.

Sinopsis Drama Korea Descendants of the Sun Episode 5 Part 1

 Sinopsis Drama Korea Descendants of the Sun Episode 5 Part 1


Shi Jin mencium Mo Yeon agar dapat merasakan wine. Mo Yeon menutup matanya.

Shi Jin menyudahi ciumannya lalu mengambil botol wine di tangan Mo Yeon dan meletakannya di meja.


Matanya masih belum lepas dari Mo Yeon, Mo Yeon terus menatap kebawah setelah Shi Jin menyudahi ciumannya. Shi Jin akan mencium Mo Yeon lagi tapi Mo Yeon menggeser kepalanya ke samping.

Shi Jin pun menjauh. Mo Yeon masih belum bisa menatap Shi Jin, ia mengucapkan selamat malam lalu pergi membawa botol wine.

-=Episode 5=-


Mo Yeon kembali ke kamarnya dan ia tidak bisa tidur, ia teringat perkataan Shi Jin sepulangnya dari pemakaman sahabatnya. Kalau Shi Jin mau mereka berhenti membicarakan resiko pekerjaannya.


Shi Jin dikamarnya, melepas seragamnya. Ia menghembuskan nafas berat.


Di jam yang sama. Yi Hwa terbangun dari tidurnya karena ada seseorang  yang masuk ke rumahnya. Ia berdiri dan siap dengan pistolnya. Orang itu sudah di depan tirai.

“Drop The Gun.” Kata Orang itu.

Yi Hwa mengenali suara itu. ia lega,lalu menyibak tirai. Sosok yang dikenalnya berdiri dibalik tirai. Ia adalah Daniel.

“Apa kau tak menyebabkan masalah selama aku tak ada?” tanya Daniel.

Yi Hwa kesal, tidak bisakah Daniel memberitahunya kapan Daniel akan pergi atau kembali? Daniel menjelaskan sambil mencopot jas kalau 3 bulan ia di Libya, 1 bulan di Urk Utara bersama Chen Gang.

Yi Hwa menyela, ia memukul Daniel dengan pistol yang masih di tangan. Tempat itu sangat berbahaya.

“Tapi ini lebih berbahaya. Tak ada yang lebih berbahaya dari memiliki istri yang menodongku dengan pistol.”


Yi Hwa kembali menyimpan pistolnya, ia bertanya, apa Daniel kembali bersama Chen Gang. Daniel menjawab kalau Chen Gang sudah kembali ke tempatnya berasal.

“kapan?” tanya Yi Hwa.

Daniel diam saja, matanya menuju ke foto di dinding. Yi Hwa mengikuti arah tatapan Daniel, sepertinya ia menerima sinyal Daniel, lalu ia beralih ke jas Hitam Daniel, matanya berkaca-kaca.


“Generasi energy matahari tidak membahayakan lingkungan. Dan aman bagi tanaman. Pembangunan dalam rangka perdamaian dimulai setelah perang di Urk selesai. Di Solar Power Sector, Haeung Group. Kebanggan pertama didunia melawan Jerman. Kita berusahah memenangkan segi konstruksi dari kekuatan tanaman. ” jelas wakil manager konstruksi pada tim medis.


Dr. Sang Hyun takjub melihat ada tulisan hangul dari ujung ke ujung. Mo Yeon takjub dengan sebuah Menara dan ingin naik ke atas.


Manager datang, Mr. Jin ia memberikan kartu namanya pada Mo Yeon, dia sombong, nama aslinya Jin Young Su. Dan saat ia akan mengatakan nama Inggrisnya, Ja Ae menyela,,”Young Su Jun!”

Mo Yeon tersenyum. Dr. Sang Hyun juga.

Mr. Jin melanjutkan,,”Ricard” dengan sedikit kesal. Dan ia mengoreksi kalau namanya adalah Jin Young Su.

Wakil managermenjelaskan kalau mereka lebih senang mamanggilMr. Jin dengan manager Jin lebih Korean style lalu ketawa.

“Oleh karena itu aku menyuruhmu memanggildengan benar.” Tegas Mr. Jin.

Wakil manager langsung diam dan menunduk mengerti. Mr. Jin menjelaskan kalau ia bukan pekerja konstruksi seperti wakilnya, ia mengurusi urusan kantor. Mr. Jin ingin bicara dengan ketua tim medis, namun Mo Yeon dan yang lain malah berbalik kembali ke tenda.

“tak adakah Professor?” tanya Mr. Jin pada wakil manager.


Mo Yeon mendapat telfon dari Chi Hoon yang punya kabar baik dan buruk. Mo Yeon ingin mendengar kabar baik terlebih dahulu.

Kabarbaiknya adalah Chi Hoon berhasil menemukan nama anak yang keracunan timah hitam, namanya Blackey. Dan kabar buruknya adalah Blackey menghilang.


Mo Yeon langsung kembali ke medicube. Ia menginterogasi Min Ji dan Chi Hoon. Kapan terakhir kali melihat Blackey. Min Ji melihatnya jam 9 pagi. Min Ji tampak takut.

Lalu Chi Hoon menunjukkan denah peninggalan Blackey, ia menebak kalau Blackey pulang ke rumah. Chi Hoon akan menemukannya.

“APa kau tarzan? Kita dikelilingin gunung, air dan pohon-pohon. Bagaimana kau mau menemukannya?” bentak Mo Yeon.

Chi Hoon mau minta bantuan Shi Jin. Mo Yeon tak setuju, jangan pernah memikirkan hal itu.


“Dia sudah kesini.” Ujar Chi Hoon yang melihat Shi Jin masuk.

Mo Yeon kembali teringat ciuman malam itu. ia tak berani melihat Shi Jin. Chi Hoon bertanya, soal denah itu dan Shi Jin mengerti, dan satu lagi, Blackey adalah nama desa, desa di denah. Oh ya, Shi Jin juga tak melihat ke arah Mo Yeon.

“Jadi, Blackey adalah nama Desa?” ulang Chi Hoon.


“Jadi kau bahkan tak bisa menemukan namanya! Sembunyikan gigimu (sambil mengangkat tinjunya)” tegur Mo Yeon.

 Kemudian ia ingat ada Shi Jin, jadi ia berhenti marah. Chi Hoon berusaha berbicara tanpa menunjukkan giginya, ia akan menemukan anak itu, ia akan bertanggung jawab.

Lalu Chi Hoon bertanya, apa Desa itu jauh. Shi Jin menjelaskan kalau kadang-kadang anak-anak dari desa itu datang untuk minta snack, kira-kira seperempat hari jika jalan kaki.


Mo Yeon menghela nafas, mereka tak punya pilihan karena Chi Hoon harus melakukan check-up pada para pekerja bersama Dr. Sang Hyun hari ini. ia yang akan pergi ke rumah anak itu.

“Sunbae, kau pergi sendiri?” tanya Chi Hoon.

Tidak, Mo Yeon tak bisa pergi sendiri, ia minta tolong Shi Jin untuk mengantarnya.dan barulah mereka saling menatap. Shi Jin mau membantu dan berkata kalau mereka bisa berangkat 10 menit lagi.


Dalam mobil, Shi Jin terus menatap Mo Yeon.

“Lihatlah depan, kita bisa kecelakaan nanti.” Ujar Mo Yeon.

Shi Jin pun menurut, untuk memecah keheningan ia menjelaskan kalau jalan satu-satunya menuju desa adalah jalan yang mereka lalui saat ini. Mo Yeon menjawab singkat kalau itu melegakan.

“Apa kau tidur nyenyak semalam?” tanya Shi Jin.

“Kau tak membiarkanku tidur.”

“Tentang semalam…”

“Aku mencoba untuk tak membicarakannya. Apa kau tak lihat?”

Shi Jin bertanya kenapa Mo Yeon menghinarinya. Karena Mo Yeon bingung, ia akan terus menjauhi Shi Jin sampai rasa bingung itu hilang.

“tak apa kau menghindariku atau marah padaku tapi aku tak ingin kau merasa buruk dengan semalam. AKu akhirnya melakukannya setelah ragu-ragu ratusan kali ”


Mo Yeon menatap Shi Jin.


Mereka sampai di rumah anak itu dan disana banyak kambing. Mo Yeon masih menatap Shi Jin. shi Jin mengatakan kalau anak itu ada di depan mobil. Mo Yeon melihat ke depan. shi Jin membunyikan klakson dan anak itu melambai sambil tersenyum.


Mo Yeon menggambar matahari untuk menunjukkan waktu minum obat, sekali pgi dan sekali malam. Ibu si anak mengucapkan terimakaih dalam Bahasa arab.

“apa dia mengucapkan terimaksih?” tanya Mo Yeon pada Shi Jin.

“Dia tak mungkin menyuruhmu pergi, kan?” balas Shi Jin.


Lalu Mo Yeon melihat ke luar melalui jendela, bukankah itu anak-anak yang ia temui kemarin. Shi Jin menjawab kalau ingatan Mo Yeon bagus juga.


“Aku tak bisa melupakan sesuatu dengan mudah.” ungkap Mo Yeon.

“Melupakan apa?”

“Semuanya, jadi aku tak ingin kau melakukan atau mengatakan sesuatu yang mengesankan.”


Myeong Ju menemui ketua Park untuk mengambil perlengkapan. Ketua Park cari muka deh, ia menanyakan kabar Ayah Myeong Ju, dan mengatakan pula kalau ia dekat dengan ayah Myeong Ju, buktinya, ia mempertemukan Dae Yeong dan Myeong Ju di negeri asing.

Myeong Ju pura-pura mengerti. Lalu seseorang menelfonnya, ia minta ijin untuk menjawabnya karena telfon itu sangat enting.

“Oke2 jawab saja. Apa dari Komandan?”

“telfon ini lebih penting dari itu. Hormat.”


Dan Myeong Ju langsung ke luar. Ternyata dia menerima telfon dari mata-mata yang ia suruh untuk mengawasi Dae Yeong.

“dia makan malam jam 7 malam. Nge-gym jam 8 malam. Kembali ke barak jam 9 malam dan mengomeli tentara lainnya. Jam 9:30 dia pergi ke..”


Dan lucunya saat tentara itu berbalik, Dae Yeong sudah berdiri di depan pintu. Otomatis ia berhenti, ia sembunyi dibalik meja.

Myeong Ju mau tahu kelanjutannya. Tentara melanjutkan kalau jam 9:40 ia menangkap mata Dae Yeong.

“Benarkah? Aku iri. Dan?”

“Dia berjalan menuju ke arahku. Satu langkah, dua langkah. Apa yang harusaku lakukan?”

“Apa yang kau inginkan untuk aku lakukan? Tutup telfonnya.” Perintah Dae Yeong.

Tentara itu menurunkan ponselnya, yang minta bantuan adalah seorang letnant, dan Dae Yeong hanya seorang sersan mayor.  Artinya jabatan yang memberi perintah lebih tinggi dari Dae Yeong.

“Apa hal pertama yang harus dilakukan jika kau tertangkap musuhmu?”

“menyerah?”

“Lakukan apapun.. kau telah mempelajarinya. Apa yang kau pelajari?”


Di seberang telfon Myeong Ju sedang karena hari ini ia bisa mendengar suara Dae Yeong. Lalu ia menutup telfon.


Nama tentara itu adalah Kim Bum Rae. Dae Yeong menawarinya untuk memilih hukuman. Mau lari keliling lapangan atau membuatkannya ramen. Jelas sersan Kim memilih membuat ramen.

“kalau gitu peras keringatmu untuk kuahnya. Lari” perintah Dae Yeong.

Sersan Kim patuh, ia bergegas menjalankan hukumannya namun sebelumnya ia memberitahu Dae Yeong kalau ia mendapatkan surat.


Shi Jin dan Mo Yeon mampir ke restaurat. Dilayani oleh wanita cantik dan sexy. Shi Jin terus menatap ke depan tanpa menghiraukan si pelayan berbeda saat ia datang bersama dae Yeong. Mo Yeon memeprhatikan reaksi Shi Jin.


Setelah pelayan pergi, Mo Yeon berkata kalau Shi Jin pintar sekali memilih restaurant.  Shi Jin menjawab kalau Dae Young langganan di restaurant itu, sebenarnya makanan faviritenya adalah makanan instan.

“benarkah? Tapi terimakasih untuk hari ini. ini aku yang traktir.”

Sebagai balasan untuk traktiran ini, Mo Yeon ingin menanyakan sesuatu yang berat. Dari dulu ia penasaran, kenapa Shi Jin memilih menjadi tentara, Mo Yeon tidak ingin jawaban karena alasan seragam.

“Seseorang harus menjadi tentara.” Jawab Shi Jin.

Shi Jin melanjutkan kalau sepertinya Mo Yeon tak suka pekerjaannya itulah kenapa Mo Yeon bingung.


“Ku pikir kau sangat patriotic sampai mempertaruhkan nyawa demi negara.”

“Apa itu patriotisme?”

“Kau mencintai negara dan setia pada negara dan rakyatnya.”

“kenapa kau harus menjadi tentara untuk melakukan hal itu?”

Mo Yeon terdiam kehabisan kata-kata.

Shi Jin mulai masuk dalam penjelasannya. Ia tidak yakin apa pemikiran Mo Yeon tentang patriotisme tapi kepercayaan bahwa ia harus melindungi anak-anak, wanita cantik dan orang tua Dan keberanian untuk ikut campur ketika  melihat anak SMA merokok. Kepercayaan yang tak akan berubah bahkan jika dihadapkan dengan pistol. Kehormatan dari seorang tentara adalah menyelamatkan jalan itu. itulah arti patriotisme bagi Shi Jin.

“Aku juga punya satu pertanyaan, bagaimana jika aku bukan tentaramelainkan lelaki biasa yang kaya raya? Apa akan lebih mudah untukmu?”

“Tidak, itu terlalu biasa untukku.”

“Sudah kuduga. Seharusnya aku bilang lelaki ganteng yang kaya raya.”

Mo Yeon tersenyum.


Shi Jin melihat orang yang dulu ia tangkap bebas berkeliaran. Orang itu juga mengenali Shi Jin dan malah menawari Shi Jin minuman yang ia bawa.



Mo Yeon keluar, ia sudah membayar dan mengajak Shi Jin pergi. Shi Jin masih menatap pria itu, Mo Yeon penasaran dan akan berbalik menatap pria itu juga, tapi Shi Jin menahan bahunya agar Mo Yeon tak berbalik.

Lalu Shi Jin menyuruh Mo Yeon untuk ke toko hardware (toko Yi Hwa) sendiri. Mo Yeon tanya kenapa, apa ada sesuatu dan ia mengatakan kalau ia ada pekerjaan sore ini.

“Pinjamlah mobil dan pulanglah dulu. Aku akan menelfon toko untukmu.” Kata Shi Jin.

“bisakah aku bertanya kenapa?”

Tapi Shi Jin hanya menjawab kalau ia tiba-tiba mendapat perintah. Mo Yeon mengira kalau Shi Jin akan kena hukuman lagi karena masalah yang dulu. Shi Jin menjawab kalau ia memang akan kena teguran tapi karena laporannya seperti pegawai sipil. Mo Yeon mengerti.


Mo Yeon tiba di toko, ia memanggil Yi Hwa tapi Daniel muncul tiba-tiba mengagetkannya. Daniel sudah menerima telfon Shi Jin, ia tahu kalau Mo Yeon akan datang. Ternyata Daniel adalah seorang Dokter, ia blasteran makanya pengucapan Bahasa korenanya agak ke inggris-inggrisan, ia mempersilahkan Mo Yeon menertawainya.

Mo Yeon hanya tersenyum dan menjawab kalau aksen Daniel lumayan. Lalu ia bertanya, apa Daniel seorang dokter.

“Aku memperbaiki orang dan barang dan aku membanti sapi mealhirkan juga kadang-kadang. Kau butuh mobil, kan?”


Shi Jin mendekati pria tadi dan langsung menodongnya dengan pistol.

“Kurasa kita pernah bertemu sebelumnya.” ujar Shi Jin.

“kau kelihatan tak terlalu terkejut. Apa ini penjaga perdamaian? Menodong orang tak bersenjata dengan pistol?”

“kalau begitu ini kesalahan.”


Lalu Shi Jin meletuskan pistolnya ke arah ban mobil.


Mo  Yeon mendengarnya. Sontak Mo Yeon langsung berbalik saat Daniel memberikan kunci mobil.


Sekarang balik Shi Jin yang ditodong dua pistol.

“Bukan warga sipil atau orang tanpa senjata.” Kata Shi Jin.

Jadi ia meletuskan pistolnya tadi untuk memancing kedua pria itu agar mengeluarkan pistolnya sehingga ia juga bisa menodong mereka tanpa melanggar aturan.

Shi Jin tahu kalau pria itu punya koneksi dengan polisi local. Pertanyaan Shi Jin adalah, kenapa pria itu terus menunjukkan diri di dekat Shi Jin.

Kemudian Agus dan anak buahnya yang lain keluar.

“berapa kali aku harus mengatakannya padamu. Bidiklah ke belakang jika kau mau membunuh pria.” Kata Agus sambil menodong pistol ke pria itu.

Ia menjelaskan kalau polisi selalu menyukai uang, dimanapun. Lalu ia menyapa Shi Jin,,”lama tak jumpa, Letnan. Mungkin kau sudah menjadi kapten sekarang?”


Shi Jin menurunkan pistolnya,,”Kapten… Argus.”

Owalah, namanya Argus ternyata, bukan Agus.


Daniel menelfon anak buah Argus, minta agar mereka memberitahu apa-apa yang terjadi. Ia menjelaskan pada Mo Yeon kalau Geng local menyebabkan keributan dan ia memberikan kunci mobilnya.


Mo Yeon bertanya, apa ada yang terluka. Daniel menjawab kalau mereka sudah menlfon jika membutuhkan dokter. Artinya tak ada yang terluka. Lalu Daniel membuatkan teh.

Mo Yeon mulai bertanya tentang Shi Jin, bagaimana Daniel bisa mengenal Shi Jin. Daniel menjawab kalau mereka bertemu di pemakaman, di Irak, Afganistan dan di Urk.

“Aku mungkin kurang pantas untuk menanyakan ini. tapi aku harus karena mungkin ini menjadi pilihan terakhirku. Apa kau tahu apa pekerjaan kapten Yoo yang sebenarnya?”

Daniel mengingat-ingat.

-=kilas balik=-


Shi Jin sedang dalam penyanderaan, kedua tangannya dirantai dan tubuhnya luka-luka karena siksaan. Ia terus mengucapkan Namanya dan nomor identitas tentaranya namun dalam Bahasa korea, yang menyandera gak ngerti. Dan kembali memukuli Shi Jin membantaknya untuk mengucapkan itu dalam Bahasa Inggris. Shi Jin tak menyerah.


Kemudian datanglah tentara korea untuk menyelamatkannya. Kapten penyelamatan adalah cameo Lee Jong Hyun (Pemeran Jung Rok di A Gentleman’s Dignity). Shi Jin mengatakan kalau masih ada satu lagi tantara yang hilang, kapten Tim Delta. Dae Young mengatakan kalau tak ada waktu lagi karena tempat itu akan di bom dalam 5 menit.


Mungkin yang dimaksud kapten Tim Delta adalah Argus. Argus dibopong beberapa tentara dan berhasil masuk ke dalam helicopter dengan selamat. Shi Jin masih di luar, Lee Jong Hyun juga. Mereka lengah sebentar dan… DUAR..


Peluru menembus punggung Lee Jong Hyun dan ia jatuh di pelukan Shi Jin, Shi Jin syock begitu pula Argus yang langsung duduk dan menatap Lee Jong Hyun. untung ada satu tentara lagi yang berhasil melumpuhkan si penembak.

-=kilas balik selesai=-


Shi Jin mau bartanya pada Argus kenapa dia…

“aku beralih pekerjaan.” Jawab Argus.

“kau bisa lihat, aku memanjangkan rambutku. Untungkah, pekerjaan ini tidak jauh beda. Menembak dan menghasilkan uang.” Lanjut Argus.

Shi Jin masih belum paham. Apa yang terjadi pada Argus, padahal tanda panggilan Argus masih menjadi legenda di Angkatan Delta. Argus menjawab kalau menjadi legenda tidak cibayar.


“Dengar baik-baik, Kapten. Ada begitu banyak Geng di lingkungan ini. dan mereka tidak memiliki rasa takut, tak mempedulikan hukum, tidak mau menghormati. Mereka tak peduli dengan negara. Peringatan terakhir untukmu. Urusi urusanmu sendiri. dulu ataupun sekarang kau terlalu berempati.”

“benar sekali. Aku tak seharusnya melawan kehendak Tuhan. Pria yang seharusnya mati.. memang memiliki alasan harus mati.” Balas Shi Jin dengan Bahasa korea.

“Kau bersembunyi dibalik bahasamu.”

“Demi Tuhan. Piss Off. Jangan benari-benarninya kau muncul di dekatku. Atau kau harus membayar biayanya.” Kata Shi Jin kembali menggunakan bahasa Inggris.


Sepertinya Mo Yeon sudah mendengar semuanya dari Daniel, ia kelihatan syok. Daniel bertanya lagi pada Mo Yeon, apa Mo Yeon masih penasaran akan sesuatu.

“Tidak, ini sudah cukup.”

“Cukup untuk apa? Untuk mengerti? Atau malah akan tetap menjauh?”


Gak tahu apa jawaban Mo Yeon tapi sekarang Mo Yeon sudah di mobil, ia sedang menyetir. Lalu mengambil ponsel untuk menelfon Shi Jin. ia lengah sedikit dan tiba-tiba ada truck di depannya. Mo Yeon langsung banting setir untuk menghindar.

Karena jalanan berdebu ditambah habis dilewati truck, Mo Yeon jadi tak bisa melihat dengan jelas kalau di depan ada tikungan. Ia tetap lurus dan akhirnya mobilnya menabrak pagar pembatas jalan dan terus jalan menuju jurang. Untung mobilnya berhenti tepat di bibir jurang.

Mo Yeon gemetar, ia menangis menatap ke depan. nyawanya diujung tanduk sekarang.

“Oh,, bagaimana ini. bagaimana?” ucap Mo Yeon dengan sesenggukan karena menangis.


Shi Jin mengankat telfonnya. Mo Yeon lalu bicara, ia minta tolong.

Shi Jin masuk ke mobilnya, bertanya dimana Mo Yeon. memintaMo Yeon mengatakan apa yang dilihatnya. Mo Yeon mengatakan kalau mobilnya di bibir jurang.

“Apa kau mendengar suaraku?” tanya Shi Jin.

“Ya.”

“Tunggulah. Aku akan datang. Aku pasti menemukanmu.”

Shi Jin mematikan ponselnya dan langsung menjalankan mobil. Mo Yeon memanggil-manggil Shi Jin panic. Lalu ia membunyikan klakson mobil,,”Tolong aku. Apa Ada orang? TOLONG!”


Lalu Mo Yeon merekam pesan untuk Ibunya..

“Jadi Omma, Hiduplah dengan uang asuransi. Maaf untuk mengatakan semua kata-kata kasar selama ini. Saranghae Omma. Dan Ji Soo (Mo Yeon berhenti sebentar untuk menangis), gedung yang sudah aku sewa untuk membuka klinik. AKu minta kau….. untuk mengambil kembali uang depositnya. Dan tolong sampaikan salam perpisahanku untuk Tae Won. aku berharap kalian berdua…. (ia menangis lagi).”

Mo Yeon tak menyangka kalau ia akan mati dengan cara ini. dan ia terus menangis keras..


Tiba-tiba mobilnya terdorong lagi ke depan. Mo Yeon berpegangan kuat-kuat pada setir mobil. Shi Jin masuk mobil memelui pintu balakang.


Mo Yeon menoleh ke Shi Jin. Shi Jin melarangnya untuk pindah posisi. Ia memerintah Mo Yeon untuk membuka kaca samping mobil. Mo Yeon membukanya. Lalu Shi Jin pindah ke kursi depan.

Mo Yeon panic, kenapa malah pindah, mobilnya bisa jatuh ke jurang kalau Shi Jin maju. Shi Jin menyuruh Mo Yeon berbaring.

“Batu itu tidak akan mampu menahan mobil ini lebih lama. Aku akan menjatuhkan mobil ini.”

“Apa? Tidak mau.”

“Lihat aku.”

“Aku tak bisa melakukan ini.”

“Lihat Aku Dr. Kang!! (Shi Jin memaksa Mo Yeon untuk melihat ke arahnya). Lihat kedalam mataku. Kau bisa mempercayaiku. Pegang erat tanganku. Tutup matamu. Aku akan mengeluarkanmu dari sini. Aku berjanji.”

“tidak mau.”


Shi Jin tak menghiraukan penolakan Mo Yeon. Ia meminta Mo Yeon untuk melepaskan pedal rem. Mo Yeon tatap tak mau, ia tak bisa. Lalu Shi Jin memukul klakson dan Mo Yeon berteriak sambil menutup mata. Otomatis kakinya menjauh dari pedal rem. Kemudian Balon menggembung mungkin untuk perlindungan. Shi Jin melepas rem tangan dan mobil meluncur jatuh ke jurang lalu masuk ke dalam air.


Lanjut part 2