Sinopsista.Com - Sinopsis Drama Korea My Golden Life Episode 6 Part 1
Tuan Seo melarang Ji An untuk
pindah ke keluarga kandungnya. Bahkan tuan Choi juga meminta maaf telah membuat
hidup Ji An dan keluarganya menderita.
“Itu bukan
satu-satunya alasan.” Jawab Ji An.
“Lalu apa
itu karena situasi kita? Kau cemas mereka akan menyakiti kami, kan?” tanya Tuan
Choi.
“Itu hanya
sebagian saja.” Jawab Ji An.
“Lalu jika
kau mendapat pekerjaan, maksudku jika kau bisa pergi belajar keluar negeri, kau
akan tetap tinggal dengan kami, kan?” tanya Tuan Seo.
“Apa ayah
ingin mencegahku pergi ke sana?” tanya Ji An.
“Bukan,
bukan seperti itu. Ayah hanya ingin tahu apa yang membuatmu ingin pindah.”
Jawab Tuan Choi.
“Mereka
menyuruhku pindah. Aku mengerti perasaan mereka.” Ucap Ji An.
“Jadi kalau
mereka tidak menyuruhmu pindah, kau akan tetap tinggal bersama kami?” tanya
Tuan Seo.
Dan, merekah lah senyum Tuan Seo saat Ji An mengaku tak ingin pindah. Namun, itu hanya bayangan Tuan Seo saja karena kenyataannya Ji An memang benar2 ingin pindah ke keluarga yang sebenarnya keluarga kandung Ji Soo. Tuan Seo sontak terkejut. Ia bahkan marah atas keputusan Ji An itu.
“Ya, aku
ingin pergi. Aku sangat menderita. Rasanya aku ingin bunuh diri saja. Tidak ada
yang bisa kulakukan.” jawab Ji An.
Tuan Seo
terkejut, Ji An-ah…
“Hidup seperti ini membuatku sakit. Saat orang-orang membenciku dan mengabaikanku, itu membuatku sangat menderita dan putus asa. Aku tidak tahan lagi.” Ucap Ji An.
Tuan Seo terus berusaha membujuk Ji An, tapi Ji An malah marah. Ia tidak mengerti kenapa Tuan Seo melarangnya pindah ke Keluarga Choi.
“Aku hampir
menjadi pegawai tetap, tapi temanku berhasil mendapatkan pekerjaan itu karena
ayahnya! Seperti itulah dunia berjalan! Tidak peduli seberapa banyak aku
mencoba, aku tidak pantas mendapatkannya! Aku tidak memiliki nilai atau
kualifikasi yang bagus! Bagaimana aku bisa mendapat nilai bagus kalau disaat
bersamaan aku bekerja! Bagaimana bisa aku menang melawan anak-anak yang
mendapat uang saku, les privat dan belajar diluar negeri! Jadi kenapa aku tidak
boleh pindah ke sana? Orang tua kandungku kaya raya! Kenapa kau membawaku saat
pertama kali kau menemukanku!” protes Ji An.
Tuan Seo seketika membeku, ia tak tahu bagaimana harus meluruskan kesalahpahaman itu. Ji An yang sudah tidak kuat lagi, akhirnya berlari meninggalkan ayahnya. Saat sudah sendiri, tangis Ji An pecah.
Setelah
beberapa menit menangis, Ji Soo datang. Ji An pun cepat2 menghapus tangisnya.
Ji Soo ingin menceritakan sesuatu, tapi Ji An menyuruh Ji Soo cerita setelah Ji
Soo pulang kerja.
Ji Soo
berkata, bahwa sekarang ia mengerti kenapa ia merasa sedih. Ia pikir, ia merasa
sedih karena Ji An akan pindah, tapi ia sekarang tahu kenapa ia merasa sedih.
Ji An tidak mengerti maksud Ji Soo. Ji Soo pun berkata, itu karena alasan Ji
An. Ia yakin, Ji An ingin pindah karena Keluarga Choi kaya raya.
“Kenapa aku
tidak boleh pindah? Mereka orang tua kandungku. Aku ingin pulang ke rumah orang
tuaku.” Jawab Ji An.
“Kau membuat ayah dan ibu menderita. Jika kau pergi, itu sama saja kau menyalahkan mereka karena mereka miskin dan membuatmu gagal mendapatkan pekerjaan! Bagimana bisa kau menyakiti mereka seperti itu” ucap Ji Soo.
“Kau sudah
selesai bicara?” tanya Ji An.
“Jangan
pernah berpikir untuk meninggalkan kami. Jika kau berani meninggalkan kami, aku
tidak akan pernah memaafkanku.” Jawab Ji Soo.
“Hei, Seo Ji
Soo!” protes Ji An.
“Bagaimana bisa kau pergi semudah ini setelah mengetahui jati dirimu? Kami keluargamu! Kami menghabiskan sepanjang hidup kami dengan dirimu! Apakah kita harus dikaitkan dengan hubungan darah agar bisa menjadi keluarga? Kau bisa mengunjungi orang tua kandungmu kapan pun kau mau, tapi kau tidak harus pergi. Rumahmu disini. Aku saudara kembarmu! Kami keluargamu!” ucap Ji Soo.
“Ini tidak
akan merubah apapun. Aku masih putri mereka dan juga kakakmu. Aku akan
mengunjungi kalian setiap hari, makan dengan kalian setiap malam dan membiayai
mereka.” Jawab Ji An sambil berjalan pergi.
Ji Soo pun
bergegas menyusul Ji An dan bertanya, alasan Ji An mau pindah.
“Karena aku
tidak mau hidup menyedihkan lagi.” Jawab Ji An.
“Jadi kau
mau pergi karena uang? Hey, bagaimana bisa kau berpikir untuk meninggalkan kami
hanya demi uang?” protes Ji Soo.
Ji An pun langsung marah mendengar kata2 Ji Soo. Ia bilang, Ji Soo tidak tahu apa2 soal hidupnya. Ji Soo tidak tahu penderitannya. Ji Soo tidak tahu apa artinya uang. Ji An juga bilang, orang lain boleh mengkritiknya tapi tidak dengan Ji Soo.
“A… apa
maksudmu?” tanya Ji Soo kaget.
“Aku
berpikir kita ini kembar. Saat aku menjagamu, sebagai kakakmu, apa yang kau lakukan? Kau tidak belajar, kau melakukan
dan makan semua yang kau inginkan!”
jawab Ji An.
“Jadi kau
marah karena yang bisa kulakukan hanya makan?” tanya Ji Soo tersinggung.
Ji An pun membalasnya dengan tertawa. Ji Soo pun semakin tersinggung. Ji An berkata, ia tertawa karena Ji Soo tampak imut dan menggemaskan. Ji An lantas meminta Ji Soo menghargai keputusannya untuk pergi. Setelah itu, Ji An pun pergi karena harus ke pernikahan Yoon Hee.
Ji Soo
marah, “Hey, Seo Ji An! Kau bukan kakakku lagi. Aku serius! Kalau kau pergi,
kita selesai!”
Sembari
berjalan menjauhi Ji Soo, Ji An menangis.
“Ji Soo-ya,
jangan katakan itu. Ini sudah cukup sulit untukku.” Batinnya.
Nyonya Yang
cemas karena Tuan Seo tidak bisa dihubungi. Nyonya Yang pun akhirnya
menghubungi Ji An. Sambil menangis, Ji An bilang akan pindah lebih cepat dari
yang ia rencanakan. Ji An mengaku, tidak sanggup melihat wajah ayahnya dan juga
Ji Soo. Terkejut lah Nyonya Yang mendengar keputusan Ji An ini.
Nyonya No
yang lagi mengecek kamar Eun Seok bersama seketarisnya, langsung girang setelah
membaca pesan Nyonya Yang. Nyonya Yang memberitahu Nyonya No kalau Ji An akan
pindah besok. Nyonya No langsung semangat dan menyuruh seketarisnya
membersihkan kamar Eun Seok. Seketaris Min mengerti dan langsung meninggalkan
kamar Eun Seok.
Sepeninggalan Seketaris Min, Nyonya No dikejutkan dengan kedatangan Jin Hee. Jin Hee protes karena Nyonya No tidak memberitahunya soal Eun Seok. Jin Hee pun bertanya, apa Nyonya No masih menyalahkannya atas penculikan Eun Seok. Nyonya No pun mengingat bagaimana ia bisa kehilangan Eun Seok.
Flashback…
Saat itu, Nyonya No meninggalkan Eun Seok sendirian di mobil. Ia terpaksa meninggalkan Eun Seok karena melihat Eun Seok yang tidur sangat pulas. Sebelum turun, Nyonya No menurunkan sedikit kaca mobilnya agar Eun Seok merasa nyaman. Namun saat hendak kembali ke mobil, Jin Hee tiba2 menghubunginya. Jin Hee memberitahu Nyonya No, bahwa Tuan Choi menyuruh seseorang membuntuti Nyonya No. Jin Hee mengaku, sedang berusaha menghentikan Tuan Choi yang ingin merusak reputasi Nyonya No. Jin Hee lantas menyuruh No datang membawa Eun Seok ke rumah di Yangpyeong. Nyonya No pun bergegas pergi. Ia melajukan mobilnya tanpa menyadari Eun Seok yang sudah tidak berada di mobil.
Begitu mobil Nyonya No melaju, Soon Ok yang menggendong Eun Seok pun buru2 mengejar mobil Nyonya No, tapi usahanya gagal. Alhasil, ia hanya bisa memandangi kepergian Nyonya No dan menatap Eun Seok dengan wajah bingung.
Flashback
end…
“Kita sudahi pembicaraan ini. Ngomong-ngomong, kapan dia akan pulang? Sepertinya dia akan ada di sini hari ini atau besok.” Ucap Jin Hee.
“Temui dia
saat aku memperkenalkannya nanti. Dia
harus beradaptasi dengan keluarganya lebih dulu.” Jawab Nyonya No.
“Bagaimana
hidupnya?” tanya Jin Hee.
“Kenapa kau
bertanya itu? Kau ingin memberitahu ayah? Percuma, kau hanya membuang-buang
waktumu. Pergilah sekarang. Masih ada yang harus kulakukan.” jawab Nyonya No.
“Tapi dimana
suamimu dan juga Do Kyung?” tanya Jin Hee.
“Do Kyung
dia ada di gym. Jae Sung bermain golf dengan Asosiasi Pengusaha Korea.” Jawab
Nyonya No.
Tuan Choi sendiri ada di rumah abunya Eun Seok. Ia datang untuk mengambil barang2 Eun Seok. Ia menangis haru saat membaca salah satu kartu ucapan selamat ulang tahun Eun Seok yang ditulisnya. Tak lama kemudian, Nyonya No menghubunginya. Tuan Choi berbohong, mengatakan main golf nya hampir selesai. Nyonya No kemudian memberitahu Tuan Choi kalau Eun Seok akan kembali ke rumah mereka besok. Tuan Choi kaget, sekaligus bahagia.
Sepeninggal
Ji An, Tuan Seok masih terpaku di tempatnya dan mengingat kata2 Ji An yang
ingin menjadi Choi Eun Seok. Tiba2, dua orang petugas patroli datang
memeriksanya karena Tuan Seo sudah berdiri di area itu lebih dari satu jam dan
membuat anak2 yang bermain disana ketakutan.
“Aku
mengerti. Melihat pria tua berdiri disini pasti membuat mereka ketakutan.”
Jawab Tuan Seo.
Tuan Seo
lantas membungkukkan badannya, meminta maaf. Setelah itu, ia beranjak pergi.
Myung Shin menunggu Ji An di depan hotel tempat Yoon Hee akan menikah. Tak lama kemudian, Ji Tae dan Soo A datang. Mereka berhenti tepat disamping Myung Shin. Myung Shin pun sebal melihat Soo A yang membetulkan letak dasi Ji Tae. Pandangan Soo A akhirnya mengarah ke Myung Shin.
“Kau iri,
kan?” tanya Soo A pada Myung Shin.
Soo A lantas mengajak Ji Tae masuk. Sepeninggal Soo A dan Ji Tae, Myung Shin langsung mengumpat sebal. Tak lama kemudian, Ji An datang. Myung Shin pun langsung mengadu tentang pasangan yang mengoloknya tadi.
Di dalam,
Soo A mengenalkan Ji Tae sebagai pacarnya di depan teman2nya dan juga calon
mempelai pria sekaligus mantan pacarnya. Jae Rok pun menggoda Ji Tae dengan
mengungkit masa lalunya dengan Soo A. Soo A merasa malu dan langsung menyuruh
Jae Rok berhenti bicara. Ji Tae hanya tertawa membalas godaan Jae Rok. Teman2
Soo A lalu bercerita betapa mempesonanya Soo A. Ji Tae pun membalasnya dengan
mengatakan bahwa dirinya jatuh dalam pesona Soo A.
“Sudah
cukup, aku sudah tua sekarang.” jawab Soo A.
“Karena itulah,
kau harus menentukannya sekarang.” ucap Jae Rok.
Jae Rok lantas bertanya, kapan Ji Tae dan Soo A akan menikah. Ji Tae langsung menjawab, kalau mereka tidak akan menikah. Sontak saja, keempat teman Soo A itu kaget. Soo A buru2 menambahkan kalau mereka tidak percaya pada pernikahan. Ji Tae langsung merangkul Soo A dan berkata, meskipun mereka memutuskan untuk tidak menikah tapi mereka berharap pernikahan Jae Rok akan bahagia.
Si calon mempelai wanita tak lain dan tak bukan adalah Yoon Hee. Yoon Hee mengeluh sebal karena Myung Shin belum datang. Ha Jung berkata, Myung Shin adalah best friend nya Ji An, jadi Myung Shin tidak akan datang.
“Ji An
mungkin tidak datang, tapi Myung Shin harus datang.” jawab Yoon Hee.
Tak lama
kemudian, datanglah Ji An bersama Myung Shin. Ha Jung pun panic melihat Ji An.
Teman mereka yang satu lagi (sy lupa namanya) bercerita, kalau Ha Jung baru
tahu dia bekerja di Hae Sung gantiin posisi Ji An saat dia dalam perjalanan
menuju kafe untuk menemui mereka saat itu.
Ji An lantas memberikan sisa uang ganti rugi ke Ha Jung. Ia juga minta maaf karena kemaren hanya membayar separuhnya. Ketiga teman mereka pun kaget. Ha Jung membela diri, dengan mengatakan dia kehilangan dua gigi depannya saat Ji An memukulnya. Teman mereka yg satu lagi langsung mengungkit soal Ha Jung yang datang ke klinik giginya Jae Rok. Yoon Hee membela Ji An, ia bilang gigi Ha Jung copot karena infeksi gusi bukan pukulan Ji An.
Myung Shin marah, ia protes karena Ha Jung juga menuntut uang ganti rugi setelah merampas pekerjaan Ji An. Ha Jung kesal karena teman2nya lebih membela Ji An. Ji An pun menenangkan ketiga temannya karena tak ingin merusak pernikahan Yoon Hee. Tapi Ha Jung yang keburu kesal, langsung beranjak pergi setelah mengambil uang ganti rugi dari Ji An. Ia bahkan menyenggol bahu Myung Shin saat berjalan menuju pintu.
Tapi begitu pintu otomatisnya terbuka, ia berbalik menatap Myung Shin dengan galak dan berkata, tidak akan menolong Myung Shin lagi mencari pekerjaan. Setelah mengatakan itu, ia berbalik ke pintu mau keluar tapi malah langsung kejedot karena gak menyadari pintu yang sudah tertutup kembali secara otomatis. Sontak saja, Ji An dan ketiga temannya langsung menertawakan Ha Jung.
Pernikahan
Yoon Hee dan Jae Rok pun dimulai. Soo A melihat Yoon Hee dan Jae Rok yang
berjalan ke altar dengan antusias. Melihat ekspresi Soo A itu, Ji Tae hanya
bisa menghela napas. Ia paham perasaan Soo A yang juga ingin menikah.
Selesai
acara, Ji An dan kedua temannya bergegas meninggalkan aula sambil mengolok2 Ha
Jung. Myung Shin masih kesal sama Ha Jung yang tidak hanya menuntut ganti rugi,
tapi juga merampas pekerjaan Ji An. Di tengah2 pembicaraan ponsel Ji An
berdering. Sebuah pesan masuk, dari Nyonya Yang yang menyuruh Ji An makan malam
di rumah karena Ji An akan pindah ke rumah Keluarga Choi besok.
Ji Tae dan
Soo A yang juga mau pulang, tanpa sengaja melihat Ji An. Soo A mengajak Ji Tae
menyapa Ji An. Tapi Ji Tae menolak. Soo A pun kesal dan langsung pergi. Soo A
salah paham, ia pikir itu karena Ji Tae tidak mengenalkan dirinya pada keluarga
Ji Tae. Ji Tae berkata, Soo A tidak perlu mengenal keluarganya karena mereka
hanya berkencan. Soo A kecewa dan tambah kecewa saat Ji Tae menegaskan bahwa
mereka tidak akan menikah. Soo A yang kecewa akhirnya berusaha membuat Ji Tae
cemburu. Ia sengaja berkata, akan pergi ke Kanada karena ibunya mau
menjodohkannya dengan pria lain. Tapi Ji Tae bukannya cemburu, malah menyuruh
Soo A menuruti permintaan sang ibu. Soo A tambah kesal. Ia pun akhirnya pergi
meninggalkan Ji Tae.
Do Kyung
yang lagi nge-gym melihat berita di televisi soal pencari kerja yang bunuh diri
karena tidak mampu melunasi hutang ke rentenir. Si penyiar juga mengatakan,
bahwa si rentenir pernah memaksa wanita itu bekerja di bar. Do Kyung terkejut.
Sampai2 ia jatuh dari tread mill nya saking terkejutnya. Pikiran Do Kyung
langsung tertuju ke Ji An.
Nyonya Yang, di kamarnya, sedang melihat surat perjanjian kerjasama franchise yang diberikan Nyonya No. Setelah cukup lama termenung, akhirnya Nyonya Yang setuju bekerja sama dengan Haesung Group. Setelah membubuhkan cap nya, ia mendengar suara Ji An yang baru pulang. Nyonya Yang langsung keluar dari kamar dan mengajak Ji An bicara.
“Mereka
bilang kau harus pindah hari minggu besok.” Ucap Nyonya Yang.
Ji An pun
kecewa. Ia tidak menyangka akan pindah ke ‘keluarga kandungnya’ secepat itu.
Nyonya Yang meyakinkan Ji An. Ia berkata, kalau Ji An sudah membuat keputusan
yang benar. Nyonya Yang juga minta maaf karena sudah memaksa Ji An pergi. Dan
terakhir, Nyonya Yang berkata, meskipun Ji An pergi, Ji An tetap anak mereka.
Tangis Ji An pun pecah.
“Setelah kau tiba disana, minta pada mereka agar mengirimmu keluar negeri. Pergilah sekolah seni ke Chicago. Pastikan kau melakukannya. Aku mengirimmu ke sana karena hal ini. Aku ingin kau mengejar mimpimu. Tidak ada batas usia untuk menjadi seniman. Kau bisa sukses kapan saja.” Ucap Nyonya Yang.
Ji An hanya
menjawab dengan berkata, akan sering mengunjungi mereka. Nyonya Yang menangis.
Ia teringat kata2 Nyonya No yang ingin memutuskan hubungan Ji An dengan mereka.
Selesai bicara dengan ibunya, Ji An langsung mengemasi barangnya.
The real Choi Eun Seok akhirnya bisa berbicara dengan Mr. Sun nya meskipun hanya sebentar. Tadinya dia ke kafe Woo Hee karena mau membeli kursi untuk toko rotinya. Tapi setibanya disana, dia malah bertemu Hyuk yang notabene nya adalah si pembuat kursi. Meskipun pembicaraan mereka hanya seputar kursi, tapi Ji Soo sudah cukup senang karena akhirnya bisa berbicara dengan Hyuk.
Ji An yang baru saja keluar rumah untuk membuang buku2nya dikejutkan dengan kehadiran Do Kyung. Ji An pun panic dan bergegas mendorong Do Kyung menjauhi rumahnya. Ji An heran karena Do Kyung bisa tahu dimana rumahnya. Tapi Do Kyung gak mau memberitahu Ji An darimana ia bisa tahu rumah Ji An. Do Kyung mengaku, ia datang untuk mengembalikan uang yang Ji An berikan pada orang tua Ji An sekaligus mau meminta orang tua Ji An untuk mengurus Ji An dengan baik.
Ji An kaget sekaligus kesal mendengarnya. Do Kyung yakin Ji An mendapatkan uang itu dengan cara yang tidak benar. Ji An tambah kesal, tapi ia tidak punya kesempatan membalas kata2 Do Kyung karena Do Kyung terus saja bicara. Do Kyung bilang, ia tidak bisa membiarkan hidup Ji An hancur, jadi ia memutuskan mengembalikan uang itu.
Setelah cukup lama berbicara, Do Kyung melemparkan tas kertas berisi uang itu ke Ji An dan langsung kabur. Ji An tak tinggal diam dan bergegas menyusul Do Kyung. Ji An sampai kelelahan mengejar Do Kyung. Sementara Do Kyung langsung girang karena berhasil meloloskan diri dari Ji An.
Tapi… senyum girang Do Kyung itu seketika lenyap saat ia melihat Ji An sudah berdiri di depan mobilnya. Do Kyung heran sendiri Ji An bisa tahu dimana mobilnya diparkir. Ji An mengaku, karena dia mengambil jalan pintas. Tapi Do Kyung tetap menolak menerima uang itu kecuali kalau Ji An mau ngaku darimana Ji An mendapatkan uang itu.
Ji An pun akhirnya meletakkan tas kertas berisi uang itu di depan Do Kyung. Tapi Do Kyung kekeuh gak mau menerima uang itu dan beranjak pergi. Tapi baru jalan beberapa langkah, ia mendengar Ji An menghubungi polisi. Do Kyung makin panic saat Ji An mengadu ada pria aneh yang mengikutinya. Do Kyung pun tak punya pilihan lain selain mengambil kembali uang itu.
Ji An juga mengancam akan melakukan sesuatu kalau Do Kyung masih berani menelpon atau muncul di depannya. Do Kyung pun dengan sewotnya, berjanji tidak akan muncul di depan Ji An lagi. Ji An pun akhirnya berlalu. Do Kyung tambah kesal. Dan ia makin kesal karena kunci mobilnya tiba2 hilang.
Sementara itu, Hyuk yang tadi menelpon Ji An nampak cemas karena Ji An mengadu soal si pria aneh. Karena cemas, akhirnya ia memutuskan menyusul Ji An.
Ji Soo
sendiri masih duduk di kafe Woo Hee. Ji Soo yang nampak serius mengetik sms
untuk Ji An, tak menyadari Mr. Sun nya pergi. Dalam sms nya, Ji Soo bilang
kalau kafe nya Woo Hee menjual furniture yang dibuat oleh para siswa di
perguruan tinggi tapi Ji Soo bingung menentukan harganya. Ji Soo bilang,
pelanggan yang ingin membeli furniture disana, harus memutuskan sendiri berapa
harga yang mau mereka bayar. Tak hanya itu, Ji Soo juga memberitahu kalau Mr.
Sun nya tidak bekerja di perusahaan interior tapi memiliki toko mebel online
yang bernama DIY.
Tapi Ji Soo
tidak jadi mengirimkan sms itu karena ia ingat sudah memutuskan hubungannya
dengan Ji An.
Ji An yang baru saja balik ke rumahnya, ditelpon oleh Hyuk. Hyuk mengaku, lagi di jalan ke rumah Ji An. Ji An pun terkejut, ia berkata Hyuk tidak perlu ke rumahnya tapi Hyuk ternyata sudah hampir sampai di rumah Ji An.
Do Kyung yang lagi nyari kunci mobilnya malah menemukan uang receh 50 sen. Ia pun berniat membuang recehan itu tapi karena sayang akhirnya ia memutuskan menyimpan recehan itu.
Hari mulai
senja. Ji An khawatir karena ayahnya belum pulang. Ditambah lagi sang ayah
tidak bisa dihubungi.
Tuan Seo
sendiri termenung di pinggir Sungai Han. Sambil menenggak sebotol soju, Tuan
Seo memikirkan perdebatannya dengan Nyonya Yang soal Ji An.
Flashback…
Tuan Seo yakin, Ji An mau pergi
karena takut pimpinan Haesung melaporkan mereka ke polisi atas tuduhan
penculikan. Namun Tuan Seo seketika terdiam saat Nyonya Yang menyinggung
dirinya yang bekerja sebagai kuli. Nyonya Yang bertanya, apa yang bisa Tuan Seo
lakukan untuk Ji An.
“Jadi apakah aku membiarkan
keluargaku kelaparan?” tanya Tuan Seo dengan suara lirihnya.
“Aku satu-satunya orang yang
baik-baik saja meskipun kelaparan! Aku baik-baik saja, tapi Ji An tidak!” jawab
Nyonya Yang.
“Tapi ini pencurian!” ucap Tuan Seo.
“Kita yang melakukan ini! Hanya kau
dan aku. Kenapa aku tidak boleh membahagiakan anakku? Jika ketahuan, akulah
yang akan masuk penjara! Kita hanya perlu tutup mulut! Apakah itu sulit!” jawab
Nyonya Yang.
Nyonya Yang bahkan juga mengancam
akan pergi dari rumah jika Tuan Seo memberitahu Ji An yang sebenarnya.
Flashback end…
Tuan Seo pun
tertawa pedih. Sementara Ji An yang masih belum bisa menghubungi sang ayah,
akhirnya mengirimkan pesan suara untuk sang ayah.
Do Kyung
yang masih muter2 nyari kunci mobilnya, tidak sengaja menginjak kotoran anjing.
Udah nginjak kotoran anjing, Do Kyung juga kehilangan ponselnya. Hahah…
Scene nya Ji
An sama Hyuk saya skip ya… J J
Ponsel Do Kyung ternyata ketinggalan di mobilnya. Do Kyung heran sendiri kenapa dia bisa sial banget hari itu. Do Kyung pun muter2 nyari pinjaman ponsel tapi tak satu pun yang bersedia meminjam dia ponsel.
Hyuk yang baru dari rumah Ji An tanpa sengaja melihat Do Kyung. Do Kyung yang gak ngeh siapa Hyuk, mencoba meminjam ponsel Hyuk. Ia juga menjelaskan, kalau ia kehilangan kunci mobilnya dan perlu menelpon pihak asuransi tapi ponselnya ketinggalan di mobil.
Hyuk pun
memberi Do Kyung saran setelah melirik tas kertas berisi uang yang Do Kyung
pegang. Ia bilang, Do Kyung bisa beli kunci lain dengan uang itu atau
memecahkan kaca jendela mobil. Hyuk pun berlalu.
Setelah itu, barulah Do Kyung ingat siapa Hyuk. Hyuk pun meledek Do Kyung dengan membuka kunci mobilnya di depan Do Kyung. Hyuk juga menawari ponselnya pada Do Kyung yang langsung ditolak Do Kyung. Sepeninggal Hyuk, Do Kyung pun mengira Ji An meminjam uang 20.700 dollar dari Hyuk.
Ji An hampir selesai mengemasi barangnya ketika Ji Soo datang. Ji Soo yang masih tidak rela Ji An pergi, berkata kalau Ji An hanya punya satu rumah. Ji An pun membalasnya, dengan mengatakan kalau ia harus memikirkan orang tua kandungnya yang sudah kehilangan dirinya bertahun2.
“Katakan
saja kau pergi untuk mencari uang.” Suruh Ji Soo.
“Jika aku
mengatakan itu, apakah kau akan merasa lebih baik?” tanya Ji An.
“Apa kau
benar-benar mengalami kesulitan karena aku! Ada juga Ji Ho! Kau memberinya uang
saku saat dia memutuskan kembali kuliah! Tapi tidak ada yang menyuruhmu
melakukan itu!” protes Ji Soo.
“Hentikan,
Ji Soo-ya. Kau tidak biasanya seperti ini. Kau akan menyesal setelah aku
pergi.” Jawab Ji An.
“Kenapa aku harus
menyesal? Bukankah sudah kubilang, kita selesai karena kau memutuskan untuk
pergi? Kita sudah selesai. Yang tidak bisa kumaafkan adalah bahwa kau akan
pergi padahal kau tidak perlu melakukannya.
Karena orang tuamu sangat kaya, mereka tidak akan membiarkanmu mencari
pekerjaan. Apakah mereka akan membiarkanmu pergi setelah mereka mendapatkanmu
kembali? Apa kau masih ingin pergi?” ucap Ji Soo.
Ji An pun terdiam. Ji Soo lalu berkata lagi, karena itulah dia bilang Ji An bukan kakaknya lagi. Ji An marah dan berkata kalau dia masih menjadi kakaknya Ji Soo. Tapi Ji Soo tidak mau mengakui Ji An lagi.
Ji Ho tiba2
masuk ke kamar mereka. Ji An kaget Ji Ho pulang lebih awal. Ji Ho bilang, ia
sengaja pulang cepat karena tahu Ji An akan pindah besok. Ji Ho lalu mengajak
mereka pergi minum bersama Ji Tae. Tapi Ji Soo tidak mau pergi. Ji An pun
mengajak Ji Ho pergi tanpa Ji Soo.
Ji Tae, Ji
An dan Ji Ho pergi minum bir di tempat biasa. Ji Tae dengan santainya bertanya
apa rencana Ji An setelah pindah ke rumah baru? Apa Ji An akan kembali bekerja
di Haesung?
“Entahlah.
Hal ini terjadi begitu saja. Aku belum memikirkannya.” Jawab Ji An.
“Kuharap kau bisa sekolah keluar negeri. Ini adalah kesempatanmu untuk kembali meraih mimpi.” jawab Ji Tae.
“Tadi ibu
juga bilang begitu. Jujur saja, aku tidak pernah memikirkannya lagi setelah aku
memutuskan melepas seni. Oppa, aku pikir aku sudah lama melupakannya. Tapi jika
aku bisa melakukannya, aku ingin melakukannya.” Ucap Ji An.
“Kau bisa
melakukan apapun yang kau inginkan. Kau kaya sekarang.” jawab Ji Ho.
“Seandainya
aku tahu, aku pasti akan lebih padamu.” Ucap Ji Tae.
“Bisakah kau
berhenti bicara? Aku akan sering pulang.” Jawab Ji An.
Ji Tae pun menyesal karena selama ini hanya sibuk memikirkan diri sendiri. Ji Ho yang sudah mau menangis, meminta Ji An agar tidak melupakan mereka. Pecahlah tangis Ji An. Ji An merasa tidak enak pergi meninggalkan mereka demi hidup lebih baik. Ji An juga berkata, kalau dia sebenarnya tidak mau pergi.
Ji Ho yang
sudah ingin menangis sejak tadi, akhirnya ikutan menangis. Tak lama kemudian,
Ji Ho menenangkan Ji An dengan berkata, tidak akan ada yang peduli meskipun Ji
An pergi.
“Uri eomma,
uri appa. Ayah masih tidak menjawab teleponnya.” Jawab Ji An.
Nyonya Yang
sendiri juga cemas karena suaminya itu masih tidak bisa dihubungi.