.

Sinopsis Drama Korea Descendants of the Sun Episode 2 Part 1

Sinopsis Drama Korea Descendants of the Sun Episode 2 Part 1


Mo Yeon menatap ke arah helicopter yang semakin menjauh, Shi Jin juga terus melihat ke bawah sampai Mo Yeon tak terlihat dari dalam helicopter.


Dr. Song Sang Hyun, Sunbae Mo Yeon di rumahsakit akan merokok di atap, ia melihat Mo Yeon menatap lurus kedepan lalu bertanya apa yang dilihat Mo Yeon.


“Sunbae, apa kau tahu jika seseorang menjadi anggota pasukan/angkatan khusus, sampai harus dijemput helicopter dan kadang-kadang mendapat tembakan?” tanya Mo Yeon.


Sang Hyun menjelaskan kalau tak seorangpun militer korea mendapat tembakan cukup pukulan saja saat hujan.


“benarkah? Lalu siapa pria yang terbang tadi?” tanya Mo Yeon.


Sang Hyun memastikan, dia melarikan diri atau terbang? Tak ada jawaban dari Mo Yeon. Lalu ia berkata kalau apapun itu pasti dia punya alasan untuk melakukannya. Mo Yeon tersenyum.


Shi Jin sampai di markas, disana mereka kemudian mengadakan pertemuan dengan tim asing yang membahas soal 2 korban penculikan. Ada dua tim, satu tim dari Korea dan satu tim dari luar negeri.


Kedua ketua dari masing-masing tim dan anggota masing-masing tim memperhatikan saat pimpinan menjelaskan strategi penyerangan mereka.


Lalu mereka melakukan simulasi. Pimpinan mengatakan kalau mereka hanya punya waktu 90 menit untuk menyelesaikan misi ini. Kedua tim masuk ke markas musuh melalui pintu yang sama tapi kemudian berpisah menjadi dua arah.

Salah satu anggota Shi Jin membuat kesalahan dengan menerobos sampai BOM meledak (tapi karena ini hanya simulasi makanya diganti kardus). Shi Jin memberi laporan di headset kalau misinya gagal, semua prajurit tewas.


Dae Yeong menegur prajurit yang membuat kesalahan itu..”Ini adalah Jebakan ganda. FOKUSS!!”

Si prajurit hanya bisa minta maaf.


Lalu sebuah pisau mendarat di samping kepala Shi Jin, menancap di tumpukan kardus. Pisau itu dilempar oleh ketua tim luar.  Si ketua itu mengejek tim korea yang seharusnya kembali saja ke negaranya danlatihan saja dengan ibu masing-masing.


Shi Jin tak terima, ia mencabut pisau itu lalu melemparkannya, berhasil mendarat di kardus melewati selakangan si ketua tim luar. Hal itu menyulut emosi masing-masing ketua lalu mereka berkelahi.


Prajurit yang membuat kesalahan tadi khawatir kalau Shi Jin akan terbunuh.


“Dia bisa terbunuh atau membunuh. ketika pasukan khusus pertama kali mengikuti operasi gabungan mereka saling beradu untuk saling mengetes kemampuan masing-masing dengan tujuan untuk menemukan skil yang cukup agar bisa percaya. Ini bukan saling serang dan bertahan tapi benar-benar adu kekuatan..” jelas Dae Yeong.


Adu kekuatan terus berlangsung sampai para petinggi datang untuk menghentikan mereka.

Nama Shi Jin di dunia militer adalah Big Boss.

“Kembali bekerja sekarang. APa ada yang keberatan?” perintah petinggi.

“No Sir!” jawab mereka kompak.


Mo Yeon curhat dengan teman dokternya, namany Pyo Ji Soo. Shi Ji yang tak pernah gugup kali ini sangat gugup bahkan ia sampai tak mengingat satu pertanyaan pun, ia khawatir tak lulus. Ji Soo menenangkannya, Mo Yeon pasti lulus, mereka tak bisa mengeliminasi Mo Yeon 3 kali.

“Iya kan? Kepala mengatakan padaku kalau hasil pemeriksaan dokumenku memperoleh nilai tertinggi.” Kata Mo Yeon.


Kim Eun Ji masuk ke toilet yang sama. ia mengatakan kalau ia juga mau interview setelah Mo Yeon. Ia bertanya, apa Mo Yeon ditanyai banyak. Mo Yeon kaget dengan pertanyaan itu.


“Apa mereka begitu padamu? Mereka pasti khawatir kau tak akan mengerti pertanyaan mereka.” Lanjut Mo Yeon.

Eun Ji tersenyum,,”atau.. karena tak ada yang perlu mereka tanyakan.” Lalu ia keluar karena ada operasi.

Tampak disini kalau hubungan Mo Yeon-Eun Ji tak begitu baik, lebih ke saling menyindir.


“Dia tadi bilang dia diinterview untuk posisi professor, kan?” Ji Soo ingin memastikan karena Eun Ji bahkan gagal 3 kali untuk memperoleh specialist. Mo Yeon menduga kalau ini murni masalah politic rumah sakit.




Eun Ji ada siap di ruang operasi. Mo Yeon di tempat asisten.

“Apa kau salah mengingat ruang operasimu? Disini adalah runag Prof. Park.” Jelas Mo Yeon.

Eun Ji menjelaskan kalau Prof. Park mengubah pikirannya dan memberikan kuasa padanya untuk mengoperasi pasien,,”Dan kau adalah asistenku!”

Eun Ji memulai pembedahan dengan percaya diri.

Mereka sambil berbicara. Mo Yeon tahu kalau Eun Ji memberi jam pada prof Baek dan Eun Ji mendengar kalau Mo Yeon merayu prof Baek setiap hari.

“Beliau mungkin telah terayu dengan jam yang kau berikan. Aku hanya mengandalkan prestasiku.” Balas Mo Yeon.


Lalu indicator menunjukkan kalau keadaan pasien menurun. Di Afganistan, Shi Jin menemukan sebuah bom, persis saat simulasi.

Kembali ke ruang operasi. Mo Yeon akan melakukan prosedur penyelamatan. Tapi karena ini adalah operasi Eun Ji, maka ia yang akan melakukannya tapi Eun Ji membuat kesalahan sampai darah pasien muncrat.


Pasukan khusus menrobos, ada yang terjerat jebakan, lalu terdengar suara tembakan beruntun. Lalu mereka saling menembak.


Di ruang operasi, Mo Yeon yang memegang kendali untuk memerintah tim apa yang harus mereka lakukan.


Disisi lain, Mo Yeon berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan nyawa orang tapi Shi Jin kebalikannya, ia mempertaruhlan nyawanya untuk menghabisi nyawa musuh.


Pasukan khusus berhasil menyelamatkan 2 sandera.

“Mission complete.” Lapor Shi Jin pada petinggi.


Nyawa pasien juga terselamatkan. Mo Yeon menyerahkan sisanya pada Eun Ji.


Mo Yeon keluar dengan emosi. Ia marah-marah pada Eun Ji. Jang Hee Eun (tak tahu ia ini dokter atau perawat) keluar dari ruang operasi Eun Ji. Sepertinya ia dekat dengan Mo Yeon.

Hee Eun sedang hamil. Mo Yeon menyentuh perut Hee Eun dan berbicara dengan janin,,”Apa ibumu akan jadi single mother?”


Hee Eun mengatakan tidak, lalu ia mengeluarkan cincin pasangan yang dikasih pacarnya, Lee Chi Hoon. Lalu pacarnya datang, anehnya ia menyembunyikan tangan kirinya dibelaknang punggung.

“SUnbae, katanya kau mau bicara denganku?” kata Lee Chi Hoon sambil mendekati Mo Yeon, serta memberika kode-kode.

Mo Yeon awalnya kaya bingung gitu karena tak merasa memanggil Chi Hoon, tapi sedetik kemudian ia menangkap kode Chi Hoon lalu menjawab kalau memang ada ynag mau ia katakan lalu Mo Yeon meminta Hee Eun untuk pergi duluan.

“Mau bicara masalah apa?” tanya Hee Eun.


“Masalah pasien. Membicarakan pasien antara dokter, privasi.” Jawab Chi Hoon sambil mikir, kemudian tersenyum manis, Mo Yeon juga.

Hee Eun mengerti dan tak curiga. Ia lalu pergi duluan.


Mo Yeon tanya, apa lagi ulah Chi Hoon kali ini. Chi Hoon mengatakan kalau cincinnya hilang, lalu ia mencarinya di tempat sampah. Ia khawatir, jangan-jangan ia menjatuhkannya dalam tubuh pasien saat operasi. Mo Yeon menendangnya.

Tapi untungnya cincin ketemu di saku baju operasi. Keduanya pun lega.

“Stand up! Genggam gigimu.” Perintah Mo Yeon dengan mengepalkan tinjunya.

Chi Hoon hanya tersenyum lebar lalu kabur.


Malamnya, Mo Yeon kembali ngobrol dengan Ji Soo. Kali ini mereka membahas soal Hee Eun yang tiba-tiba hamil.  Mereka sambil nyemil.

Lalu Ji Soo bertanya soal pria-nya Mo Yeon (Shi Jin), apa Shi Jin belum menghubungi Mo Yeon.

“tidak. Ku pikir ia bukan tipe pria yang sering menghubungi wanita.” Jawab Mo Yeon.

Ji Soo penasaran, siapa sebenarnya Shi Jin itu, mata-mata kah?


Mo Yeon juga tak tahu. Ia menatap layar dengan mata berbinar. Saat Ji Soo bertanya apa yang dilihat Mo Yeon, ia menjawab kalau ia menatap gambar Shi Jin dan itu adalah gambar hasil x-ray. Mo Yeon menambahkan kalau hanya itu foto Shi Jin yang ia miliki.

“Aigo.. kau gila.” Ucap Ji Soo.


Mo Yeon akan ke luar rumah sakit. Ia mengatakan pada Chi Hoon kalau ia libur hari ini jadi Chi Hoon jangan berani-berani menelfonnya karena tak akan ia angkat. Chi Hoon bertanya, ada apa memangnya.

“Akum au kencan.” Jawab Mo Yeon dengan senyum lebar.

“Kau tak akan pergi dengan baju itu kan? Jangan lakukan itu!”

Mo Yeon hanya membalas dengan lambaian tangan.


Di luar rumah sakit, Mo Yeon melakukan peregangan tubuh. Dan ternyata Shi Jin sudah menunggunya dengan berdiri bersandar mobil. Shi Jin senyam-senyum melihat Mo Yeon.


Mo Yeon melihat Shi Jin, ia malu lalu menutup mukanya dengan tangan. Lalu Shi Jin mendekati Mo Yeon.

“kenapa kau kesini agi sekali. Janjian kita masih 2 jam lagi. aku tak salah, kan?” tanya Mo Yeon yang masih menutupi mukanya.

Shi Jin memang sengaja datang pagi-pagi. Ia menambahkan kalau ia senang memiliki orang yang menunggunya. Tetap saja, Mo yeon menyalahkan Shi Jin yang datang 2 jam lebih awal, mungkin karena ia belum dandan.

“Tapi,, kenapa kau menghindari kontak mata?” tanya Shi Jin, karena sedari tadi Mo Yeon masih menutup mukanya.

“karena aku tak punya kepercayaan diri. Aku tak memakai make up saat ini. aku harus pulang dulu untuk keramas dan ganti pakaian.”

Shi Jin mengatakan kalau Mo Yeon tetap cantic saat ini. mo Yeon sedikit menurunkan tangannya.

“Iya kah? Apa karena aku cantic dari dalam? Apa aku tak usah mandi saja?” tanya Mo Yeon.

Shi Jin lalu menyuruhnya untuk masuk ke mobil, ia akan mengantar Mo Yeon pulang. Mo Yeon kecewa, jadi Shi Jin menyuruhnya mandi.


Mereka sampai rumah.Mo Yeon akan mencuci rambut saja. Tapi ia sangat lapar, ia menyarankan untuk memesan makanan. Tapi Shi Jin sudah berencana untuk membelikan makan enak untuk Mo Yeon,,”Apa tak apa-apa cuma makanan antar?”


Mo Yeon menjawab kalau ia oke-oke saja yang penting bukan makanan tapi bersama siapa ia makan. Mo Yeon menyuruh Shi Jin untuk memesan, ia masuk ke kamar mandi.

“Dia sangat aneh. Dan sangat cantic.” Gumam Shi Jin.


Shi Jin selesai memesan. Ia mengamati rumah Mo Yeon. Ia menemukan foto polaroid lalu mengambilnya agar bisa melihat lebih jelas. Dan di papan juga tertempel pemberitahuan pemutusan  air.


Dan benar saja, saat Mo Yeon belum selesai keramas airnya mati. Lalu ia keluar dengan handuk membungkus rambut,,”Ah.. segarnya.”

“Apa kau beneran mencuci rambutmu?” tanya Shi Jin yang tahu kalau tak airnya diputus.

Shi Jin menunjukkan pemberitahuan kalau air akan diputus mulai jam 4 sore. Mo Yeon tak mengatakan apa-apa karena ia sudah ketahuan. Lalu ia mengambil 2 botol air mineral di kulkas dan membawanya ke kamar mandi.


“Apa itu tak terlalu dingin? Perlukah aku memanaskannya untukmu?”

“Tak perlu.” Jawab Mo Yeon yang cepat-cepat ke kamar mandi.

Shi Jin lagi-lagi tersenyum.


Pesanan mereka sudah datang dan mereka makan bersama. Shi Jin penasaran akan sesuatu tapi Mo Yeon melarangnya untuk penasaran.

“kaya kau tahu aja apa yang mau aku tanyakan.” Balas Shi Jin.

Mo Yeon bisa melihat dari wajah Shi Jin kalau Shi Jin hanya akan menggodanya.

“Darimananya? Ini hanya wajah ganteng.” Balas Shi Jin.

Mo Yeon pun tak bisa menahan tawanya. Lalu ia membolehkan Shi Jin untuk menanyakan apa yang membuat Shi Jin penasaran.


“Apa kau memikirkanku?”

“tentu saja aku memikirkanmu. Kalau kamu sendiri?”

“Aku selalu memikirkanmu. Seperti pria sejati.”

Mo Yeon menyalakan lilin sambil tersenyum mendengar jawaban Shi Jin. Mo Yeon berterimaksih kare Shi Jin tak membahas masalah keramasnya yang gagal, lalu ia mengajak Shi Jin minum kopi saat nonton nanti.


“Ah.. aku harusnya mendapat satu botol air.” Goda Shi Jin.

“Yaa!”


movie time..

“ini adalah momen terbaik dalam menonton film. Tepat sebelum lampu dimatikan.” Kata Mo Yeon.


“Ini momen yang paling mendebarkan dalam hidupku. Bersama seorang wanita cantic dan lampu akan segera dimatikan.” Balas Shi Jin.

“maksudmu bukan wanita tua?”

“Oh, Aku pasti salah karena lampunya remang-remang.”

Shi Jin lalu mempermasalahkan Mo Yeon yang bicara nonformal padanya tadi, ia menanyakan berapa umur Mo Yeon karena Mo Yeon tahu umurnya dari rekam medisnya.

“Karena Oppa tadi menggodaku duluan.” Alasan Mo Yeon.

“Oh begitu rupanya. Aku lebih tua.”

“Tidak kok. Aku bohong, aku lebih tua.”

“Kurasa tidak begitu, sini tunjukkan kartu identitasmu.”


Dan mereka tertawa. Lalu Shi Jin mendapat telfon untuk bertugas padahal film-nya belum dimualai. Shi Jin minta maaf, ia mengatakan kalau ia harus pergi dan mengajak Mo Yeon untuk nonton lain kali.

“Tidak, aku bisa menontonnya sendiri, kau bisa pergi.” Jawab Mo Yeon, tapi bohong banget kalau ia gak merasa apa-apa. Tapi Shi Jin juga tak bisa apa-apa karena ia beneran harus pergi.

Lalu Chi Hoon menelfon Mo Yeon, ada keadaan darurat di rumah sakit. Mo Yeon pun segera berlari ke rumah sakit.


Dr. Lee Song Sang Hyun, Dr. Lee Chi Hoon dan perawat Ha Ja Ae melihat Mo Yeon yang berlari masuk ke rumah sakit. Sang Hyun bertanya, apa Chi Hoon yang menelfon Mo Yeon. Iya,  Chi Hoon tak punya pilihan lain.

“Sudah jelas sekali terlihat kalau Sunbae yang akan terpilih.” Ujar Chi Hoon.

“Tidak, sudah jelas sekali kalau Kim Eun Ji yang akan terpilih.” Balas Sang Hyun.

Kayaknya Mo Yeon gak terpilih deh untuk posisi professor itu. Ja Ae mengatakan kalau Mo yeon bahkan sudah berlatih untuk live operasi. Sang Hyun menjelaskan kalau keluarga Eun Ji adalah para petinggi Haesung Group jadi Mo Yeon tidak mungkin punya kesempatan, semua ini masalah koneksi bukan kemampuan.


Mo Yeon menemui kepala untuk protes. Ini sudah yang ketiga baginya. Pertama, karena alasan ia masih terlalu muda. Kedua, karena alasan ia kalah dari orang-orang yang membantu penelitian kepala.


“Apa maksudmu? Kau pikir aku memiliki kuasa untuk meluluskanmu?” tanya kepala.


Mo Yeon tahu  kalau koneksi juga mempengaruhi persaingan, tapi mau sampai berapa lama, dan siapa yang masih tersisa. Setidaknya, ia sudah mencobanya 3 kali, tidak bisakah koneksi tersebut ditiadakan.


“Tampaknya kau sudah menyerah untuk yang keempat, dokter Kang?” balas kepala.

“Kepala.” Protes Mo Yeon.


Lalu Eun Ji datang ke ruangan Kepala. Kepala menyambut Eun Ji dan memanggilnya, professor. Ketua menyudahi bicaranya dengan Mo Yeon, ia menyuruh Eun Ji untuk memerintah Mo Yeon agar siap-siap untuk syuting live operasi. Dan mengajak Eun Ji untuk ke ruangan Prof Park, sepertinya mereka akan pesta. Kepala pun meninggalkan ruangannya.


Eun Ji memerintahkan Mo Yeon untuk menggantikannya syuting besok karena semua professor mau mengajaknya makan malam bersama. Mo Yeon keberatan, tapi Eun Ji memaksanya kalare eun Ji sekarang adalah professor maka Mo Yeon harusmenuruti perkataannya.


Eun Ji berpesan agar Mo Yeon takmembuat kesalahan karena acara operasinya akan ditayangkan secara langsung. Eun Ji memberi Mo Yeon brosur yang disepongsori rumah sakit. Mo Yeon membuangnya ke lantai.

“Bagaimana jika aku tak bisa?”

“Lalu kita akan melihat apa yang terjadi.” Balas Eun Ji.

Mo Yeon menanyakan, makan malamnya kan sekarang dan syutingnya besok, kenapa ia harus menggantikan Eun Ji. Eun Ji mengatakan kalau ia juga akan minum-minum nanti untuk merayakan ia terangkat sebagai professor, jadi ia tak bisa bangun besok.

Mo Yeon kesal,,” Apa kau tak malu!?“

Eun Ji sedikit merasakan itu. tapi walaupun memalukan toh ia tetap menjadi professor,,”Tapi kau tetap sama dan ditinggalkan tanpa apapun.”


Mo Yeon mengumpati Eun Ji. Ia kasihan pada pasien Eun Ji kelak. Eun Ji menaruh tasnya dan menjambak rambut Mo Yeon. Mo Yeon tak terima dan balas menjambak rambut Eun Ji.


Dr. Lee Song Sang Hyun, Dr. Lee Chi Hoon dan perawat Ha Ja Ae datang untuk melerai mereka.


Di lorong yang sepi dan remang-remang, Mo Yeon menangis seorang diri. Ia menghafalkan apa yang harus ia katakan besok saat syuting operasi. Tapi ia tidak bisa menahan tangisnya. Ia terus menghafal disela-sela tangisnya.


Boneka pemberian Kwang Soo dijaga dengan baik di markas militer.

Tim Shi Jin selesai beryugas dan kembali ke markas.


Lalu Letnan Umum Yoo datang. Semua memberi hormat. Letnan Umum Yoo menyampaikan perintahnya mengirim tim Alpha liburan selama 8 bulan karena menghormati kinerja keras tim di dalam maupun di luar negeri. Shi Jin bertanya dimana itu.


“Ke Urk. Kalian punya waktu 2 minggu untuk menemui kekasih kalian dan keluarga kalian.” Jawab Letnan Umum Yoo.


Prajurit Choi Woo Geum menjelaskan saat ada yang tanya kalau Letnan Umum Yoo mengirim mereka untuk disebar artinya tidak akan ada misi berbahaya selama 8 bulan tersebut. Prajurt yang tanya tersebut senang, temannya satu lagi juga girang.


Tapi Shi Jin dan dae Yeong tidak seperti rekan yang lainnya. Mereka tampak tidak puas.

Lanjut Part 2