu Joo Seung bahwa Jae Hee mengambil stempel itu. Namun Joo Seung tidak percaya Jae Hee mengambilnya.
Sementara itu, Hyun Woo masih latihan berjalan.
Ah Ran akhirnya tiba di villa. Ia mengendap2 masuk ke dalam villa. Begitu masuk ke kamar, ia terkejut karena tidak menemukan Hyun Woo di sana.
Bersambung
Yeon Jae menghibur Hyun Min yang sedih karena Hyun Woo. Ia memasang tampang jelek yang sukses membuat Hyun Min tertawa. Tepat saat itu, Ah Ran datang dan tidak suka melihat kedekatan Hyun Min dan Yeon Jae. Hyun Min pun bicara dengan Ah Ran.
"Kau pasti kecewa kan? Seharusnya aku datang sendiri saja. Kenapa aku malah menelponmu dan memberitahumu." ucap Hyun Min.
"Kenapa kau bicara begitu? Kondisi suamiku sendiri, aku harus tahu. Saat aku mendengar kabar suamiku telah sadar, itu adalah saat2 yang paling membahagiakan untukku." jawab Ah Ran.
Ah Ran lalu membicarakan Yeon Jae. Lebih tepatnya sih menjelek2an Yeon Jae. Ia berkata sengaja memberi perhatian khusus pada Yeon Jae karena Yeon Jae adalah karyawan di toko Hyun Min.
"Dia hanya menandatangani produk2 yang keluar. Tapi tidak pernah memastikan uangnya." ucap Ah Ran.
"Yeon Jae bukan orang seperti itu." bela Hyun Min.
"Dia bahkan mengatakan pada peserta yang lain kalau dia memiliki hubungan khusus denganmu." tambah Ah Ran lagi.
Hyun Min terpancing dan langsung mencari Yeon Jae. Ah Ran pun tersenyum senang.
"Apa kau mencurigaiku? Aku benar2 tidak tahu" sangkal Yeon Jae.
"Tapi mereka mengatakan kau lah yang menandatanganinya. Tidak ada alasan mereka berbohong soal ini." jawab Hyun Min.
"Seandainya saja aku bisa membelah dadaku dan menunjukkannya padamu agar kau percaya. Siapa yang mengatakan itu padamu? Apa kakak iparmu?"
"Sebaiknya kau jujur saja."
"Tidak ada hal seperti itu!"
Yeon Jae pun beranjak pergi. Ah Ran hendak masuk ke mobilnya sambil membaca koran. Tiba2, Yeon Jae datang dan menjambak rambutnya. Ah Ran berteriak kesakitan. Ia langsung menatap tajam Yeon Jae.
"Dasar penyihir! Baiklah, aku akan memberimu kesempatan. Cepat pergi dan katakan pada adik iparmu kalau kau berbohong! Katakan padanya aku tidak mencuri uang itu!" ucap Yeon Jae.
"Semua orang melihat kita. Kenapa kau melakukannya di depan toko?" jawab Ah Ran panik.
"Aku tidak tahu apa yang kau takutkan tapi tidak ada bagiku yang harus kutakutkan. Apa yang kau takutkan sehingga kau menuduhku sebagai pencuri. Apa suami yang sangat mencintaimu itu tahu hal ini?" ucap Yeon Jae.
"Apa sekarang kau sedang mengancamku?" tanya Ah Ran.
"Ini pekerjaan dimana aku bekerja keras untuk mendapatkannya! Ini semangkok nasiku juga! Dan kau ingin menghancurkannya!" jawab Yeon Jae.
"Itulah kenapa aku memperingatkanmu untuk keluar dan tidak muncul lagi di hadapanku." ucap Ah Ran.
"Itu kesalahanmu. Ulat yang kau injak pasti bisa menghancurkanmu. Kau yatim piatu. Keluargamu miskin dan kau putus sekolah. Orang2 pasti akan penasaran dengan hal ini. Haruskah aku memberitahu mereka?" ancam Yeon Jae.
Air muka Ah Ran pun langsung berubah. Ia marah dan hendak menampar Yeon Jae. Tapi Yeon Jae langsung mencengkram tangan Ah Ran sebelum Ah Ran menamparnya.
"Apa kau tidak tahu adik iparmu pergi ke SMA kita? Dia melihat buku tahunan kita." jawab Yeon Jae.
Ah Ran pun kaget, apa! Kapan!
"Aku tidak tahu itu keberuntungan atau tidak? Dia tidak menemukan apapun tentangmu disana. Kau berhenti sekolah dan itulah kenapa tidak ada fotomu di sana." ucap Yeon Jae.
Yeon Jae juga bertanya sampai berapa lama Ah Ran dapat merahasiakan hal itu?
"Kau ingat saat aku mengambil foto ini saat kita masih sekolah?" tanya Yeon Jae sambil memperlihatkan foto mereka berdua mengenakan seragam SMA.
Ah Ran pun kaget. Ia ingin merebut foto itu, namun tidak berhasil.
"Jika kau bersikeras menyuruhku keluar, aku bisa menarikmu ikut denganku." ancam Yeon Jae.
Jae Hee sedang mengobati luka Hyun Woo akibat disiram air panas oleh Ah Ran. Jae Hee meminta Hyun Woo hanya mempercayai kata2nya.
"Jika kau mempercayaiku, anggukkan kepalamu. Jika kau tidak mempercayaiku, gerakkan lenganmu." ucap Jae Hee.
Hyun Woo pun menganggukkan kepalanya tanpa ia mempercayai Jae Hee. Jae Hee lalu memperkenalkan dirinya. Ia berkata dulu Hyun Woo sering memanggilnya lentera kecil. Hyun Woo menganggukkan kepalanya. Jae Hee pun senang karena Hyun Woo mengingatnya. Jae Hee lalu berkata lagi kalau ia adalah lulusan akademi keperawatan yang dibantu oleh Hyun Woo. Hyun Woo pun mengangguk.
"Paman, sekarang kau dalam bahaya. Aku tidak tahu kenapa tapi istri paman tidak mau melihat paman sadar." ucap Jae Hee lagi.
Hyun Woo lantas ingin mengatakan sesuatu. Jae Hee pun mendekatkan kupingya ke mulut Hyun Woo dan meminta Hyun Woo mengatakannya pelan2. Namun Hyun Woo masih terlalu berat untuk berbicara.
"Apa kau ingin aku memberitahu keluargamu yang lain?" tebak Jae Hee.
Hyun Woo pun mengangguk.
"Itu akan sedikit susah. Ponselku disita oleh mereka. Kalau istrimu tahu kau sudah sadar, dia tidak akan membiarkanku pergi. Kita harus mengecoh mereka dulu. Jika keadaan sudah aman, aku akan melakukan apapun untuk menolongmu. Kau harus kuat." jawab Jae Hee.
Sementara Ah Ran di kamarnya sedang gelisah. Ia gelisah karena ancaman Yeon Jae.
Keesokan harinya.... Hyun Woo duduk di ranjangnya dengan wajah marah. Ia ingat semua kata2 Ah Ran. Ah Ran berkata walaupun ia bangun, ia tidak bisa melakukan apapun karena stempelnya dan stempel ayahnya berada di tangan Ah Ran.
Tak lama, Jae Hee pun datang membawa makanan. Ia senang melihat Hyun Woo yang mulai bisa bangun sendiri. Hyun Woo lalu menunjuk ke arah sendalnya. Jae Hee pun mengambilkan sendal Hyun Woo dan bertanya Hyun Woo mau pergi ke mana.
"Ru... ru..." Hyun Woo berkata dengan susah payah.
"Rumah? Kau ingin pulang ke rumah?" tanya Jae Hee.
Hyun Woo pun mengangguk.
"Kondisimu belum memungkinkan. Bagaimana jika istrimu menemukanmu?" larang Jae Hee.
Tapi Hyun Woo tetap bersikeras untuk pulang. Jae Hee pun bertanya apa ada sesuatu yang penting yang membuat Hyun Woo bersikeras ingin pulang. Hyun Woo pun langsung tertegun dan menatap Jae Hee. Jae Hee lantas mengambilkan kertas dan pulpen.
"Kau bisa menulisnya." suruh Jae Hee.
Dengan susah payah, Hyun Woo menuliskan kata stempel.
"Stempel? Kau membutuhkan stempelmu?" tanya Jae Hee.
Hyun Woo mengangguk. Ia juga menuliskan password pintu rumahnya. Jae Hee pun mulai berpikir. Sementara itu, Ah Ran mengajak Yeon Jae bertemu. Mereka bertemu di pinggir danau. Ah Ran mencoba membujuk Yeon Jae dengan mengatakan kisah sedihnya.
"Bibiku selalu memukulku dengan tongkat. Aku selalu makan makanan sisa. Aku selalu dimarahi oleh sepupuku. Itulah hidupku. Kenapa aku putus sekolah, apa kau tahu? Karena bibiku menyuruhku menikah dengan pria berumur 40 tahun. Aku bertahan demi adikku. Kalau bukan karena adikku, aku sudah mati." ucap Ah Ran.
Sekarang Ah Ran berkaca2. Ia lalu berlutut dan memohon pada Yeon Jae.
"Sekarang aku sudah menikah. Baru sekarang aku bisa merasakan hidup bahagia, tapi suamiku tiba2 kecelakaan dan mengalami koma." ucap Ah Ran lagi.
"Aku mau menjaga rahasiamu tapi kenapa kau memaksaku! Kenapa!"
"Karena aku takut! Jika rahasiaku terbongkar, aku akan sendiri lagi. Aku tidak mau sendiri lagi."
Yeon Jae pun luluh dan memeluk Ah Ra erat2. Ah Ran pun senang karena berhasil membujuk Yeon Jae.
Sementara itu, Jae Hee mengendap2 masuk ke rumah Hyun Woo. Ia berhasil menyelinap masuk ke kamar Hyun Woo. Setelah menemukan stempel Hyun Woo, ia bergegas pergi. Namun tanpa ia sadari, ia berpapasan dengan Hyun Ji.
"Bukankah itu Suster Yoon? Mau apa dia kemari?" ucap Hyun Ji heran.
Ah Ran sedang bersama Joo Seung. Joo Seung memberikan sebuah berkas pada Ah Ran. Sepertinya itu berkas pengalihan perusahaan.
"Karena Hyun Woo masih sakit dan tidak bisa untuk menulis, jadi aku menulisnya dengan komputer. Kau hanya perlu mendapatkan cap Hyun Woo." ucap Joo Seung.
Tanpa mereka sadari, stempel itu kini sudah ada di tangan Hyun Woo. Hyun Woo mengucapkan terima kasih pada Jae Hee yang sudah membantunya. Jae Hee pun berkata Hyun Woo tidak perlu berterima kasih padanya.
"Ini adalah saatnya aku membalas semua kebaikanmu padaku." ucap Jae Hee.
Hyun Woo lalu meminta Jae Hee mengantarnya ke ruang bawah tanah. Ternyata di sana ada peralatan untuk nge-gym. Jae Hee pun bertanya apa Hyun Woo ingin berolahraga? Jae Hee juga berkata akan sedikit sulit untuk Hyun Woo melakukannya. Tapi Hyun Woo tidak peduli.
Dengan susah payah, Hyun Woo berusaha untuk berjalan. Ia bahkan melarang Jae Hee membantunya. Hyun Woo bertekad, harus bisa berjalan sebelum keluarganya masuk lebih jauh ke perangkap Ah Ran. Ia mau melindungi keluarganya.
Ah Ran baru saja kembali ke kamarnya. Ia pun terkejut karena tidak menemukan stempel Hyun Woo. Melihat boneka di meja berantakan, ia sadar seseorang telah mengambil stempel itu.
Ah Ran lalu menanyakan hal itu pada Hyun Ji. Apa ada seseorang yang masuk ke rumah?
Hyun Ji pun berkata ia melihat Jae Hee saat hendak pulang ke rumah. Ah Ran pun kaget.
Ah Ran pun langsung menuju ke villa. Dalam perjalanan, ia menelpon Joo Seung dan memberitahu Joo Seung bahwa Jae Hee mengambil stempel itu. Namun Joo Seung tidak percaya Jae Hee mengambilnya.
Sementara itu, Hyun Woo masih latihan berjalan.
Ah Ran akhirnya tiba di villa. Ia mengendap2 masuk ke dalam villa. Begitu masuk ke kamar, ia terkejut karena tidak menemukan Hyun Woo di sana.
Bersambung
Yeon Jae menghibur Hyun Min yang sedih karena Hyun Woo. Ia memasang tampang jelek yang sukses membuat Hyun Min tertawa. Tepat saat itu, Ah Ran datang dan tidak suka melihat kedekatan Hyun Min dan Yeon Jae. Hyun Min pun bicara dengan Ah Ran.
"Kau pasti kecewa kan? Seharusnya aku datang sendiri saja. Kenapa aku malah menelponmu dan memberitahumu." ucap Hyun Min.
"Kenapa kau bicara begitu? Kondisi suamiku sendiri, aku harus tahu. Saat aku mendengar kabar suamiku telah sadar, itu adalah saat2 yang paling membahagiakan untukku." jawab Ah Ran.
Ah Ran lalu membicarakan Yeon Jae. Lebih tepatnya sih menjelek2an Yeon Jae. Ia berkata sengaja memberi perhatian khusus pada Yeon Jae karena Yeon Jae adalah karyawan di toko Hyun Min.
"Dia hanya menandatangani produk2 yang keluar. Tapi tidak pernah memastikan uangnya." ucap Ah Ran.
"Yeon Jae bukan orang seperti itu." bela Hyun Min.
"Dia bahkan mengatakan pada peserta yang lain kalau dia memiliki hubungan khusus denganmu." tambah Ah Ran lagi.
Hyun Min terpancing dan langsung mencari Yeon Jae. Ah Ran pun tersenyum senang.
"Apa kau mencurigaiku? Aku benar2 tidak tahu" sangkal Yeon Jae.
"Tapi mereka mengatakan kau lah yang menandatanganinya. Tidak ada alasan mereka berbohong soal ini." jawab Hyun Min.
"Seandainya saja aku bisa membelah dadaku dan menunjukkannya padamu agar kau percaya. Siapa yang mengatakan itu padamu? Apa kakak iparmu?"
"Sebaiknya kau jujur saja."
"Tidak ada hal seperti itu!"
Yeon Jae pun beranjak pergi. Ah Ran hendak masuk ke mobilnya sambil membaca koran. Tiba2, Yeon Jae datang dan menjambak rambutnya. Ah Ran berteriak kesakitan. Ia langsung menatap tajam Yeon Jae.
"Dasar penyihir! Baiklah, aku akan memberimu kesempatan. Cepat pergi dan katakan pada adik iparmu kalau kau berbohong! Katakan padanya aku tidak mencuri uang itu!" ucap Yeon Jae.
"Semua orang melihat kita. Kenapa kau melakukannya di depan toko?" jawab Ah Ran panik.
"Aku tidak tahu apa yang kau takutkan tapi tidak ada bagiku yang harus kutakutkan. Apa yang kau takutkan sehingga kau menuduhku sebagai pencuri. Apa suami yang sangat mencintaimu itu tahu hal ini?" ucap Yeon Jae.
"Apa sekarang kau sedang mengancamku?" tanya Ah Ran.
"Ini pekerjaan dimana aku bekerja keras untuk mendapatkannya! Ini semangkok nasiku juga! Dan kau ingin menghancurkannya!" jawab Yeon Jae.
"Itulah kenapa aku memperingatkanmu untuk keluar dan tidak muncul lagi di hadapanku." ucap Ah Ran.
"Itu kesalahanmu. Ulat yang kau injak pasti bisa menghancurkanmu. Kau yatim piatu. Keluargamu miskin dan kau putus sekolah. Orang2 pasti akan penasaran dengan hal ini. Haruskah aku memberitahu mereka?" ancam Yeon Jae.
Air muka Ah Ran pun langsung berubah. Ia marah dan hendak menampar Yeon Jae. Tapi Yeon Jae langsung mencengkram tangan Ah Ran sebelum Ah Ran menamparnya.
"Apa kau tidak tahu adik iparmu pergi ke SMA kita? Dia melihat buku tahunan kita." jawab Yeon Jae.
Ah Ran pun kaget, apa! Kapan!
"Aku tidak tahu itu keberuntungan atau tidak? Dia tidak menemukan apapun tentangmu disana. Kau berhenti sekolah dan itulah kenapa tidak ada fotomu di sana." ucap Yeon Jae.
Yeon Jae juga bertanya sampai berapa lama Ah Ran dapat merahasiakan hal itu?
"Kau ingat saat aku mengambil foto ini saat kita masih sekolah?" tanya Yeon Jae sambil memperlihatkan foto mereka berdua mengenakan seragam SMA.
Ah Ran pun kaget. Ia ingin merebut foto itu, namun tidak berhasil.
"Jika kau bersikeras menyuruhku keluar, aku bisa menarikmu ikut denganku." ancam Yeon Jae.
Jae Hee sedang mengobati luka Hyun Woo akibat disiram air panas oleh Ah Ran. Jae Hee meminta Hyun Woo hanya mempercayai kata2nya.
"Jika kau mempercayaiku, anggukkan kepalamu. Jika kau tidak mempercayaiku, gerakkan lenganmu." ucap Jae Hee.
Hyun Woo pun menganggukkan kepalanya tanpa ia mempercayai Jae Hee. Jae Hee lalu memperkenalkan dirinya. Ia berkata dulu Hyun Woo sering memanggilnya lentera kecil. Hyun Woo menganggukkan kepalanya. Jae Hee pun senang karena Hyun Woo mengingatnya. Jae Hee lalu berkata lagi kalau ia adalah lulusan akademi keperawatan yang dibantu oleh Hyun Woo. Hyun Woo pun mengangguk.
"Paman, sekarang kau dalam bahaya. Aku tidak tahu kenapa tapi istri paman tidak mau melihat paman sadar." ucap Jae Hee lagi.
Hyun Woo lantas ingin mengatakan sesuatu. Jae Hee pun mendekatkan kupingya ke mulut Hyun Woo dan meminta Hyun Woo mengatakannya pelan2. Namun Hyun Woo masih terlalu berat untuk berbicara.
"Apa kau ingin aku memberitahu keluargamu yang lain?" tebak Jae Hee.
Hyun Woo pun mengangguk.
"Itu akan sedikit susah. Ponselku disita oleh mereka. Kalau istrimu tahu kau sudah sadar, dia tidak akan membiarkanku pergi. Kita harus mengecoh mereka dulu. Jika keadaan sudah aman, aku akan melakukan apapun untuk menolongmu. Kau harus kuat." jawab Jae Hee.
Sementara Ah Ran di kamarnya sedang gelisah. Ia gelisah karena ancaman Yeon Jae.
Keesokan harinya.... Hyun Woo duduk di ranjangnya dengan wajah marah. Ia ingat semua kata2 Ah Ran. Ah Ran berkata walaupun ia bangun, ia tidak bisa melakukan apapun karena stempelnya dan stempel ayahnya berada di tangan Ah Ran.
Tak lama, Jae Hee pun datang membawa makanan. Ia senang melihat Hyun Woo yang mulai bisa bangun sendiri. Hyun Woo lalu menunjuk ke arah sendalnya. Jae Hee pun mengambilkan sendal Hyun Woo dan bertanya Hyun Woo mau pergi ke mana.
"Ru... ru..." Hyun Woo berkata dengan susah payah.
"Rumah? Kau ingin pulang ke rumah?" tanya Jae Hee.
Hyun Woo pun mengangguk.
"Kondisimu belum memungkinkan. Bagaimana jika istrimu menemukanmu?" larang Jae Hee.
Tapi Hyun Woo tetap bersikeras untuk pulang. Jae Hee pun bertanya apa ada sesuatu yang penting yang membuat Hyun Woo bersikeras ingin pulang. Hyun Woo pun langsung tertegun dan menatap Jae Hee. Jae Hee lantas mengambilkan kertas dan pulpen.
"Kau bisa menulisnya." suruh Jae Hee.
Dengan susah payah, Hyun Woo menuliskan kata stempel.
"Stempel? Kau membutuhkan stempelmu?" tanya Jae Hee.
Hyun Woo mengangguk. Ia juga menuliskan password pintu rumahnya. Jae Hee pun mulai berpikir. Sementara itu, Ah Ran mengajak Yeon Jae bertemu. Mereka bertemu di pinggir danau. Ah Ran mencoba membujuk Yeon Jae dengan mengatakan kisah sedihnya.
"Bibiku selalu memukulku dengan tongkat. Aku selalu makan makanan sisa. Aku selalu dimarahi oleh sepupuku. Itulah hidupku. Kenapa aku putus sekolah, apa kau tahu? Karena bibiku menyuruhku menikah dengan pria berumur 40 tahun. Aku bertahan demi adikku. Kalau bukan karena adikku, aku sudah mati." ucap Ah Ran.
Sekarang Ah Ran berkaca2. Ia lalu berlutut dan memohon pada Yeon Jae.
"Sekarang aku sudah menikah. Baru sekarang aku bisa merasakan hidup bahagia, tapi suamiku tiba2 kecelakaan dan mengalami koma." ucap Ah Ran lagi.
"Aku mau menjaga rahasiamu tapi kenapa kau memaksaku! Kenapa!"
"Karena aku takut! Jika rahasiaku terbongkar, aku akan sendiri lagi. Aku tidak mau sendiri lagi."
Yeon Jae pun luluh dan memeluk Ah Ra erat2. Ah Ran pun senang karena berhasil membujuk Yeon Jae.
Sementara itu, Jae Hee mengendap2 masuk ke rumah Hyun Woo. Ia berhasil menyelinap masuk ke kamar Hyun Woo. Setelah menemukan stempel Hyun Woo, ia bergegas pergi. Namun tanpa ia sadari, ia berpapasan dengan Hyun Ji.
"Bukankah itu Suster Yoon? Mau apa dia kemari?" ucap Hyun Ji heran.
Ah Ran sedang bersama Joo Seung. Joo Seung memberikan sebuah berkas pada Ah Ran. Sepertinya itu berkas pengalihan perusahaan.
"Karena Hyun Woo masih sakit dan tidak bisa untuk menulis, jadi aku menulisnya dengan komputer. Kau hanya perlu mendapatkan cap Hyun Woo." ucap Joo Seung.
Tanpa mereka sadari, stempel itu kini sudah ada di tangan Hyun Woo. Hyun Woo mengucapkan terima kasih pada Jae Hee yang sudah membantunya. Jae Hee pun berkata Hyun Woo tidak perlu berterima kasih padanya.
"Ini adalah saatnya aku membalas semua kebaikanmu padaku." ucap Jae Hee.
Hyun Woo lalu meminta Jae Hee mengantarnya ke ruang bawah tanah. Ternyata di sana ada peralatan untuk nge-gym. Jae Hee pun bertanya apa Hyun Woo ingin berolahraga? Jae Hee juga berkata akan sedikit sulit untuk Hyun Woo melakukannya. Tapi Hyun Woo tidak peduli.
Dengan susah payah, Hyun Woo berusaha untuk berjalan. Ia bahkan melarang Jae Hee membantunya. Hyun Woo bertekad, harus bisa berjalan sebelum keluarganya masuk lebih jauh ke perangkap Ah Ran. Ia mau melindungi keluarganya.
Ah Ran baru saja kembali ke kamarnya. Ia pun terkejut karena tidak menemukan stempel Hyun Woo. Melihat boneka di meja berantakan, ia sadar seseorang telah mengambil stempel itu.
Ah Ran lalu menanyakan hal itu pada Hyun Ji. Apa ada seseorang yang masuk ke rumah?
Hyun Ji pun berkata ia melihat Jae Hee saat hendak pulang ke rumah. Ah Ran pun kaget.
Ah Ran pun langsung menuju ke villa. Dalam perjalanan, ia menelpon Joo Seung dan memberitahu Joo Seung bahwa Jae Hee mengambil stempel itu. Namun Joo Seung tidak percaya Jae Hee mengambilnya.
Sementara itu, Hyun Woo masih latihan berjalan.
Ah Ran akhirnya tiba di villa. Ia mengendap2 masuk ke dalam villa. Begitu masuk ke kamar, ia terkejut karena tidak menemukan Hyun Woo di sana.
Bersambung ke episode 5