.

Sinopsis Drama Korea Choco Bank Episode 6 (Tamat)

 Sinopsismu.com - Sinopsis Drama Korea Choco Bank Episode 6 (Tamat)


Dal Su bangun dari tidur ne=yenyaknya. Hal yang pertama ia lakukan adalah mengambil ponselnya dan mencari-cari sesuatu.

“Teknologi Finansial telah dimulai.”

Lalu saat sarapan, ia membuka laptop.


“Pembayaran, pengiriman uang, perbankan, dll. Dibanding dahulu, ini lebih cepat dan mudah digunakan.”


Saat diluar pun ia tak lepas dari ponselnya.

“Dengan metode yang baru tabungan, asuransi, pendanaan. Aku menikmati hidup yang mudah.”

Bahkan saat membayar kopi pun bisa menggunakan ponsel.


“Sekarang Teknologi Finansial adalah bagian dari kehidupan. Pembaruan di bidang finansial telah dimulai.”


Owalah ternyata Dal Su sedang syuting iklan. Dan sekarang Choco sedang menonton iklan Dal Su tersebut.

 “Bae Dal-su sudah menjadi seekor naga. Naga. Bae Dal-su pernah berkata bahwa suatu hari sinar terang akan datang. Seperti biasa, kau tak pernah bisa memprediksi nasib orang.”

Choco (Narasi): Musim semi, musim panas, dan musim gugur telah lewat. Dan sekarang musim dingin lagi. Dal-su menjalani hidupnya yang beruntung, dia dicasting saat mengantarkan cokelat dan menjadi bintang dengan cepat.

Choco membuka laptop, mau menghitung peghasilan kafe.

Ahjumma datang untuk menagih hutang, ia butuh uang karena yang dikenakannya hari ini semua palsu. Choco menyuruh Ahjumma duduk dulu dan minum coklat panas yang sudah ia siapkan karena tahu kalau Ahjumma akan datang.

Choco menunjukkan rencana bulanan penjualan tokonya. Karena bertepatan dengan akan datangnya hari valentine, Choco yakin penjualan coklat akan meningkat.

“kalau kau menunggu 2 minggu lagi, Aku akan membuat penjualan meroket dan mengganti mantel bulumu.” bujuk Choco.

Dan Ahjumma setuju. Lalu pergi tapi ia memastikan tidak akan membiarkan Choco setelah 2 minggu. Choco mengerti.


“Seperti biasa, aku selalu ketakutan setiap memikirkan hutang untuk kafe.”


Choco kembali focus ke laptopnya, ada investor masuk, tapi ia lupa cara updet web kafe-nya. Lalu bayangan Eun Haeng muncul.


“Apa kau dari jaman Joseon?”


Choco menatap Eun Haeng yang sedang meng-update web.


“Dia masih menggangguku sesekali. Apa kau baik-baik saja, Kim Eun Haeng?”


Eun Haeng bekerja di Bank seperti keinginan Ibunya. kali ini pelanggannya memiliki masalah pendengaran. Tapi Eun Haeng dengan telaten melayani kakek itu.


Saat istirahat, Eun Haeng mendapat teguran dari atasannya karena Eun Haeng memberikan konsultasi pada kakek yang tak bisa mendengar dengan baik, padahal semua orang sedang sibuk.

“Aku dijadwalkan untuk promosi bulan depan. Sampai kapan aku harus mengajarimu seperti anak baru? Kau sudah setahun bekerja, seharusnya kau tahu yang harus kau lakukan. Aku benar-benar frustrasi.”

“Anda bilang aku harus memperlakukan customer seperti raja.” Balas Eun Haeng.

“Apa?”

“Itulah yang Anda katakan, Asisten Manager. Jika ini untuk kebaikan bank, kita harus mendengarkan setiap permintaan customer.”

Si atasan berdiri, apa Eun Haeng sedang memutar balikkan fakta. Lalu atasan mengakhiri perdebatan dengan memberitahu Eun Haeng kalau-kalau hal ini terjadi lagi maka Eun Haeng harus menjelaskan secara tertulis. Lalu atasan pergi dengan kesal.


Eun Haeng mengeluarkan surat pengunduran diri dari saku jasnya. Tapi memasukkannya lagi.


Eun Haeng memanggil Atasannya dan menyusulnya. Atasannya gugup karena memang ia yang salah. Tapi ternyata Eun Haeng Cuma mau memberinya kopi. Atasan mengambilnya dan langsung pergi tanpa mengucapkan apa-apa.


Eun Haeng kesal, tapi ia hanya menahannya. Lalu Ibu memanggilnya.


Ibu membawakan Eun Haeng bekal. Ibu menjelaskan kalau ia menjadi anggota klub wisata kaligrafi sekarang dan akan pergi ke Islandia. Lalu Ibu memberikan ponselnya pada Eun Haeng, minta Eun Hang untuk memesankan tiket ke Islandia.

“Kapan ibu berangkat, dan kapan kembali?” tanya Eun Haeng

“Kami berangkat minggu depan dan kembali setelah sebulan. “

Eun Haeng protes, kenapa Ibu perginya lama sekali, apa Ibu mau ia mati kelaparan. Ibu menyuruh Eun Haeng untuk mengurus makanannya sendiri mulai sekarang, Ibu akan menjalani hidupnya sendiri dan Ibu berharap Eun Haeng juga mengurus dirinya sendiri.

“Apa yang Ibu bicarakan?”

“Sejak kau mulai bekerja, sampai sekarang, sekali saja aku tidak pernah melihatmu tersenyum dengan tulus. Ibu akan hidup sesuai keinginanku. Putraku yang berharga, Ibu tak ingin melihat senyummu yang dipaksakan.”

“Kapan aku memaksakan senyumku?”

“Jangan bertahan di perusahaan yang tak cocok denganmu. Mulai sekarang lakukan apapun yang kau inginkan. Ibu tak kan ikut campur lagi tentang pekerjaanmu.”

“Ibu.”

Ibu mengalihkan topik pembicaraan. Ibu harus pergi untuk mempersiapkan perjalanannya.

Eun Haeng menatap kepergian Ibunya.


Choco kembali menjajakan coklatnya di jalan. Seperti dulu, salah satu pelanggan menyenggol tangannya dan coklatnya jatuh. Choco mau mengambil coklatnya dan ternyata sudah keduluan seseorang.

Choco melihat orang itu dari atas ke bawah, ia berharap banyak tapi yernyata orang itu adalah Dal Su.

“Noona..” panggil Dal Su dengan senyum lebar.


“kau sedang senggang?”


Lalu mereka ke kafe. Dal Su menyuruh Choco untuk menutup tokonya saja karena sekarang ia sudah bisa untuk membiayai Choco.

“Kau bercanda. Aku tak ingin mendengar hal tak masuk akal itu, itulah kenapa aku masih melakukan bisnis ini.” jawab Choco.


Dal Su menanyakan Eun Haeng, apa Eun haeng beberan tak pernah muncul lagi. Choco membenarkan Eun haeng tak pernah muncul karena kemitraan mereka sudah berakhir.


Lalu eun Haeng datang. Choco mengira kalau ia sedang berhalusinasi lagi, bahkan mengira kalau dirinya sudah gila. Dal Su tak mengerti.

“Terkadang aku melihat ilusi Kim Eun Haeng. Tapi ini pertama kalinya terlihat begitu nyata.” Jawab Choco.

Choco mulai panic, apa sekarang ia juga mengalami gangguan penglihatan atau memang ia benar-benar sudah gila.

“Apa event konsultasi keuangan-mu sudah selesai semua?” tanya Eun Haeng.


Choco semaki panic, karena ilusinya bahkan sekarang bisa berbicara. Eun Haeng mendekati Choco dan menyentuh pundaknya. Choco refleks menggunakan sukunya untuk menodok perut Eun Haeng.

Dal Su kaget, Eun Haeng kesakitan. Lalu Dal Su memberitahu Choco kalau itu adalah Eun Haeng betulan bukan ilusi.

“Dia kembali. Meskipun ini bukan pertemuan kembali yang rimantis.”

Eun Haeng jatuh pingsan.


Choco bank berjalan seperti biasa kembali. Eun Haeng memberi layanan konsultasi keuangan dan Choco melayani pelanggan.


Dan kita mendapat pasangan baru. Ghae Rim-Dal Su.

Awalnya Ghae im mewawancarai Dal Su mengenai Teknologi Finansial. Dal SU adalah duta Teknologi Finansial dan Ghae Rim menemukan kelucuan dalam diri Dal Su.

Dan saat mereka akan mengambil coklat tak sengaja jari mereka bertautan. Dari menatap jari masing-masing mereka lalu saling menatap mata. Kemudian setelah sadar mereka menarik tangan masing-masing.


Dal Su mengajak Ghae Rim makan Jjajangmyun akhir pecan ini. Ghae Rim setuju karena Ia juga suka Jjajangmyun.


Choco melihat mereka dan berkomentar..” Tak ada obat untuk orang yang mudah jatuh cinta. Kemana Bae Dal-su yang selalu mengikutiku karena dia menyukaiku?”


Eun Haeng mendekatinya,,”kanapa? Kau merindukannya?”


“Sepertinya. Bukankah lebih baik punya cadangan daripada tidak?” jawab Choco.

Lalu Eun Haeng memberi Choco sekotak coklat yang ia beli diluar.choco protes, kenapa Eun Haeng membeli di luar, kan ia tak tahu bahan-bahannya apa.

“Aku membelinya untukmu, bodoh.” Balas Eun Haeng.

“kenapa?” tanya Choco.


Eun Haeng tak menjawabnya, malah balik bertanya, “kenapa?! Kalau tak mau kembalikan saja. Kembalikan.”


Choco tak mau ia akan memakannya, terimakasih.


“tapi apa maksudnya ini? kenapa kau memberikan ini adaku? Apa artinya? Artinya kau menyukaiku? Sejak kapan? Sejak kapan kau menyukaiku?”


Eun Haeng hanya tersenyum. Lalu memegang kedua pundak Choco. Dan mendekatkan wajahnya..

-=END=-

Epilogue:

Setelah memakan coklat Choco, Eun Haeng pergi begitu saja. Choco menatap kepergian Eun Haeng kagum kemudian berbalik memegang dadanya yang berdetak kencang. dan saat itulah Eun Haeng berbalik menatap Choco dengan senyuman.


Tamat