.

Sinopsis Drama Korea Choco Bank Episode 4

Sinopsis Drama Korea Choco Bank Episode 4


Diawali saat Eun Haeng mengambli coklat Choco yang terjatuh lalu memakannya dan mengatakan kalau coklatnya enak. Eun Haeng tak lupa berterimakasih membuat Choco kagum. Bahkan sampai jantungnya berdebar.


Choco (Narasi): Itulah saat dimana hari-hari penantianku dimulai. Aku yang sebelumnya harus mengeset alarm lebih dari 10 kali, sekarang terbiasa bangun jam 4 pagi untuk membuat cokelat.

Choco membuat coklat.

Lalu Choco menjajakan coklatnya di pinggir jalan. Ia menanti Eun Haeng lewat.

Choco (Narasi): Meskipun tanpa harapan apapun, hari-hari penantian itu terasa hangat.


Choco ada di kafe coklatnya.

Choco (Narasi): Dan juga, ada banyak hal yang membuatku penasaran.


Choco melihat Eun Haeng jalan di depan kafenya, ia senang dan langsung mengeluarkan ponselnya untuk memotret Eun Haeng.

Choco (Narasi): Apa yang dilakukannya setiap hari. Cokelat jenis apa yang disukainya. Dan juga, apakah dia mengingatku?



Lalu kejadian saat Eun Haeng menangkap Choco.

Choco (Narasi): Tak apa meski dia tak mengingatku. Biasanya, cinta dimulai dengan penantian.

Kembali ke saat ini..


Eun Haeng mengecek keuangan Choco Bank dan setelah hitung menghitung ternyata mereka rugi minggu ini. Tapi Choco malah senyam senyum sendiri saat melihat ke Eun Haeng.


Dal Su datang memanggil Choco karena ingin menunjukkan sesuatu. Dal Su yang pertama menyadari kalau Choco senyam senyum sendiri. choco mengelak dan meminta Dal Su menunjukkan saja apa yang ingin ditunjukkan tadi.


Dal Su mengunggah video Eun Haeng saat melayani pelanggan dan meng-uploadnya diinternet. Choco merasa hal itu bagus.


Eun Haeng menghampiri mereka, ia menonton video itu. Eun Haeng  mengatakan kalau itu adalah pelanggaran HAM. Dal Su menjelaskan kalau ia sudah meminta ijin semua pelanggan yang ikut terekam.

“Kau tidak izin padaku. Hapus sekarang juga.” Suruh Eun Haeng,

“Itu sudah terlanjur tersebar dimana-mana. Ah! Bahkan sudah muncul di halaman depan Naver.” Jawab Dal Su girang.


Eun Haeng tetap marah karena Dal Su tak ijin dulu padanya,,” Sudah ku bilang aku tak mau melakukan ini lagi, kalau orang-orang datang setelah melihat ini. lakukan konsultasi sendiri atau pulangkan mereka. Lakukan apapun maumu (Sambil menatap Choco).”


Kemudian seorang datang,,” Disini adalah Choco bank kan? Tempat yang memberikan konsultasi keuangan.”


Lalu mereka duduk berempat. Wanita yang tadi datang memberikan kartu namanya, namanya Ghae Ri. Ghae Ri ingin bekerja sama dengan mereka.

“Iya. Aku sedang ditengah-tengah kekhawatiran tentang bagaimana menyuguhkan laporan khusus tentang reformasi keuangan. Jika kita melakukan pendalaman pada keseharian Eun-haeng, menurutku hasilnya akan bagus. Pertanyaan tentang pengangguran muda, kestabilan masa mudamu, dan juga tentang reformasi keuangan. Menurutku akan bagus kalau kita mengungkap cerita itu.” jelas Ghae Ri.


Lalu Choco bertanya apa keuntungan untuk kafe mereka.

“Tentu saja itu akan memberimu publisitas. Kalau kau menerimanya, aku juga berpikiran untuk mengundang ahli finansial di toko ini untuk melakukan wawancara. Dengan suasasana yang bagus, kau bisa melakukan konsultasi. Bagaimana menurutmu, Eun-haeng? Dengan semua ini, bukankah kita sama-sama untung?” jawab Ghae Ri.


Dal Su menyetujui duluan. Setelah itu Eun Haeng mengamati baik-baik kartu nama Ghae Rid an memutuskan untuk sepakat dengan ide Ghae Ri.

Mereka pun salaman tanda kesepakatan dimulai. Choco melihatnya juga.

Kemudian Choco menulis kalau kafe mereka menyediakaan konsultasi keuangan gratis.

Pelanggan memanfaatkan fasilitas tersebut dan berdatangan untuk berkonsultasi dengan Eun Haeng. Ghae Rim membawa fotografer untuk memotret kegiatan konsultasi tersebut. Choco kelihatan senang dengan suasana baru di kafenya.


Ghae Rim mendapat telfon dari perusahaan kartu kredit memberitahukan kalau Ghae Rim menunggak membayar kartu kreditnya. Ghae Rim mengelak, Ia tidak pernah menunggak dan menutup telfon dengan alasan sedang bekerja, nanti akan telfon balik.


Eun Haeng yang ada disana bertanya kenapa. Ghae Rim menjawab kalau sepertinya ia lupa membayar kartu kreditnya,,” Aku seperti ini karena terlalu sibuk bekerja. Aku sampai tak tahu berapa tagihan kartu kreditku.”

Lalu Eun Haeng bertanya lagi, apa Ghae Rim sudah melakukan Bank Transfer. Pelanggan yang sedang konsultasi ingin tahu apa itu Bank Transfer.


“Dengan Bank Transfer, beberapa rekening berbeda bisa diatur. Bukankah berisiko kalau kita lupa membayar tagihan kartu kredit?” jelas Eun Haeng pada pelanggan juga pada Ghae Rim.


Tapi Ghae Rim tak mendengarkannya, malah sibuk menulis di buku catatannya. Saat Eun Haeng bertanya kenapa Ghae Rim tak mendengarkan penjelasannya, Ghae Rim hanya tersenyum.


Ghae Rim bertanya pada Eun haeng, informasi apa yang biasanya ditanyakan oleh pelanggan. Eun Haeng menjawab kalau Biasanya, pelanggan sering menanyakan tentang informasi keuangan yang berkaitan dengan pekerjaannya.


Lalu Choco menyajikan coklat untuk Ghae Rim dan Eun Haeng. Choco memberikan sepiring penuh coklat untuk Ghae Rim dan bentuknya bagus-bagus tapi untuk Eun Haeng ia memberikan coklat sedikit dan bentuknya rusak-rusak.

 
Eun Haeng protes, kenapa miliknya sedikit dan jelek. Choco menjawab kalau seharusnya Eun Haeng membayar jika mau banyak dan bagus. Eun Haeng mengatai Choco pelit.

Lalu Ghae Rim akan memberikan coklatnya untuk Eun Haeng tapi di tahan oleh Choco.

“Makan saja jatahmu,” kata Choco sambil menatap Eun Haeng.

Ghae Rim mengenalkan Eun Haeng pada Direktur Kim Seong Gyun dari Bank Finansial. Direktur Kim ingin berkonsultasi dengan Eun Haeng juga mempromosikan instrumen keuangan perusahaan.

“Jika Anda percaya, saya akan melakukan yang terbaik.” Jawab Eun Haeng.

Choco memperhatikan mereka.

Ibu menelfon Eun Haeng, Eun Haeng kaget,,”APA!?”

Ternyata sekarang Ibu ada di jalan menuju ke tempat kerja Eun Haeng untuk membawakan makanan. Ibu melihat kalau Eun Haeng semakin kurus sejak bekerja. Ibu melihat sekeliling dan sudah bisa melihat ‘Bank Finansial’ tempat kerja Eun Haeng.


Eun Haeng panic,,” Jangan. Ku mohon jangan kesana.” Lalu Eun Haeng menutup telfonnya.


Eun Haeng pamit pergi pada Direktur Kim, ia ada urusan mendadak. Semua jadi bingung kenapa Eun Haeng pergi tiba-tiba.


Ibu sudah sampai di depan Bank Finansial, beliau kagum dengan  bangunan Bank yang megah itu.


Untung Eun Haeng sampai sebelum Ibu masuk kedalam. Eun Haeng kesal pada Ibunya yang datang tanpa memberitahu. Ibu menjelaskan kalau ia takut akan mengganggu pekerjaan Eun Haeng lalu menjelaskan isi makanan yang ia bawa dan menyuruh Eun Haeng untuk memakannya saat lenggang.

“Sudahlah. Aku tak bisa makan di dalam karena akan bau.” Jawab Eun Haeng kasar.

“Ahh.. benar sekali. Ibu tak berpikir sejauh itu. Ibu bodoh sekali.” Jawab Ibu yang mungkin hatinya terluka tapi tetap tersenyum.


Ibu lalu akan pulang dan menyuruh Eun Haeng untuk masuk kembali. Eun Haeng menyuruh Ibu untuk naik taxi saja. Tapi Ibu tak mau dan menyuruh Eun Haeng masuk saja, lalu Ibu berjalan pulang dengan membawa kembali makanan untuk Eun Haeng.


Eun Haeng menatap Ibunya dari belakang. Sepertinya ia merasa bersalah.


Waktunya kafe tutup. Choco menyajikan coklat untuk makan malam semuanya dan lagi-lagi Choco memberi Eun Haeng bagian sedikit.

Ghae Rim mau tukar dengan Eun Haeng tapi kembali ditahan oleh Choco. Choco memberi bagian sedikit pada Eun Haeng sebagai hukuman karena Eun haeng pergi tanpa bilang mau kemana dan di hubungi juga tak bisa.


Lalu Ghae Rim bertanya pada Eun Haeng, apa Eun Haeng punya pacar. Choco menyemburkan minumannya karena kaget.


Eun Haeng balik bertanya pada Ghae Rim, Apa Ghae Rim sedang mengumpulkan informasi. Ghae Rim menjawab tidak, ini hanya pertanyaan pribadi,,” Kalau kau tak punya kekasih, ayo kita berkencan.” Ajak Ghae Rim langsung to the point.


Choco kembali menyemburkan minumannnya, kali ini lebih banyak. Kasihan Dal Su yang dari tadi jadi sasaran semburan minum Choco.



“Penampilanmu, kepribadianmu, dan caramu berbicara benar-benar sesuai dengan tipe idealku.” Lanjut Ghae Rim.

“Lalu, apa yang akan kau lakukan? Dia tak punya kemampuan apapun. Dia ingin bermitra. Dia pengangguran ketika datang kesini.” Jelas Choco.


“Apa kau akan terus bicara seperti itu?”protes Eun Haeng.

Tapi bagi Choco, ia hanya mengatakan yang sebenanrnya. Tapi bola matanya bergerak-greak, tanda kalau ia hanya cari-cari alasan. Sebenarnya sih Choco cemburu dan mengatakan keburukan Eun Haeng, mungkin dengan harapan Ghae Rim akan mundur.


Visi seorang pria sangatlah penting. Melihatmu (Eun Haeng) hari ini, kau adalah pria yang cerdas, sopan, dan lucu. Bolehkah aku mendukungmu?” Ghae Rim tidak mundur.


Choco malah menjadi-jadi, ia membeberkan kalau Eun Haeng adalah pengangguran selama 5 tahun dan walaupun presiden korea datang untuk menyelamatkan Eun Haeng, tetaplah Eun Haeng tak bisa selamat.


“YAA!” Ujar Eun Haeng, mengkode agar Choco berhenti.


Tapi Dal Su malah menjawab kalau Eun Haeng tak memiliki pacar. Giliran Choco yang bilang,,”YAA!”. Dal Su merasa tak salah karena mengatakan yang sebenarnya.


Ghae Rim merasa hal ini bagus, lalu ia bertanya pada Choco, apa boleh ia memiliki Eun Haeng.choco balik bertanya, kenapa Ghae Rim malahminta ijinnya. Ghae Rim menjawab jujur, kalau ia pikir Choco juga menyukai Eun Haeng.


Choco hanya diam saja. Ghae Rim merasa kalau tebakannya benar,,” Benarkan? Kau sangat menyukainya kan?”

“Tidak. Aku sama sekali tak tertarik padanya.” Sangkal Choco. Lalu melanjutkan,,” Dia tak punya bakat apapun. Dia juga mudah marah. Bagaimana bisa aku menyukainya?”


Eun Haeng yang sedari tadi menatap Choco bertanya, apa Choco berkata jujur. Choco menjawab tentu saja kalau ia jujur tapi tak berani menatap langsung ke mata Eun Haeng.


Ghae Rim senang, karena semuanya jadi jelas. Lalu ia memberi kartu nama Direktir kim tadi karena sepertinya Direktur Kim tertarik pada Eun Haeng. Ia meminta Eun Haeng untuk mempertimbangkannya. Ghae Rim membisiki Eun Haeng kalau Direktur Kim adalah pamannya.


Visi seorang pria sangatlah penting. Melihatmu (Eun Haeng) hari ini, kau adalah pria yang cerdas, sopan, dan lucu. Bolehkah aku mendukungmu?” Ghae Rim tidak mundur.


Choco malah menjadi-jadi, ia membeberkan kalau Eun Haeng adalah pengangguran selama 5 tahun dan walaupun presiden korea datang untuk menyelamatkan Eun Haeng, tetaplah Eun Haeng tak bisa selamat.


“YAA!” Ujar Eun Haeng, mengkode agar Choco berhenti.


Tapi Dal Su malah menjawab kalau Eun Haeng tak memiliki pacar. Giliran Choco yang bilang,,”YAA!”. Dal Su merasa tak salah karena mengatakan yang sebenarnya.


Ghae Rim merasa hal ini bagus, lalu ia bertanya pada Choco, apa boleh ia memiliki Eun Haeng.choco balik bertanya, kenapa Ghae Rim malahminta ijinnya. Ghae Rim menjawab jujur, kalau ia pikir Choco juga menyukai Eun Haeng.


Choco hanya diam saja. Ghae Rim merasa kalau tebakannya benar,,” Benarkan? Kau sangat menyukainya kan?”


“Tidak. Aku sama sekali tak tertarik padanya.” Sangkal Choco. Lalu melanjutkan,,” Dia tak punya bakat apapun. Dia juga mudah marah. Bagaimana bisa aku menyukainya?”


Eun Haeng yang sedari tadi menatap Choco bertanya, apa Choco berkata jujur. Choco menjawab tentu saja kalau ia jujur tapi tak berani menatap langsung ke mata Eun Haeng.


Ghae Rim senang, karena semuanya jadi jelas. Lalu ia memberi kartu nama Direktir kim tadi karena sepertinya Direktur Kim tertarik pada Eun Haeng. Ia meminta Eun Haeng untuk mempertimbangkannya. Ghae Rim membisiki Eun Haeng kalau Direktur Kim adalah pamannya.

Lanjut episode 5