.

Sinopsis Drama Korea Descendants of the Sun Episode 4 Part 1

 Sinopsis Drama Korea Descendants of the Sun Episode 4 Part 1


Mo Yeon yakin bisa menyelamatkan pasien dan Shi Jin beserta Tim-nya melindungi Tim medis walaupun ia harus menentang perintah atasannya.


Shi Jin menegaskan pada pengawal kalau keselamatan pasien adalah prioritas utama. Pengawal membalas kalau Shi Jin pasti tahu dengan jelas apa  yang sedang dilakukannya dana pa akibatnya.


“Kau juga melakukan tugasmu. Dokter akan menyelamatkan pasiennya  dan aku akan melindungi apa yang harus aku lindungi.”


Lalu dibawalah pasien ke ruang operasi. Shi Jin berbalik untuk melihat Mo Yeon membawa pasien.

Para petinggi di Korea ribut mendengar berita kalau Presiden Arab berhasil masuk ke ruang operasi.


Ketua Park mendengar suara sirine. Salah satu tentara memberinya laporan bahwa pasukan khusus berkumpul di lapangan training dengan senjata lengkap, level utama FP mengeluarkan ultimatumtelah dikeluarkan..

“Kau pikir aku tak mendengarnya? Siapkan saja mobilnya!” bentak Ketua Park.

Lalu ketuaPark kembali memberi perintah untuk Tim Alpha.


“YAA! idiot. Level utama FPCON dikeluaarkan karena ulah kalian. Perang di depan mata. Jika ada yang mendengarku, pastikan kau menyampaikan pada Yoo Shi Jin untuk menghentikan operasi segera dan serahkan VIP ke dokternya. Atau aku akan kesana dan menembak kalian semua karena melanggar perintah.”

Tapi tak ada yang mendengar.


Mo Yeon memimpin operasi dan Dr. Sang Hyun sebagai asistennya. Dr. Sang hyun meminta Mo Yeon berpikir lagi sebelum membedah pasien, sesaat setelah Mo yeon menyayatkan pisaunya tak ada jalan untuk kembali.

Mo Yeon menunjukkan bekas operasi pasien. Chi Hoon mengatakan kalau tak ada catatan mengenai operasi.

“Oleh karena itu, jangan percaya apapun tanpa mengecek dengan kepala matamu sendiri.” jawab Mo Yeon.

“Aku tahu. Itulah kenapa operasi ini sangat berbahaya. Untuk kita, pasien dan para tentara.” Balas Dr. Sang Hyun.

Mo Yeon menegaskan kalau pasien akan mati jika ia menyerah akan bahaya,,”Kita tak punya pilihan sebagai seorang dokter!”

Dan ia mulai membedah pasien.

Pengawal memberitahu Shi Jin kalau mereka baru saja meletakkan pisau di hati 1,6 juta penduduk arab karena membedah symbol perdamaian penduduk.

“Dokter hanya mengoperasi pasien yang membutuhkan.” Jawab Shi Jin tak gentar.


Sepertinya operasi tak berjalan lancar, tiba-tiba tekanan darah pasien turun drastic. Chi Hoon panik, karena mereka akan mendapat masalah jika pasien mati padahal ia  akan menjadi ayah sebentar lagi.


Pengawal memberikan beban tanggung jawab pada Shi Jin kalau terjadi apa-apa dengan Presiden.

“InsyaAllah. Kita serahkan saja pada Tuhan.” Jawab Shi Jin.

Shi Jin melirik ke arah ruang operasi.


Dr. Sang Hyun merasa kalau ini tidak akan berhasil, pendarahannya terlalu banyak. Mo Yeon memerintahkan untuk melakukan tranfusi darah secepatnya dan menenangkan kalau mereka memiliki cukup kantung darah untuk pasien.

“Kita akan menghilangkan adhesi dan menghentikan pendarahannya. Kita akan berjalan sesuai rencana awal.” Tegas Mo Yeon.

Chi Hoon mau protes. Mo Yoen menyuruhnya berhenti dan ambilkan saja apa yang ia suruh. Chi Hoon keluar untuk mengambil apa yang diperintahkan Mo Yeon dan Dr. Sang Hyun mulai prosedur penghilangan adhesi.


Ketua Park bertanya bagaimana kelanjutannya. Dae Yeong menjawab kalau pasien berada di tengah operasi. Kemudian terdengar suara helicopter. Dae Yeong melapor kalau sepertinya dokter Presiden Arab sudah tiba.


Monitor menunjukkan kalau kondisi pasien stabil. Semua bisa bernafas lega.

Shi Jin tetap melihat ke ruang operasi, Mo Yeon akhirnya bisa melihat ke luar. Mo Yeon memerintahkan untuk melakukan sentuhan terakhir. Shi Jin kembali melihat kedepan mungkin rasa khawatirnya sudah hilang.


Dokter Presiden Arab melihat Presiden setelah dioperasi, ia mengakui kalau operasinya berjalan lancar tapi tetap saja Pasien harus bangun dulu untuk menyebut kalau operasi ini sukses. Ia akan takut kalau ia jadi Mo Yeon.

“Jika aku hanya mondar-mandir khawatir tanpa melakukan apapun, kau akan mendapati tubuh yang tak bernyawa sekarang.”

“Dia masih bisa meninggal.” Bentak si dokter lalu keluar.


Mo Yeon bergumam kalau ia juga tahu hal itu. lalu Mo Yeon terduduk. Dr. Sang Hyun mengkhawatirkannya dan menyuruhnya untuk istirahat, ia yang akan memonitor pasien. Mo yeon mengatakan kalau ia baik-baik saja, ia hanya lapar.

Mo Yeon memerintahkan Chi Hoon untuk makan bersama Ja Ae dan Min Ji karena mereka masih harus bergantian memonitor pasien. Chi Hoon mengerti.

“Ngomong-ngomong. Bagaimana jika dia meninggal?” tanya Chi Hoon.

Dr. Sang Hyun menjawab kalau mereka akan mendapat catatan masalah.


Rapat di Blue House. Presiden tak membutuhkan penjelasan hasil operasi, ia hanya akan menunggu kepulihan pasien. Kayaknya Presiden memerintah Letnan Umum Yoon untuk mendisiplinkan tentara yang menetang perintah pusat. O Ow.. Shi Jin dalam msalah .


Letnan Umum Yoon langsung menghubungi Tim Urk, minta disambungkan ke Tim Alpha. Letnan Umum Yoon memberi perintah pada Dae Yeong. Shi Jin melihat Dae Yeong

“Kapten Yoo Shi Jin akan diturunkan dari posisinya karena melanggar perintah dan masukkan dia dalam tahanan.”

Dae yeong menunduk. Letnan Umum Yoo melanjutkan bahwa ia tahu, ia juga mengapresiasi keberanian tindakan mereka tapi hukuman tetap tak  berubah.


Lalu semua Tim Alpha menunduk, ternyata mereka semua menggunaka headset jadi bisa lengsung mendengar perintah dari atasan. Shi Jin menangkap situasi saat ini, ia mencoba tersenyum.


Shi Jin menyerahkan pistolnya dan rompi pelindungnya. Dae Yeong dengan berat hati mengatakan kalau Shi Jin diturunkan dari posisinya dan akan dimasukkan ke tahanan.

Shi Jin tersenyum lalu ia menoleh ke pengawal.

“AKu bukan lari dari tanggung jawab. Aku telah… diperintah.” Ucap Shi Jin.

Shi Jin meyerahkan Tim-nya pada Dae Yeong.

Sebagian tim medis makan ramen. Pengawal presiden berdiri diluar mengawasi mereka.

Chi Hoon: Apa Ahjusshi itu mengawasi kita?
Ja Ae: Aku tak berpikir dia disini untuk Ramen.

Min Ji menghitung sesuatu. Chi Hoon mengatakan kalau ramennya belum matang. Bukan itu yang sedang dihitung Min Ji, ia bingung, apa tadi ia benar dalam menghitung alat operasi, taka da yang tertinggal ditubuh pasien, kan?

Chi Hoon menjawab kalau itu hanya pikiran nyeleneh, Ja Ae tak mungkin membuat kesalahn seperti itu.

“Apa kita perlu menghitungnya lagi? Berapa tadi awalnya?” tanya Ja Ae.

 “Apa yang kalian bicarakan sekarang?” Chi Hoon ikutan takut.

Dae Yeong membawa Shi Jin ke gudang penyimpanan barang, Shi Jin akan dikurung disana. shi Jin melucu, ia berharap bisa di kurung di gudang makanan.


Lalu ketua Park datang, ia memerintahkan dae yeong keluar. Ketua park menendang betis Shi Jin.

“Bodoh! Lihat kau sekarang. Kau ditahan.. dan Tim mu berantakan.”

Shi Jin hanya bisa minta maaf. Ketua Park membentaknya, lalu kenapa Shi Jin melakukan sesuatu yang membuatnya harus minta maaf.

“Apa kau tahu berapa byak orang yang mungkin akan kehilangan pekerjaan mereka?”

Shi Jin menjawab kalau ia tidak menyesal. Ketua Park menyayangkan tindakan Shi Jin, seharusnya Shi Jin akan dipromosikan saat tugasnya selesai tapi karena ulahnya ini, Shi Jin menghancurkan kariernya sendiri.

“Saya tak menyesal. Saya yang memilih jalan ini dan saya akan menanggung akibatnya.” Jawab Shi Jin tegas denganmelihat ke mata ketua Park lalu ia kembali menunduk.

“Aku harap kau menerima penghormatan.” Balas Ketua Park tapi ekspresinya pas untuk kata-katanya.


Mo Yeon menemui Dae yeong, bertanya dimana Shi Jin. Dae Yeong mengatakan kalau Shi Jin sedang ditahan, Mo Yeon tidak bisa menemuinya. Mo yeon memohon, ia hanya butuh lima menit saja.


Kemudian Ketua Park keluar, Menanyakan pada Dae Yeong, siapa dokter gila bernama kang Mo Yeong itu, ia ingin bertemu. Dae Yeong mengatakan jika VIP bangun…

Mo yeon memotongnya, ia mengenalkan diri pada Ketua Park kalau ia adalah dokter yang dicari ketua Park.


Ketua Park bicara berdua dengan Mo Yeong, partama yang ditanyakan apakah VIP masih belum sadar. Mo Yeon menjawab kalau VIP sedang dalam pemantauan.

“Semua orang bisa mengatakan itu! bagaimana kalau dia tidak bangun?”

“Diagnosis dan treatment… memberika keputusan rasional untuk tindakan medis.”

Ketua Park tersenyum sinis. Mo Yeon sangat percaya diri karena jika ia dipecat maka ia masih bisa membuka klinik karena kepopulerannya. Tapi Mo Yeon menjadikan karier Shi Jin menjadi sampah, karier yang dirintis selamalebih dari 10 tahun menjadi tak ada artinya. Shi Jin tak akan pernah mendapat promosi dan jika VIP tidak sadar maka Shi Jin benar-benar akan masuk penjara yang sesungguhnya,,”Itu semua karena keputusan tindakan medismu.”

Ketua Park ingin bekerja sama untuk membangunkan VIP karena hanya dengan begitu posisi mereka bisa terselamatkan. Itulah harapan Ketua Park. Lalu ketua Park kembali ke mobilnya.


Dae Yeong mengatakan kalau ia akan melaporkan kondisi VIP setia satu jam. Ketua Park melarangnya karena Dae Yeong bukan lagi bawahannya dan menyuruh Dae Yeong untuk segera ke bandara, pemindahan Dae Yeong masih berlaku.

“Saya mengerti, tapi disaat Kapten tak ada, Maka Saya…”

“Lakukan saja. Apa kau juga mau dihukum karena melanggar perintah?” bentak Ketua Park

Dan ketua Park memerintahkan Sersan Choi untuk melakukan tugas Shi Jin dan berpesan agar Dae Yeong kembali ke Korea. Dae Yeong dan sersan Choi mengerti.

“kalian berdua.. dengarkan baik-baik. Jika kalian diinterogasi saat kembali ke Korea, katakana kalau Shi Jin dengan sukarela bertanggung jawab atas semuanya. Ingat itu.”


Dae Yeong masuk ke tempat Shi Jin. Dae Yeong mau memberi penghormatan untuk yang terakhir kali, ia minta maaf karena meninggalkan Shi Jin seperti ini, ia bukan melarikan diri karena keinginannya tapi karena perintah.

Shi Jin mengatakan kalau ia bukan lagi atasan Dae Yeong, ia sudah diturunkan jadi tak perlu penghormatan segala.

“Hari ini.. setiap panggilan yang dibuat atasanku (Shi Jin) adalah benar dan dibenarkan. Dan hari ini, setiap panggilan yang dibuat atasanku patut dihormati. Ssmpai bertemu di Korea. Kapten Yoo.”

“Belikan aku minum. Untuk 72 jam.” Balas Shi Jin. dan mereka tersenyum.


Dae Yeong memakai tpoinya dan memberi penghormatan terakhir.

“Lapor! 24 Mei 2015, Sersan Mayor Seo Dae Yeing diperintahkan untuk kembali ke Korea. Dengan ini saya akan mengikuti perintah. Hormat”

Shi Jin membalas hormat dari dae Yeong.

Pengen nangis.…

Dae Yeong mendatangi Mo Yeon di ruang pemulihan pasien. Ia memberi Mo Yeon waktu 10  menit untuk bicara dengan Shi Jin.


Mo Yeon diluar gudah tempat Shi Jin ditahah. Ia bicara dari luar. Dae Yeong berangkat ke bandara.

“seang bertemu denganmu. Apa ini yang dinamakan berkunjung?” canda Shi Jin.

Mo Yeon duduk membelakangi Shi Jin, punggung mereka mungkin bersentuhan sekarang kalau tak dipisahkan dinding. Mo Yeon minta maaf. Shi Jin mengatakan kalau Mo Yeon tak melakukan hal yang salah sehingga perlu untuk meminta maaf.

“Pasiennya masih belum sadar.” Sura Mo Yeon mulai bergetar.

“Tidakkah kau pikir bahwa kau telah mengkhawatirkan banyak pria?”


Shi Jin melanjutkan kalau Mo Yeon tidak bisa begitu, untuk saat ini Mo Yeon hanya diijinkan untuk mengkhawatirkannya saja. Mo Yeon mulai berkaca-kaca.

Shi Jin menyadari kalau  perkataan Mo yeon benar adanya. Mo yeon bertanya, kata-kata yang mana? Suara Mo Yeon semakin bergetar.

“Kalau kau terlihat sexy diruang operasi.”

Mo Yeon ingin tahu alasan Shi Jin melakukan semua itu padahal pilihan ditangan Shi Jin dan semua ini tak akan terjadi.

“Sudah kukatakan. Wanita cantic, anak-anak dan manula harus dilindungi. Itu prinsipku. Wanita cantic dan laki-laki tua. Keduanya ada di depanku. Aku harus bertindak.”


Mo Yeon berusaha keras untuk tak menangis. Shi Jin mengatakan kalau Mo Yeon sangat berani tadi. Mo Yeon tak bisa menahan tangisnya lagi.

Shi Jin mendengar suara tangis Mo Yeon. Mo Yeon bertanya, apa di dalam Shi Jin baik-baik saja, apa ada yang Shi Jin butuhkan. Shi Jin minta c4 atau RDX (sejenis Bahan peledak).

“Aku baik-baik saja sampai beberapa detik yang lalu. Sekarang akum au merusak pintu untuk keluar. Karena seseorang.”

“Bagaimana kau masih bisa bercanda disaat seperti ini?”

“seharusnya tidak tapi kelihatannya sulit untuk mengentikannya.”

Waktu 10 menit sudah habis, Mo Yeon harus pergi, ia memberi obat nyamuk (melalui celah pintu) pada Shi Jin lalu pergi.

“terimakasih, tepat sekali, ini yang aku butuhkan.” Kata Shi Jin padahal didepannya ada tumpukkan kotak obat nyamuk.

Mo Yeon berjalan keluar diiringi OST yang enak banget..

Shi Jin belum beranjak. Mo Yeon menoleh ke arah gudang sebentar kemudian lanjut jalan lagi.


Anak yang keracunan timah hitam kemarin sudah sembuh. Ia masuk ke ruang pemulihan presiden dan menyentuh dahi presiden lalu membandingkan suhunya dengan dahinya.

“Dia tidak sakit lagi.” katanya dslam Bahasa Urk.

Pengawal masuk dan menyeretnya keluar. Ternyata Dr. Sang Hyun dan dokter presiden juga ada di dalam, tapi mereka ketiduran. Mo Yeon masuk dan menarik anak itu, ia mengatakan pada pengawal kalau anak itu hanya anak-anak.

Presiden sudah sadar dan bisa merespon.



Dr. Sang Hyun dan yang lainnya lega sekali.

“Aku pikir hidupku selama 37 tahun ini akan berakhir.” Kata Dr. Sang Hyun.

“Pasien menyelamatkan dokter.” Balas Ja Ae.



“Sungguh melegakan. Walaupun keluargaku kaya. Mereka tidak bisa menyelamatkanku dari ini.” kata Chi Hoon.

“Ah,, jadi keluarga dokter tak sekuat itu ternyata.” Balas Min Ji.

Ini adalah kali kedua Dr. Sang Hyun menderita di ruang operasi. Kali pertamanya adalah saat ia mengoperasi Ibu Ja Ae, ia sangat takut kalau ia membuat kesalahan.


Pasien ditransfer menggunakan helicopter dilepas oleh para tentara dan Tim medis.


Sersan Choi mengabari Dae Yeong kalau pasien sudah sadar dan semuanya berjalan lancar. Gi beom menguping pembicaraan mereka. Lalu Sersan Choi menyalakan speaker sehingga Gi beom bisa mendengar.


“Saya Kopral Kim Gi Beom. Bagaimana Anda bisa melakukan ini? Anda pergi tanpa sepatah katapun.” Gi Beom menangis.

“Lalu aku harus bagaimana? Aku meletakkan kamus di lokermu. Gunakan itu untuk belajar Ujian paket C mu. Sersan Choi, pastikan kalau ia belajar dengan rajin.”

Sersan Choi mengerti. Gi Beom memberi hormat untuk Dae Yeong. Dan telefonpun di putus.


Dae Yeong berjalan menuju pesawat yang akan membawanya kembali ke Korea. Tepat saat itu Myeong Ju keluar dari pesawatnya dengan ekspresi gembira. Mereka saling menatap.


Lanjut Part 2