Sinopsis Drama Korea Descendants of the Sun Episode 2 Part2
Shi Jin ke rumah sakit untuk menemui Mo Yeon tapi Mo Yeon tak mengangkat telfonnya, lalu ia bertanya pada Perawat Ja Ae, apa Mo Yeon sedang bertugas. Ja Ae menoleh ke tempat Mo Yeon sekarang.
Tapi bukan Mo Yeon yang sehungguhnya karena Ja Ae hanya menunjuk pada TV yang menampilkan Mo Yeon ditengah interview. Shi Jin menonton interview Mo Yeon.
Shi Jin menunggu Mo Yeon di depan rumahnya. Mo Yeon pulang dari interviewnya. Shi Jin mendekat. Mereka tak bicara apapun.
Lalu mereka duduk berhadapan di kafe. Shi Jin minta maaf karena meninggalkan Mo Yeon begitu saja waktu itu. Tapi Mo Yeon ingin mendengar penjelasan bukan permintaan maaf, ia bertanya pergi kemana Shi Jin kemaren, apa Shi Jin naik helicopter lagi. shi Jin menjawab tidak, ia tidak pergi jauh dan ia dilarang untuk memberitahu orang lain kemana ia bertugas.
Hari ini sungguh berat bagi Mo Yeon. Tapi, sekarang dan mungkin nanti... ia hanya akan memikirkan Shi Jin. 'Ke mana pria yang kusuka ini pergi?', 'Apa yang sedang dia lakukan?' Tapi, bahkan setelah bertemu. Shi Jin tak bisa mengatakan apa-apa, karena dilarang.
Shi Jin mengucapkan maaf lagi.
"Apa kau ini Pasukan Khusus?" tanya Mo Yeon
"Semacamnyalah."
"Kau bilang, kau melakukan pekerjaan buruh. Tapi, kau juga memiliki luka tembak... itu artinya kau sudah tertembak. Jadi, apa kau juga melakukan penembakan? Dan juga itu artinya... Kau bisa membunuh... ataupun terbunuh. Itu adalah pekerjaanmu, 'kan? Apa kau hanya akan melawan orang-orang yang jahat?"
Shi Jin tak menjawab, Mo Yeon melanjutkan kalau ia menghabiskan 12 jam sehari untuk berjuang menyelamatkan orang. Itulah yang ia lakukan. Ia berjuang untuk kehidupan. Tapi, yang Shi Jin lakukan itu... adalah melindungi orang lain melalui kematian orang lain juga.
“Aku adalah seorang tentara. Tentara harus mengikuti perintah. Terkadang apa yang aku anggap baik itu tak dianggap baik oleh orang lain. Meskipun begitu, aku harus tetap menjalankan perintah. Selama ini... aku sudah kehilangan 3 kawan selama menjalankan perintah." Jelas Shi Jin.
Kawannya itu tertembak tepat dihadapannya. Si Jin melanyutkan bahwa alasan tentara melakukan apa yang mereka lakukan... karena itu adalah kewajiban. ia mengatakannya dengan mengingat saat ia berjuang untuk menjalankan perintah, juga saat perutnya disayat musuh.
"Aku dan juga keluargaku. Kau dan juga keluargamu. Dan semua orang yang kita sayangi. Aku percaya bahwa aku berjuang untuk perdamaian dan kebebasan tanah air kita."
Mo Yeon adalah seorang dokter. Ia percaya kehidupan itu suci, dan tak ada hal yang bisa menggoyahkannya.
Shi Jin memahami, begitu rupanya.
“Maaf. Sepertinya, hubungan ini tak bisa berjalan lancar.” Ucap Mo Yeon.
Shi Jin mengerti. Mo Yeon akan pergi.
“Senang bisa mengenalmu. Jaga dirimu baik-baik.” Shi Jin melepas Mo Yeon.
Mo Yeon berjalan ke luar kafe. Shi Jin sama sekali tak menoleh ke arah Mo Yeon begitu pula Mo Yeon.
Shi Jin kembali ke markas dan sekarang sedang mandi, lalu Dae Yeong menyusulnya. Shi Jin heran, kok Dae Yeon sudah balik, tidak bertemu Myeong Ju kah? Kan mereka tidak akan bertemu selama 8 bulan. Dae Yeon balik bertanya, apa Shi Jin sudah bertemu dokter itu?
Shi Jin tak menjawab, ia malah minjem pisau cukur Dae Yeong. Sepertinya Dae Yeong menyadari kalau hubungan Shi Jin dengan Mo Yeon tak berjalan lancar. Dae Yeong menyampaikan perkataan sersan Gong kalau wanita Urk itu cantik-cantik seperti seorang gadis dan seperti seorang penyanyi. Shi Jin hanya tersenyum dan mulai bercukur.
[8 bulan kemudian]
Tim Alpha di urk. Mereka olahraga dipimpin oleh Shi Jin.
Di sebuah bukit ditempatkan sebuah mobil tempur. Sebagian prajurit menyisir untuk melacak ada bom atau tidak tapi anak-anak malah main-main di atas mobil tempur.
Shi Jin duduk sambil menutup mata di mobilnya. Dae Yeong menghampirinya, bertanya apa Shi Jin sedang tidur?
“Aku sedang merasa bangga bahwa kita adalah pasukan penjaga perdamaian,” jawab Shi Jin.
Dae Yeong tersenyum lalu menawarinya kopi. Shi Jin menunjukkan botor airnya lalu mereka bersulang.
Tim menemukan bahan peledak. Tentara yang berpakaian anti ledak mengidentivikasi penemuan itu, rudal 82mm. Shi Jin dan ketiga rekannya melihat dari atas, Dae Yeong juga ada bersamanya.
“Itu adalah milik Rusak yang ditembakkan ke Utara Urk selama perang perbatasan." jelas Dae Yeong
"Apa sekeringnya masih hidup?" tanya Shi Jin
"Kita harus berhati-hati. Jangkauan ledakannya sangat besar." jawab Dae Yeong.
Tapi anak-anak Urk lho malah menonton kegiatan mereka, kok gak takut ya..
Salah satu dari dua tentara yang berpakaian anti ledak meminta keputusan Shi Jin, jika mereka melaporkan penemuan ini pasti mereka diminta mundur sampai pasukan AS sampai di sana.
Yang bertanya itu adalah Staf Sersan Choi Woo Geun. Shin Ji menanyainya, apa ia sudah lupa motto Shin Ji?
“Santai saja, karena semuanya akan baik-baik saja. Tak usah stress.” Jawab Sersan Choi.
Lalu Shi Jin beralih pada Sersan Im Gwang Nam, ia ingin Sersan Im mengatakan apa itu stress.
“Satu, mengirim memorandum (Surat persetujuan). Dua, mengirim memorandum. Tiga, mengirim memorandum.”
Tentara yang satu lagi mengangguk-angguk mengerti. Ia adalah sersan Gong Chul Ho.
“Tentara AS mempunyai tugas untuk perdamaian dunia. Dan ini adalah tugas kita. Komandan yang akan bertanggung jawab penuh. Dan komandannya adalah aku.” Jawab Shi Jin.
[Corps Taebaek]
Shi Jin dan Dae Yeong di panggil ke Corps Taebaek. Mereka kena marah masalah temuan Bom tersebut. Kepala (Park Byung Soo) menegur mereka jangan mentang-mentang mereka ada di lapangan bisa seenaknya mengabaikan perintah pusat. Seharusnya bom tersebut diserahkan kepada EOD (penjinak bom).
“Siapa diantara kalian yang telah menimbulkan kekacauan ini?” tanya ketua.
Shi Jin menyalahkan Dae Yeong (Wakil komamdan) karena tak menghentikannya,,” Kenapa kau tak menghentikanku? Bukannya kau tahu aku paling suka menulis memorandum? Dasar...”
Shi Jin mengatakan pada ketua kalau memorandum sepertinya sedang dalam proses. Kenapa? Karena... Wakil Komandannya ini jago sekali menulis surat,,” Kau adalah Tolstoy. Master Seo Dae Young.”
Ketua menghukum mereka berdua untuk berlali keliling di sekitar markas dengan pakaian lengkap. Saat mereka sampai di tempat prajurit lainnya semua prajurit berbaris. Salah satu mereka mengomando untuk berlari, lalu mereka semua berlari dibelakang komandan dan wakil komandan tapi kemudian mereka berbelok masuk ke base camp.HAHAHA, kirain mereka mau ikut lari dengan komandan dan wakil komandan mereka, eh malah menyoraki keduanya.
Tapi sepertinya Shi Jin menyukai hukumannya kali ini, ia berlari dengan semangat dan sambil bernyanyi lagu militer.
Mo Yeon sekarang sudah menjadi bintang televisi dan kayaknya ia mempunyai acara sendiri. Ia sering tampil di TV.
Dan saat ia berjalan di rumah sakit, beberapa orang memotretnya.
Sekarang ia tak lagi harus melakukan operasi pada pasien. Semua pasiennya adalah VIP. Kebanyakan VIP menggunakan rumah sakit seperti hotel, untuk menghindari sesuatu, jadi pekerjaan Mo Yeon tidak sulit.
Mo Yeon mampir membeli sandwich sebelum ke rumah sakit. Pelayan mengenali Mo Yeon sebagai dokter yang sering muncul di TV, ia memuji Mo Yeon yang terlihat lebih cantik dari pada di TV.
Mo Yeon membawa sandwich yang ia beli ke untuk staf UGD. Karena sekarang ia pindah ke bangsal VIP jadi ia jarang ke UGD. Dr. Sang Hyun tak menyangka kalau Mo Yeon akan jadi setenar ini dan ini tak akan terjadi jika Mo Yeon menjadi ahli bedah.
“Aku juga terkejut. Tapi, siapa yang tahu bahwa hidupku bisa berubah lagi dalam sekejap.” Balas Mo Yeon.
Eun Ji datang juga datang ke UGD, ia dibelakang Dr. Sang Hyun. Ia melihat tak acuh kea rah Mo Yeon.
Dr. Sang Hyun memeriksa website acaranya Mo Yeon dan ada yang berkomentar kalau Mo Yeon secantik host-nya. Dr. Sang Hyun menduga kalau Mo Yeon yang menulisnya. Mo Yeon mengelak.
"Apa kau tak penasaran siapa yang menulisnya? ID-nya "Kukuruyuk Song".”
" 'Kukuruyuk Song'? Oh, 'Dr. Song'? Jadi, kau yang menulisnya? "
Lalu Mo Yeon menyuruh Dr. Sang Hyun untuk makan yang banyak.
Eun Ji membuka mulut, seharusnya Mo Yeon malu karena Mo Yeon pasti memberitahu semua orang kalau Mo Yeon adalah seorang dokter. Mo Yeon menatapnya.
“Kau juga bukanlah seorang dokter. Kau hanya putri dari ayahmu.” Balas Mo Yeon.
Eun Ji membalas kalau yang namanya dokter itu di ruang operasi bukan di ruang make up.
“Kau juga tak masuk ruang operasi. Karena aku terlalu sibuk, dan karena kau tidak berguna.” Balas Mo Yeon lagi.
Eun Ji menyuruh Mo Yeon diam, Mo Yeon hanyalah penggatinya. Mo Yeon mengingatkan Eun Ji kalau Eun Ji kehilangan posisi itu karena menjadikannya sebagai pengganti.
"Apa kau pikir kau ini ratu yang menguasai dunia?"
"Memangnya siapa yang bisa menguasai dunia?. Aku hanya mengambil kembali posisi yang kau rebut. Jadi, tak usah ikut campur dan kerja kerjaanmu saja."
Lalu Mo Yeon pergi duluan. Eun Ji kesal dan akan mengikuti Mo Yeon tapi Dr. Sang Hyun menahannya.
Mo Yeon ke atap rumah sakit. Ia mengingat saat Shi Jin meninggalkannya disana dengan helicopter. Dan mengingat satu hal lagi.
Kilas balik..
Saat di rumah Mo Yeon. Shi Jin menjawab kalau ia selalu memikirkan Mo Yeonlayaknya pria sejati. Mo Yeon sedang menyalakan lilin, ia ingin kencan pertama mereka menjadi kencan yang romantic, jadi ia akan menaruh lilin di atas meja. Shi Jin akan memindahkan lilinnya. Mo Yeon tak mengijinkannya.
“Wanita itu harus menyiapkan pencahayaan. Cahaya api ini akan membuatku terlihat cantik. Jangan bergerak. Aku sudah memperkiakan sudut pandangmu sebelum aku memasangnya.”
Shi Jin tertawa dengan kelakuan Mo Yeon ini. Lalu Mo Yeon melihat goresan diatas alis Shi Jin,,”apa kau terluka lagi? Apa kau melakukan kerja buruh lagi?”
“Apa mungkin jika melakukan pekerjaan itu bisa melukai wajah?” Shi Jin balik bertanya.
Jadi Mo Yeon salah. Shi Jin sengaja melukainya. Lalu Shi Jin bertanya, apa Mo Yeon sebegitu sibuknya sampai tak punya waktu untuk keramas. Mo Yeon menjelaskan kalau ia terus berada di ruang operasi.
"Aku sangat seksi saat memakai pakaian bedah. Memang hanya bagian ini (mata) yang kau lihat, tapi aku terlihat seksi."
"Aku sungguh ingin punya pacar yang seperti itu. Apa dia sedang tak bertugas? " Goda Shi Jin.
“Kau ini.”
Kilas balik selesai..
Mo Yeon menunduk melihat ke bawah, melihat sepatunya. Ia lalu menghembuskan nafas berat dan mulai berjalan sambil mengatakan kalau iatak punya waktu lagi untuk menjadi wanita sexy lagi.
Ada tentara baru, ia adalah Kopral Kim Gi Beom. Shi Jin menegurnya, sedang apa Gi Beom. Gi Beom memberi hormat dan mengatakan kalau ia sedang menggali saluran pembuangan.
Shi Jin juga tahu hal itu. tapi bukan begitu caranya memegang sekop. Lalu ia menyontohkan cara yang benar. Shi Jin sudah penuh semangat tapi baru satu sekopan, pegangan sekopnya patah dan melukai tangannya.
“Jadi, aku bisa terluka bahkan jika aku bekerja buruh begini.” Gumam Shi Jin.
Gi Beom langsung menulis di tangan Shi Jin seperti yang pernah Shi Jin lakukan padanya. Ia menulis,” Terluka karena menyekop tanah.”
Shi Jin menghukumnya, “siap!” “Iatirahat!” “siap!”
Lalu Dae Yeong datang. Shi Jin protes, kenapa Dae Yeong membawa Gi Beom yang tak berguna. Dae Yeong mengatakan kalau ia mnyukai Gi Beom, lalu bertanya apa yang Gi Beom butuhkan.
“wine dan whipe cream, pak.” Jawab Gi Beom.
Dae Yeong menjelaskan kalau sersan Gong ulangtahun hari ini dan mereka akan memanggang steak dan Gi Beom adalah juru masak yang baik.
Shi Jin memilih bertugas untuk wine.
Lalu mereka ke bar untuk membeli wine dan whipe cream. Disana ada wanita cantik dan seksi tentunya. Mata mereka tak lepas dari wanita itu. mereka bahkan saling berdebat siapa yang dirayu wanita itu. mereka mengunguulkan diri masing-masing.
Lalu seorang wanita datang mengambil pistol pesanannya, ia adalah Ri Ye hwa. Wanita tadi memberikan pistol pesanannya. Ri Hwa bertanya bagaimana menggunakan senjata itu, ia langsung mengarahkan pistol tersebut pada shi Jin dan Dae Yeong.
Shi Jin dan Dae Yeong menunduk melindungi diri dari pistol Ri Hwa.
“Apa aku tembak sekarang saja? Pistol ini berfungsi, loh.” Kata Ri Hwa dalam Bahasa korea. Padahal yang di barite hanya Shi Jin dan dae Yeong yang menggunakan Bahasa korea.
Lalu Shi Jin merebut pistol Ri Hwa dan balik menodongkan pistol itu pada Ri Hwa, Ri Hwa mengangkat kedua tangannya, ia bertanya apa Ri Hwa adalah orang korea. Ri Hwa menjawab kalau belum tentu orang kore ajika berbahasa korea. Ri Hwa merebut pistolnya.
Shi Jin menarik bagian atas pistol sehingga jika ia manarik pelatuk maka peluru bisa langsung keluar. Ri Hwa tak berhasil merebut pistolnya, ia kembali mengangkat tangannya lagi saat Shi Jin menodongkan pistol.
“Senjata itu tak seperti anjing, dia tak mengenali pemiliknya. Jika aku menarik pelatuknya, maka kau akan tertembak.” Ujar Shi Jin.
Lalu Shi Jin mempreteli pistol Ri Hwa dan meletakkannya di meja. Ia bertanya, untuk apa Ri Hwa membeli pistol kalau tak tahu caramenggunakannya.
“Aku tak membelinya untuk membunuh seseorang. Aku membelinya untuk melindungi diri.” Jawab Ri Hwa.
Lalu Ri Hwa mengambil peretelan pistolnya dan pergi tak lupa ia mengumpat pada Shi Jin.
Dae Yeong khawatir, apakah akan baik-baik saja jikamereka membiarkan Ri Hwa memiliki pistol. Shi Jin mengataka kalau itu adalah hak Ri Hwa.
Shi Jin bertanya pada wanita cantik tadi, siapa Ri Hwa, Bukan turis, tapi wajahnya baru. Wanita cantik menjelaskan kalau ada dua hal yang tak mereka jual di barnya yaitu wanita dan informasi. Lalu wanita tadi memberikan whipe cream.
Mo Yeon dan staf UGD sedang makan bersama di kantin mereka membahas mengenai Urk. Min Ji bertanya dimana Urk itu. Ja Ae menjelaskan kalau itu adalah negara yang terletak di ujung Semenanjung Balkan. RS. Haesung akan membangun pembangkit listrik ramah lingkungan di sana.
Dr. Sang Hyun menambahi kalau Akan ada sukarelawan, dan ia yakin, orang yang tak punya uang dan koneksi yang akan dikirim. Setelah ia pikir-pikir, mereka pasti akan mengirimnya. Ia tak punya uang, koneksi, keberuntungan, atau berkah. ia sebal.
“Tapi kau punya hati. Kau juga tampan.” Ujar Ja Ae.
Yang lain berucap,,”Ciye..”
Chi Hoon mengatakan kalau ia akan pergi, Hee Eun juga sudah mengijinkannya. Mo Yeon memukulnya, Hee Eun sudah hampir melahirkan tapi Chi Hoon malah mau pergi.
“Jika dia sungguhan mencintaimu, dia pasti akan melarangmu.” Ujar Dr. Sang Hyun.
Chi Hoon menjelaskan kalau ia tak bisa pergi setelah anak mereka lahir, jadi Hee Eun menginjinkannya sekarang.
"Astaga! Kenapa bocah kaya ini belagak jadi Albert Schweitzer? Kenapa kau tak jadi Bill Gates saja?" tanggap Mo Yeon.
Lalu kepala Han Suk Won datang. Ia mengajak Mo Yeon makan malam lalu pergi lagi.
"Apa Ketua baru saja mengajakku makan malam?" tanya Mo Yeon
"Astaga!" Min ji tak percaya.
"Iya, bagaimana ini?" Mo Yeon juga.
Lalu Dr. Sang Hyun mengajak mereka diskusi. Pertama, apa yang dibutuhkan idola Kang Mo Yeon sekarang. Chi Hoon menjawab Fan club. Dr. Sang Hyun menyalahkannya, yang benar adalah pernikahan politik.
“Hal itu membuatku terlihat seperti orang penting saja.” Ucap Mo Yeon antusias.
Tapi Chi Hoon tidak setuju. Ketua adalah duda. dan Mo Yeon lebih hebat dari dia.
Dr. Sang Hyun: ”Apa maksudmu Ketua tidak hebat? Apa teman kita ini masih muda? Apa keluarganya kaya? Duda itu adalah kekuatan dan bukannya kelemahan. Dia akan sangat berguna untukmu.”
“Bukannya begitu? Apa sekarang aku harus mulai bergerak naik?” tanya Mo Yeon.
Lalu malamnya, Ketua Han mengajak Mo Yeon ke kamar hotel. Mo Yeon membeku di depan pintu. Ketua Han menyuruhnya masuk. Mo Yeon bertanya apa mereka mau makan disana. Ketua Han menjawab kalau mereka tidak hanya akan makan disini.
"Bukannya kita mau ke sky lounge?" tanya Mo Yeon.
"Di sini kan ada sky (langit) dan juga lounge (kursi). Semuanya ada, kau butuh sesuatu lagi?"
"Sopan santun? Aku mungkin akan terdengan konyol, tapi... nuansa romantisnya?"
Ketua Han menanyakan apa itu yang Mo Yeon suka. Mo Yeon balik bertanya, apa ini yang ketua Han suka.
Ketua Han berkata kalau Mo Yeon pasti tahu kalau ia adalah orang yang gak sabaran. Ia akan memesan makan malam dan menyuruh Mo Yeon mandi. Atau jika tidak, ia akan mandi duluan. Lalu ia membuka kancing rompi-nya.
Mo Yeon tersenyum dan mendekat. Ketua Han siap untuk memeluk Mo Yeon, tapi Mo Yeon mengangkat tasnya. Ketua bertanya,apa Mo Yeon mau memukulnya. Mo Yeon menjawab iya, lalu memukul muka Ketua Han dengan tasnya.
Mo Yeon kembali curhat pada Ji Soo. Ji Soo terkejut mengetahui kalau Mo Yeon benar-benar memukul ketua Han. Mo Yeon menambahi kalau ia hampir membunuh Ketua Han.
"Apa menurutmu, dia akan memecatku? Aku kan ambasadaor mereka."
"Dan dia adalah Ketua."
"Benar juga, sih."
Mo Yeon harus ikut rapat juga sebentar lagi, ia tak tahu harus bagaimana saat bertemu Ketua Han. Ji Soo menyuruhnya untuk menatap ketua Han dengan tatapan pembunuh, tatapan seperti itu sangatlah menyakitkan. Mo Yeon takut kalau ketua Han akan pingsan setelah ia menatapnya.
Rapat dimulai,membahas mengenai relawan yang akan ditugaskan ke Urk. Dan Ketua Han mengirim Mo Yeon ke sana sebagai ketua Tim relawan Urk.
“Mungkin tidak ada hotel, tapi, kami sedang membangun penginapan bersih di sana.” Lanjut ketua Han, bahkan ia yakin kalau Mo Yeon akan setuju lalu semua tepuk tangan
Dr. Sang Hyun berbisik pada Chi Hoon kalau hidup ini memang penuh kejutan.
Beralih ke Urk, markas pasukan khusus. Ada pesawat yang sedang menurunkan kotak peralatan medis.
Shi Jin melamun. Lalu Dae Yeong membawa daftar relawan medis. Shi Jin sudah melihatnya dan ia juga tahu kalau ketua Tim medis adalah Kang Mo Yeon tapi ia tak yakin kalau Mo Yeon tahu bahwa ia ada di Urk juga.
“sepertinya kalian memang ditakdirkan untuk bertemu.”
“Ataukah nasib yang kau maksud itu salah alamat.”
Di Urk sangat panas. Tim medis sudah tiba di Bandara Internasional Urk. Dr. Sang Hyun, Dr. Chi Hoon, Perawat Ja Ae dan Perawat Min Ji jugaikut dirugaskan.
“PBB seharusnya mengirimkan pesawat dan beberapa orang. Kita tunggu saja.” Kata Mo Yeon.
Dr. Sang Hyun mengatakan kalau mereka mamang sudah menunggu, menungu di tempat yang super hot ini. lalu telfon Dr. Sang Hyun berbunyi. Ia mengangkatnya.
Ia mengira kalau itu adalah telfon iseng tak tahunya malah telfon dari ketua Han yang ingin bicara dengan Mo Yeon.
Mo Yeon menghela nafas dulu sebelum bicara.
Mo Yeon: Ini aku Kang Mo Yeon.
Ketua Han: Kau kepanasan, 'kan? Kau masih bisa berubah pikiran. Aku punya sejuta alasan untuk menarikmu kembali ke Korea.
Mo Yeon: Tidak, terima kasih. Aku jadi tak begitu menghormatimu saat kau mengajakku ke hotel, tapi, aku tak menyangka kau akan serendah ini, Ketua Han. Aku sudah berani mengatakan ini, karena aku juga sudah mendapatkan koneksi VIP selama jadi idola. Mungkin sudah waktunya aku membuka klinik sendiri. Setelah tugas ini selesai, aku akan mengundurkan diri, tunggu saja aku. Kau mengerti?
Mo Yeon tahu kalau semua mendengar perkataannya tadi. ia menambahkan kalau karena itulah ia berada disana bersama mereka sekarang.
Lalu pesawat penjemput datang. Baling-baling pesawat menyebabkan selendang yang menutupi kepala Mo Yeon terbang. Lalu Mo Yeon berjalan untuk mengambilnya. Tapi selendangnya malah ke arah sebaliknya.
Pesawat sudah mendarat dan pintunya terbuka. Dari salam keluarlah 5 tentara keren. Shi Jin turun belakangan dengan memakai kacamata hitam tapi kemudian ia jalan di depan memimpin mereka.
Mo Yeon menatap Shi Jin.
Mereka jalan terus ke arah Mo Yeon. Tentara yang lain berhenti di depan Mo Yeon tapi Shi Jin jalan terus melewati Mo Yeon, seakan tak mengenal Mo Yeon.
Shi Jin (Narasi): Sepertinya... takdir pertemuan itu telah salah menghampiri kita.
Mo Yeon menatap punggung Shi Jin..
Lanjut Episode 3