Sinopsis Drama Korea Descendants of the Sun Episode 3 Part 1
Sebuah pesawat mendarat dan menerbangkan syal Mo Yeon. Ia hendak mengambilnya tapi syal tersebut malah terbang ke belakangnya, kea rah berlawanan. Shi Jin dan anggota tim Alpha yang lain keluar dari pesawat melewati Mo Yeon begitu saja.
Min Ji berbisik pada Ja Ae,,”Ahjusshi tentara itu…”
Ja Ae mengerti maksud minji dan ia membenarkan (benar kalau tentara itu adalah mantan Mo Yeon).
Shi Jin berhenti tepat di samping syal Mo Yeon. Ia menjelaskan pada tim medis kalau ia beserta Tim-nya yang akan menjadi penjaga mereka. Taklupa ia memperkenalkan dirinya,,”Saya pasukan Mowuru. Komandan Yoo Shi Jin. senang bertemu Anda.”
Selanjutnya adalah penjelasan dari Dae Yeon bahwa tim medis akan naik pesawat bersama mereka menuju ke markas Mowuru. Lalu sersan Gong dan sersan Im membagikan tas ransel militer. Dae Yeong menjelaskan kalau mereka hanya diijinkan membawa tas ransel selama menaiki pesawat militer.
Dae Yeong melanjutkan kalau barang-barang mereka yang lain akan dikirim melalui jalur darat dan akan sampai besok sore.
Shi Jin melihat ke bawah, lalu mengambil syal Mo Yeon. Ia berbalik menuju Mo Yeon dan memberikan syal itu kembali tanpa sepatah katapun.
Tim medis sampai di tempat tujuan. Pasukan militer yang ada di sana menyambut mereka dengan paduan suara..”Bara bara bam, bara bara bammmmm…. 1, 2, 3, bara bara bam, bara bara bam, bara bara bam, bara bara bam (lebih ngebeat)” bahkan mereka saambai tepuk tangan dengan memadukan nada. Dan diakhiri dengan tepuk tangan dan sorakan.
Kemudian datanglah dua tentara yang membawa kalung bunga. mereka memakaikannya pada tim medis sambil mengucapkan selamat datang.
Giliran Dr. Sang Hyun, ia sudah menunduk, eh malah tentaranya lewat begitu saja. Usut punya usut, ternyata yang mendapat kalung bunga Cuma yang wanita aja.hehehehe.
Dr. Sang Hyun kembali mendongak dengan cool, pura-puranya sedang peregangan. Chi Hoon yang disampingnya tersenyum melihat alibi Sunbaenya itu.
“Aktingku bagus, ‘kan?”
“Iya, bagus.”
“Aku tahu.”
Lalu mereka membahas medicube di depan mereka dan tenda yang akan mereka gunakan untuk tidur. Dr. Sang Hyun tak sebenarnya tak ingin tinggal di lapangan diusia 40-an begini. Chi Hoon yang masih muda merasa sebaliknya, ia merasa kalau ini seprti MT (sejenis camping).
“Siapa ibumu? Bagaimana ia membesarkanmu sampai jadi seperti ini?” Dr. Sang Hyun bernyanyi.
“Shake that booty that booty booty Shake that booty that booty booty” Lanjut Chi Hoon sambil menggoyangkan tubuhnya dan menyeru kepada yang lain untuk mengikuti gerakannya. Kocak..
Min Ji satu tenda dengan Mo Yeon, mereka memasukkan baju-baju mereka ke almari. Gi Beom datang menyepa mereka. Mereka belum mengenali Gi Beom.
Lalu Gi Beum menunjukkan caranya kabur dari UGD dulu. Mo Yeon dan Min Ji barulah ingat siapa Gi Beom, Omo, Omo..
Gi Beom memperkenalkan dirinya kalau pangkatnya sekarang adalah kopral. Min Ji tak menyangka Gi Beom bisa di sana. Mo Yeon juga, ia menyuruh Gi Beom untuk loncat-loncat di tempat, ia mau mengecek pergelangan kaki Gi Beom.
Gi Beom mengerti dan ia loncat-loncat, ia sudah sembuh total berkat perawatan Mo Yeon dan sudah melewati ujian fisik di posisi pertama.
“Jadi kau tak mencopet lagi?” tanya Min Ji.
“Kopral KimGi beom. Tentara Republik Korea menjunjung tinggi kehormatan dan kesetiaan… dan persatuan dengan persahabatan.” Jawab Gi beom tegas.
“Wooooo” Mo Yeon dan Min Ji kagum.
Dr. Sang Hyun satu tenda dengan perawat Ja Ae. Dr. Sang Hyun main jot-jotan di ranjang. Perawat Ja Ae menyuruhnya berhenti karena nati springbed-nya bisa rusak.
“kau yang seharusnya berhenti.” Balas Dr. Sang Hyun.
“berhenti apa.”
Berhenti beres-beres. Ini adalah waktunya bagi kita untuk melarikan diri.”
Lalu Dr. Sang Hyun bertanya, apa Ja Ae tak tahu berapa banyak penyakit endemic di sana yang bisa menjangkiti mereka. Ja Ae balik bertanya, memangnya berapa. Dr. Sang Hyun membalas kalau ia juga tak tahu makanya ia bertanya.
“maka dari itu kita harus menghilang sebelum terjangkit.” Ajak Dr. Sang Hyun.
Ja Ae membentaknya untuk pergi dari tendanya (Owalah tak kira mereka satu tenda). Lalu Dr. Sang Hyun mengingatkan ja Ae mengenai pembicaraan Mo Yeon dengan ketua Han tadi, ia menangkap kalau ini bukan kegiatan sukarelawan tapi hukuman,,”Apa kita harus dihukum bersamanya?”
“Aku sudah lebih dulu dihuku. selama mengenalmu 30 tahun ini.” Jawab Ja Ae.
“Apa kau serius? Apa aku seperti hukuman buatmu?”
“lalu, apa kau pikir hadiah?”
Dr. Sang Hyun kesal dan melanjutkan menjot-enjot springbed Ja Ae biar Ja Ae tidur di springbed yang rusak.
Sementara itu, Chi Hoon sedang memotret. Sepatu militer yang digunakan sebagai pot. Tak lupa ia juga selfie.
Lalu sersan Choi tak sengaja kefoto. Ia minta Chi Hoon untuk menghapusnya. Tapi Chi Hoon mengira kalau sersan Choi tak suka karena hasilnya jelek dan ia akan mengambil gambar sersan Choi lagi.sersan Choi melarangnya karena mereka (para tentara) tak boleh di foto. Chi Hoon menanyakan alasannya tapi sersan Choi tak bisa mengatakannya karena itu adalah kebijakan.
Lalu Mo Yeon datang dan menyahut, memang begitulah mereka, sangat misterius, tak bisa menjelaskan apa-apa karena kebijakan. Chi Hoon mengerti, tapi ia bertanya, bagaimana Mo Yeon bisa tahu. Mo Yeon hanya diam saja.
Mo yeon jalan ke sekeliling markas, sepatunya kemasukan kerikil dan ia berhenti untuk mengeluarkannya. Shi Jin mengeluarkan paket dari mobil, dan lagi-lagi ia melewati Mo Yeon begitu saja.
“dia tidak melihatku atau dia pura-pura tak melihatku?” Mo Yeon bertanya-tanya.
Shi Jin masuk kedalam, ia bersandar di dinding melihat kea rah cermin yang memantulkan bayanyan Mo Yeon. Ia menarik nafas berat.
Ternyata paket itu adalah milik Dae Yeong. Shi Jin memberikannya dan menyuruhnya membuka. Dae Yeong akan membukanya nati. Shi Jin menyuruh sekarang siapa tahu ada kue cokelat di dalamnya.
“lebih terlihat seperti bom buatan rumah.” Balas Dae Yeong.
Shi Jin memaksanya untuk membuka sekarang, seperti pria sejati. Dae Yeong pun membuka kotak itu. isinya gingseng merah, Dae Yeong mengatakan kalau itu untuk sersan Choi, satu lagi untuk sersan Im dan DVD untuk sesan Gong dan surat.
“Kau memutuskannya tapi ia masih mengirim semua ini. Myeong Ju memang sesuatu.” Ujar Shi Jin yang langsung meminum gingseng merah.
Itulah yang membuat dae Yeong makin sedih, ia mengambil surat Myeong Ju. Shi Jin minta bagiannya dan Dae yeong memberikan kotak wadah barang. Shi Jin tak bisa percaya ini. dae yeong serius membaca isi surat Myeong Ju.
“Tapi taka da hadiah untukmu.” Kata Shi Jin.
“Hadiahku akan datang. Sepertinya letnan Yoon akan datang.” Jawab dae yeong.
“kesini?!” Shi Jin kaget.
Myeong Ju laporan pada Letnan umum Yoo kalau ia ditugaskan ke Urk sebagai tim medis militer. Letnan umum Yoo tampak tak senang. Tapi Myeong Ju kebalikannya, ia sudah tak sabar mau berangkat.
“seperti yang ku katakana. Aku menyukai Yoo Shi Jin, dia adalah komandan. Aku ingin menjadikannya sebagai menantuku. Kau tahu kan kalau kau mempersulit Seo Dae Young.” Kata Letnan Umum Yoo yang sebenarnya adalah Ayah kandung Myeong Ju.
Myeong Ju membalas kalau Letnan Umum Yoo tidak bisa memperlakukan Dae Yeong dengan melibatkan perasaan pribadi jika tak ingin kehilangan prajurit hebat lagi.
Letnan Umum Yoo menjelaskan kalau Dae Yeong menetap menjadi tentara seperti nasehatnya, ia tidak pernah merasa kehilangan tentara. Myeong Ju mengoreksi ayahnya, Dae yeong menetap bukan karena ayahnya adalah pemimpin yang baik tapi karena Dae Yeong memang tentara sejati. itulah kenapa Myeong Ju mencintainya dan tak bisa melepasnya.
“Jika Anda menghentikanku lagi. Anda akan kehilangan keduanya. Letnan Yoo Myeong Jud an puterimu Yoo Myeong Ju.” Kata Myeong Ju tegas.
Mo Yeong menelfon Ji Soo kalau pacar Myeong Jud an pria yang pernah dekat dengannya ada di sana. Mo Yeon mengatakan kalau tadi ia sangat gugup di bandara, ia bertanya, apa mungkin Shi Jin menyadarinya.
Ji Soo menjawab kalau Shi Jin pasti menyadarinya. Ji Soo bertanya, akhirnya mereka bisa bertemu lagi, apa Mo Yeon senang. Bukan senang, Mo Yeon tak nyaman setengah mati. Lalu hubungan telfon terputus karena sinyal jelek.
Lalu ia tertarik dengan anak-anak Urk. Mo Yeon memotret mereka. Dan salah satu anak memakan sesuatu yang bukan makanan. Mo Yeon melarangnya, ia keluar pagar batas aman dan memberikan coklat pada anak itu, yang lain mengerubungi Mo Yeon minta coklat juga. Mo Yeon bingung.
Lalu Shi Jin datang, ia memberitahu Mo Yeon kalau jangan pernah memberi mereka apapun kecuali cukup untuk semuanya.
“Kau bahkan melewati pagar batas aman.””kau juga melakukannya.”
“Dan kau tak menunjukkan penyesalan.”
Lalu Shi Jin mengatakan dalam Bahasa Urk menyuruh anak-anak untuk ke pesta penyambutan dan minta pada sersan Choi. Anak-anak mengerti.
Mo Yeon bertanya, apa yang dikatakan Shi Jin tadi. Shi Jin menjawab kalau ia akan menembak anak-anank itu jika merak tak pergi. Mo Yen menyuruhnya berhenti berbohong tapi Shi Jin menyebut ini lelucon.
Mo Yeon jalan duluan, ada suara seperti menginjak ranjau darat. Shi Jin menyuruhnya berhenti, tak boleh bergerak. Music latar menjadi tegang. Mo Yeon ketakutan, apa ia akan mati?
Shi Jin menggigit kukunya, ia berpikir. Shi Jin mengatakan kalau ia sudah disana selama 16 tahun dan tak ada orang hidup untuk menceritakannya (maksudnya mereka semua mati setelah menginjak ranjau darat).
“bagaimana kau bisa mengatakan itu? kau kan seorang tentara. Lalukan sesuatu! Kau kan pasukan Khusus. Di film-film aku melihat kalau mereka menggunakan pisau disaat seperti ini.”
Shi Jin jongkok dan memeriksa keadaan. Selama 25 tahu menjadi tentara ia hanya melihat satu orang yang berhasil melakukan itu (menghindari ranjau darat dengan pisau – seperti adegan di city hunter, ada yang udah nonton?).
Mo Yeon bertanya siapa itu. shi Jin berdiri dan menatap mata Mo Yeon, ia menjawab, dia adalah tentara yang Mo Yeon lihat di film. Lalu ia meninggalkan Mo Yeon.
“Yaa, pria jahat.” Mo Yeon menggunakan Bahasa informal.
Shi Jin balik lagi,,”aku satu-satunya orang yang bisa menyelamatkanmu. Apa kau barusan menyumpahiku?”
Mo yeon tak punya pilihan lain kare tadi Shi Jin mengatakan tak bisa menolongnya,,”akaknkah aku mati?”
“tidak”
Lalu Shi Jin menyuruh Mo Yeon menggeser kakinya, ia akan menggunkan kakinya untuk menggantikan kaki Mo Yeon. Mo yeon bingun, apa dengan begitu ranjaunya tak akan meledak?
Pasti akan meledak, dan Shi Jin akan mati. Mo Yeon membalas kalau itu tak masuk akal, bagaimana Shi Jin bisa mengatakan itu? kenapa Shi Jin yang harus mati? Ia mendorong Shi Jin untuk mencari orang ahli yang bisa menyelamatkan mereka, pasti ada jalan.
Dan mereka terjatuh, tapi ranjaunya tak meledak. Mo Yeon bertanya, kanapa tak meledak.
“bagaimana kabarmu?” tanya Shi Jin.
“Sebentar. Semua ini bohong?”
Mo yeon duduk, ia mengis, kesal dan memukuli Shi Jin. lalu ia pergi, ia melarang Shi Jin bicara padanya lagi juga jangan mengikutinya.
Di pesta penyambutan, mereka membakar daging. Mo Yeon melintas. Chi Hoon menyuruhnya duduk untuk makan. Mo Yeon meminta Chi Hoon untuk menyisihkan bagiannya dan ia terus berjalan.
Mo Yeon melewati dae Yeong dan Shi Jin mengikuti Mo Yeon di belakang. Dae Yeong menanyai Shi Jin, apa yang terjadi.
“aku membuatnya menangis” jawab Shi Jin.
“secepat itu?”
“Aku juga syok.”
Mo Yeon memompa air dan menggunakannya untuk membersihkan matanya dari airmata. Shi Jin minta maaf. Mo yeon menghindar. Shi Jin biasa bercanda seperti itu dan ia tahu sudah kelewatan, ia sungguh minta maaf. Mo Yeon mengerti.
Lalu lagu kebangsaan korea berkumandang. Shi Jin memberi penghormatan. Begitu juga tentara yang lain, mereka menghadap ke arah bendara yang sedang dikerek. Tim medis meletakkan tangannya di dada. Mo Yeon masih diam saja. Lalu Shi Jin membalik badan Mo Yeon sehingga menghadap ke bendera. Mo Yeon meletakkan tangannya di dada dan Shi Jin kembali memberi hormat.
“senang bertemu kembali denganmu.” Kata Shi Jin.
Saatnya persiapan istirahat. Para tentara berhitung sebelum tidur. Dan tim medis memasang tirai tidur di bantu beberapa tentara. Chi Hoon jatuh tersungkur saat hendak memasang tirai. Sersan Choi membantunya bangun. Sumpah aku ngakak dengan adegan ini..
Mo Yeon juga tidur dengan tirai tidur.
Pagi-pagi para tentara jogging tanpa memakai kaos. Hal itu merupakan pemandangan yang indah untuk Mo Yeon dan Min Ji.
“Apa ini pemandangan setiap pagi?” tanya Min Ji.
“Jika mereka melakukan ini dimalam hari juga. Aku mungkin akan menetap disini.” Balas Mo Yeon.
Lalu Shi Jin menghampiri Mo Yeon. Mo Yeon menyuruhnya minggir karena menghalangi pandangannya. Shi Jin bertanya jadwal Mo Yeon. Mo Yeon menjawab pagi dan sore tanpa melepaskan pandangan dari para tentara.
Saat tentara mendekat Shi Jin memberhentikan mereka memerintahkan mereka untuk segera kembali ke markas dan mengakhiri jogging mereka.
Shi Jin balik ke Mo Yeon, menanyakan apa yang akan Mo yeon lakukan di pagi dan Sore hari. Mo yeon masih mau melihat para tentara tapi Shi Jin terus menghalanginya membuat Mo Yeon kesal.
Tim medis mulai membuka pelayanan di medicalcube. Para tentara mengerumuni Mo Yeon. Mo Yeon menjelaskan jika caranya mengambil darah maka sangat menyakitkan. Salah satu tentara mengulurkan lengannya tanpa takut, ia malah menyukai rasa sakit. Mo Yeon tersenyum.
Lalu Shi Jin datang. Para tentara memberinya hormat. Lalu Shi Jin menjauh. Mo yeon memanggilnya, ia meminta Shi Jin sebagai komandan harus sebagai yang pertama.
Shi Jin menurut, Mo Yeon kesulitan mencari pembuluh darah Shi Jin, dan belum apa-apa Shi Jin sudah meringis. Shi Jin beralasan kalau tentara membawa senjata berat, jadi mungkin pembuluh darahnya ketutupan otot.
“kalau begitu coba tembak aku.”
Dan Mo Yeon kembali mencari. Shi Jin meringis lagi. Mo Yeon mengatakan kalau ia belum mulai memasukkan jarum. Tantara yang lain menertawai Shi Jin. Shi Jin membisiki Mo Yeon, ia mengira Mo Yeon masih kesal dengan candaannya kemarin. Mo Yeon mengelaknya, ia tidak pendendam kok.
Shi Jin menunjukkan letak pembuluh darahnya dan mendorong tangan Mo yeon agar segera memasukkan jarumya. Shi Jin memang suka pura-pura. Mo yeon pun bisa dengan mudah mengambil darahnya.
Lalu seseorang datang berkunjung. Ia mengobrol akrab dengan Shi Jin. tiba-tiba terdengar suara gedebruk dan bunyi klakson mobil. Shi Jin meminta laporan dan dia mendapat laporan kalau ada kecelakaan mobil di bukit.
Orang yang tadi berkunjung khawatir kalau itu adalah salah satu dari truk-nya.
Shi Jin dan dua rekannya datang untuk memeriksa. Memang ada kecelakaan mobil. Di dalam mobil ada orang yang meninggal. Lalu yang lain memeriksa bagian lain. ada satu orang lagi, mengaku dari UN. Tapi orang itu mencurigakan namun berhasil mengelabuhi kedua tentara yang bersama Shi Jin.
Shi Jin bergerak cepat, ia mengambil kunci mobil dan memberikannya ke 2 tentara tadi untuk membuka box mobil.
Orang tadi berhasil mengambil pistol dari dalam mobil dan Shi Jin berhasil merebutnya. Kerennn..
Dan ternyata isi box mobil adalah senjata. Lalu Shi Jin menyerahkan orang itu untuk dibawa oleh polisi local. Polisi mengapresiasi kesigapan tentara Korea Selatan.
Dae Yeong mengatakan kalau sebaiknya mereka melaporkan kejadian ini. Shi Jin membalas bertanya, apa mereka memiliki cukup kertas untuk menulis laporan.
Mo yeon sedang mencuci tangan saat Shi Jin dan Dae Yeong kembali. Mo Yeon bertanya, apa ada yang terluka. Shi Jin menjawab kalau itu hanya kecelakaan saja. Lalu Shi Jin akan ke kantor ketua Park.
Mo Yeon bertanya password Wi-Fi pada Dae Yeong. Sayangnya hanya orang-orang yang diperbolehkan menggunakan internet demi keamanan.
“Ah begitu ya? lalu gimana ini?” tanya Mo Yeon.
Dae yeong menjelaskan kalau ada internet café di kota, tempat dimana komandan akan pergi. Dae Yeong mengatakan kalau komandannya pasti bisa memberi Mo Yeon tumpangan.
Dalam perjalanan Mo Yeon menelfon seseorang kalau ia akan segera mentrasfer menggunakan internet banking sebentar lagi. shi jin bertanya, apa Mo Yeon pindah rumah. Mo yeon menjelaskan kalau ia keluar dari rumah sakit untuk membuka kliniknya sendiri.
Shi Jin bisa menebak kalau hal ini karena masalah dengan ketua Han, selama Mo Yeon tak ada semuanya membicarakan hal itu.
“Ku pikir dia bukan pria yang baik.”
“Aku tidak akan disini kalau dia baik.” Balas Mo yeon.
Shi Jin bergumam kalau ia menyerah tidak agar Mo Yeon berkencan dengan pria macam begituan. Mo Yeon menegaskan kalau ia tidak berkencan, ceritanya panjang tapi yang pasti bukan hubungan yang indah.
Mo yeon membuka kaca mobil, ia melihat palang yang menunjukkan pantai yang indah. Mo Yeon bertanya, dimana itu?
“Jauh sekali.”
“Aku tidak bertanya jaraknya.”
Mo Yeon merasa kalau Shi Jin melampiaskan kekesalannya pada dirinya. Tapi Shi Jin mengelaknya.
Akhirnya mereka sampai di kota. Shi Jin menjelaskan kalau kota itu yang paling dekat dengan markas mereka dan menyuruh Mo yeon untuk mengingat-ingat tandanya karena bisa jadi Mo yeon akan datang kesana tanpa dirinya.
Mereka sampai di tempat tujuan. Shi Jin menjelaskan kalau tempat ini bukan Internet cafétapi internet disana bisa lebih cepat. Shi Jin memanggil pemilik toko itu. Yang keluar malah Ri Hwa padahal setahunya yang punya toko adalah Daniel.
Ri Hwa menjelaskan kalau toko ini milik mereka berdua, dan sekarang ia tak akan mengijinkan Daniel masuk ke tokonya lagi.
Ri Hwa bertanya, apa wanita yang bersama Shi Jin itu adalah dokter yang baru datang dari korea. Tanpa menunggu jawaban, ia langsung mencium aroma Mo yeon dan ia tahu kalau ia benar karena Mo Yeon bau ethanol. Mo Yeon bertanya pada Shi Jin, siapa Ri Hwa.
“Dia adalah seorang perawat di Peacemaker Emergency Aid. Toko ini mungkin pekerjaan sampingannya” jawab Shi Jin.
Mo Yeon mengerti jadi Ri Hwa membuka toko ini untuk menghasilkan uang lebih. Ri Hwa menjelaskan kalau ia membuka toko demi kesenangan karena ia tak membuatuhkan uang.
Lalu Ri Hwa bertanya pada Shi Jin, bagaimna Shi Jin bisa tahu pekerjaannya. Shi Jin menjelaskan kalau Daniel yang memberitahunya mengenai istri korea Daniel. Ri Hwa mengatakan kalau ia hanya rekan kerja Daniel. Lalu ia bertanya, apa yang mereka butuhkan. Ia memiliki segalanya kecuali Daniel.
Shi Jin mengatakan kalau mereka butuh Wi-Fi. Lalu Ri Hwa mencari letak Wi-Fi nya. Mo Yeon bertanya, apa Shi Jin yakin kalau di tempat itu ada Wi-Fi.
“Jika kau mencari dengan sungguh-sungguh, kau mungkin akan menemukan peluru juga di sini.” Jawab Shi Jin, artinya apaun ada di toko itu.
Lalu Shi Jin meminta Mo Yeon menunggu 1 jam di tempat itu karena ia ada usrusan dan nanti akan menjemput Mo Yeon lagi. Shi Jin melarang Mo Yeon berkelahi, lalu membisiki Mo Yeon kalau Ri Hwa punya pistol.
Mo yeon sebenarnya keberatan ditinggal, tapi mau gimana lagi.
Lanjut part 2