.

Sinopsis Drama Korea Descendants of The Sun Episode 8 Part 2

Sinopsis Drama Korea Descendants of The Sun Episode 8 Part 2

Min Jae sadar duluan, ia memanggil-manggil Shi Jin yang tak sadarkan diri diatas tubuhnya.

“Ahjusshi! Ahjusshi! Sadarlah! Apa kau mati?”

Lalu Min Jae  memanggil-manggil orang lain, “apa ada orang diluar sana?? Ada orang meninggal disini!!”

Shi Jin belum membuka matanya tapi suaranya sudah keluar,

"Aku bukan Ajusshi."

"Ahjusshi, Kau baik-baik saja? Kupikir, kau tadi sudah meninggal."

"Sudah kubilang aku bukan Ajusshi."

"Apa itu penting sekarang?"

"Ya, itu selalu penting."

Shi Jin memastikan kalau Min Jae tidak apa-apa, kemudian ia mengembalikan kantong infus Min Jae yang jatuh ke tempatnya semula.



"Sepertinya, bukan aku yang harus kau khawatirkan sekarang. Ajusshi, pergelangan tanganmu berdarah."

"Sepertinya sih begitu."

Dan kaki Min Jae sudah terbebas sekarang. Tapi bagi Min Jae, tak ada gunanya  karena pintu masuknya telah tertutup. dan mereka sudah terperangkap di sana.



"Big Boss memanggil. Siapapun, jawab aku." Shi Jin mencoba menggunakan headsetnya tapi tak berfungsi.

Min Jae jadi merasa tidak beruntung sekarang. Ia menyuruh Shi Jin berhenti mencoba dan anggap saja kalau dirinya sudah mati sekarang.

"Jangan khawatir. Kau tak akan mati." balas Shi Jin.

Min Jae tak percaya karena headset Shi Jin bahkan tak berfungsi. Shi Jin  berjanji kalau mereka akan keluar dari sini hidup-hidup.

"Hei, bocah. Bukannya pacarmu sedang menunggumu?"

"Aku tak punya pacar. Apa kau punya?"

"Panggilan radio yang tadi itu, kau mendengar suara dokter wanita, 'kan? Aku sangat menyukainya, tapi aku ditolak mungkin sebanyak 3 kali. Apa aku mati saja?"

"Astaga! Tapi, kau masih hidup? Jika itu aku, aku pasti mati karena malu."

"Tapi, aku tidak mau menyerah."


Myeong Ju mencoba menghubungi Shi Jin tapi tak bisa sampai mau gila rasanya.

"Dia akan baik-baik saja. Kita pasti bisa menyelamatkannya." Ujar Myeong JU pada Mo Yeon.

Mo Yeon hanya mengangguk, ia terus menunduk. Myeong Ju oenasaran, apa yang dilakukan Mo Yeon sedari tadi. ternyata Mo Yeon sedang mengikat tali sepatunya.

"Bersiap untuk lari kapan saja. Karena aku tak bisa jatuh." Jawab Mo Yeon.


Mo Yeon teringat saat Shi Jin mengikatkan tali sepatunya.

"Aku mohon, berhati-hatilah." Pinta Shi Jin waktu itu.



"Kau juga, Kapten." Jawab Mo Yeon sekarang dengan mata berkaca-kaca.



Kembali ke Shi Jin,

"Tapi, wanita itu pasti sedang khawatir dan berpikir aku sudah mati. Dan berpikir, 'Jika tahu begini, aku terima saja dia kemarin'."

Min Jae bertanya, apa Shi Jin senang sekarang. Tidak karena yang khawatir saat ini adalah Shi Jin.

lalu Shi Jin minta tangan Min Jae, ia mau menulis diagnosanya seperti waktu itu. Min Jae bertanya mau apa SHi Jin. Shi Jin menjawab kalau ini adalah obat

"Obat? Obat apa?"

"Hanya untuk berjaga-jaga jika hanya kau yang bisa selamat."

"Kau bicara apa, sih? Kita harus selamat bersama."

Min Jae mulai batuk-batuk, SHi Jin menyuruhnya untuk Berhenti bicara. ia melihat leher Min Jae dan Tenggorokannya mulai membengkak. lalu ia menyuruh Min Jae untuk diam saja.

"Karena itu... Tenggorakanku bengkak, ya? Lihat? Aku sudah sekarat."

"Kau tidak akan mati."

"Kau tak bisa lihat? Aku adalah pria yang sangat bisa dipercaya.

"Sepertinya sih, tidak."

"Mungkin karena matamu yang sakit. Tapi, aku percaya pada timku. Jadi, kau juga harus percaya pada mereka."


Kemudian Dae Young muncul dengan menyingkirkan reruntuhan yang menutupi jalan. Min Jae berteriak "Ajusshi!"

"Di tugas mendatang, jika kau masih hidup, kau harus berteriak." Ujar Dae Young

Dae Young melemparkan botol obat pada Shi Jin. Min Jae tertawa senang.




Akhirnya mereka bisa keluar, Chi Hoon pergi dari sana setelah melihat Min Jae keluar hidup-hidup. Mo Yeon sudah menunggu di luar. Mo Yeon bertanya, apa Min Jae Kau baik-baik saja? serta bertanya nama Min Jae. tapi semuanya sudah tertulis di lengan Min Jae.

"Kang Min Jae, Golongan darah:. A, tekanan darah 130/110 pergelangan kaki kiri dan bahu kanan patah. Jomblo."

Mo Yeon jadi teringat mengenai kecelakaan Gi Beom dulu.

"Siapa yang menulis ini?"

"Ahjusshi Tentara yang menyelematkanku. Syukurlah aku bisa keluar dan masih hidup. Dan aku bisa melihat dokter yang cantik sepertimu."


"Jadi, ini balasan setelah menyelamatkan bocah itu? Sudah kubilang aku bukan Ajusshi." kata Shi Jin yang berjalan keluar dari bangunan.


Mo Yeon memerintahkan tantara untuk membawa Min Jae ke Medicube.


Shi Jin mendekat ke Mo Yeon, merekeka berpandangan.

Shi Jin berkata kalau Masih ada satu pasien lagi. Myeong Ju kaget, Masih ada yang terluka?

"Aku. Aku. Aku juga korbannya." jawab Shi Jin.


Lalu ia berbaring diatas tandu, kedua tentara mengangkatnya. Mo Yeon berkata pada Myeong Ju kalau ia yang akan menangani Min Jae.

Shi Jin menahan lengan Mo Yeon. Shi Jin mengkode Myeong Ju untuk menggantikan Mo Yeon, tapi Myeong Ju tak menangkap kode Shi Jin.

"Apa kau sudah lupa?" tanya Shi Jin ke Myeong Ju.

"Apa maksudmu?"

"Apa yang ada dibenakmu saat kau tahu Sersan Seo keluar tadi? Aku adalah orang memerintahkannya keluar.

"Karena itulah aku menjadi lebih ramah padamu, kau tak merasakannya? Hormat."

Shi Jin membalas hormat Myeong Ju dan mengkodenya untuk cepat-cepat kesana. Myeong Ju berkata pada Mo Yeon kalau ia yang akan menangani Min Jae dan menyuruh Mo Yeon untuk menangani Shi Jin saja. lalu ia pergi ke medicube.



"Aku sungguh terluka, kok. Aku sedang kesakitan." Ungkap Shi Jin pada Mo Yeon.

"Memangnya siapa yang bilang tidak? Aku akan mengobatimu.Tapi.. Apa kau mau terus menggenggam tanganku?

Shi Jin pun melepaskan tangan Mo Yeon. Shi Jin heran, kenapa Mo Yeon bisa tenang sekali.


Lalu Dae Young keluar, seorang tentara menghampirinya, dae Young mencopoti peralatan yang ia pakai dan menyerahkannya pada tentara itu.


Sersan Choi dan Sersan Im membawa si pembuat onar, Mr Jin. sampai disana Mr Jin meronta minta dilepaskan dan akkhirnya mereka melepaskan Mr Jin.


"Semua orang baik-baik saja, hah? Lihat! Korbannya bisa selamat. Semuanya baik-baik saja, 'kan? Lalu, apa masalahnya. HA!!"


Dae Young yang sudah kesal tingkat Dewa sama Mr Jin langsung menyerbu dan melayangkan tinjunya ke bibir Mr Jin. sersan Choi menghalanginya agar tak terjadi pukulan selanjutnya.



Shi Jin tertawa dan memberi jempol untuk tindakan Dae Young ini.


Shi Jin mendapat pengobatan dari Mo yeon, tapi sedaritadi Mo Yeon diam saja. Shi Jin mencoba mengalihkan perhatian Mo Yeon kalau lukanya ini sangat perih karena perawatan Mo Yeon.


"Apa kau sengaja? Apa kau hanya jago membedah saja? Aduh, sakit."


tapi Mo Yeon tetap diam, Shi Jin tak percaya Bahkan setelah selamat, ia tak dapat jawban juga. Mo Yeon selesai mengobati Shi Jin.

"Apa kau masih bisa melawak? Kau hampir saja mati."

"Aku kan tadi bilang, suntikanmu sakit."

"Aku sangat khawatir jika kau bisa saja meninggal."


Shi Jin percaya pada Mo Yeon makanya ia masuk ke sana. Karena Mo yeon pasti tak akan membiarkanya mati.

"Kau selalu mempertaruhkan nyawamu seperti ini, bukan?

"Aku adalah pria yang suka bekerja keras. Dan bagian dari pekerjaanku adalah 'Untuk tidak mati'.”



Gi Beom datang memberitahu kalau Letnan Kolonel (Ketua Park) datang. Shi Jin sudah akan bangun menemui Letnan Kolonel Park. Mo Yeon melarangnya.

"Sebelum mendapatkan cairan Infus, kau tak boleh pergi. Jika kau ingin kondisimu kembali normal, berbaringlah."

"Beritahu Letnan Kolonel, jika dia ingin mengatakan sesuatu, maka datanglah ke sini." Perintah Mo Yeon pada Gi Beom.

"Kau memintaku memberitahu itu padanya?" Ulang Gi Beom tak percaya.

Karena munkin memerintah atasan di dunia militer adalah larangan keras bahkan sampe harus ditahan.


tapi pada akhirnya letnan Kolonel Park yang datang menemui Shi Jin. shi Jim memberi hormat pada Letnan Kolonel Park.

"Kau terluka parah?" Tanya Letnan Kolonel Park.

"Tidak, Pak." Jawab Shi Jin.

"Ya, dia terluka parah." Jawab Mo Yeon

lalu Shi Jin mengubah jawabannya kalau ia terluka parah.

Letnan Kolonel Park memberitahu Shi Jin kalau Pesawat akan datang menjemput tim medis Haesung lusa. Ia meminta Shi Jin Bersiap untuk pergi ke bandara pada pukul 13.00 lusa.

"Ketua Tim kang, tolong berikan aku daftar tim yang lengkap."

"Baik, Pak." Jawab Mo Yeon.



 Mr Jin mencari-cari letnan Kolonel Park, dan lega setelah menemukannya ada di medicube. Ia memerintah Metnan Kolonel Park untuk ikut dengannya sebebtar.




Mr Jin menunjukkan luka akibat pukulan Dae Young.

"Kau, kau menerima gaji dari pembayaran pajakku, tapi, aku malah mendapat pukulan seperti ini?" Bentak Mr Jin pada dae Young.

Mr Jin melanjutkan kalau ia melakukannya karena ia punya alasan. Alasan untuk hidup! Hah! Mr. Jin tak akan memaafkan mereka. Saat ia medapatkan catatan medisnya, ia akan melaporkan dan menuntut mereka. Ia akan melaporkan mereka semua, dan seragam mereka semua akan dicabut. Jadi, bersiaplah.

"Baiklah, kita bisa menyelasaikan lewat jalur hukum." balas Letnan Kolonel Park.

"Baiklah."

"Dan ingat, kau berada dalam area penyelamatan korban bencana, Dan hampir membunuh orang dengan excavator. Kita lihat, hukuman apa yang cocok untukmu. Dan aku akan memanggilmu dalam sidang militer atas percobaan pembunuhan, jadi semoga catatan medis bisa membantumu."

"Aku kan bukan tentara."

"Oh, benarkah?"

Llu Letnan Kolonel Park beralih ke anak buahnya, Ia menegur mereka yang  bisa membiarkan warga sipil ini masuk area penyelamatan.

"Cepat kemas peralatan kalian!

"Baik, Pak." Jawab Semuanya.

"Berlari 100 kali putaran. Kecuali pasien. Yoo Si Jin, selesaikan suntikan Infus-mu.”

"Baik, Pak." Jawab Shi Jin

"Tapi, setelah itu, lari sebanyak 200 putaran."

Shi Jin langsung berdiri dan mencopot selang infusnya, ia akan berlari bersama timnya sekarang.


Mereka berlari, Sersan Choi membawakan tas dan senjata Shi Jin.

Shi Jin tak mengerti, yang memukul Dae Young dan Sersan Choi, tapi kenapa ia ikutan dihukum. Dae Young menjawab kalau Mr Jin pasti sudah habis ditangannya kalau saja tangannya tak sedang terluka.

“Timing yang aneh.” Balas Shi Jin.



 Myeong Ju yang melihat mereka dihukum berlari berkomentar:

"Hukuman kalian tidak sepadan dengan pukulan ringan itu. Kau harusnya memukulnya hingga dia tak bisa bicara lagi."

"Timing ini juga aneh sekali." balas Shi Jin.

lalu mereka berdebat masalah hitungan berapa putaran. Sersan Choi mengatakan 7 dan Shi Jin mengatakan 27 tapi karena Shi Jin mengatakan 27 maka mereka pergi dengan apa yang dikatakan SHi Jin saja.

Shi Jin melihat Mo Yeon, ia berhenti berlari dengan alasan harus berkonsultasi dengan dokternya Soalnya ia sedang sakit sekarang.


 Shi Jin mendekati Mo Yeon.

"Kau melepas infusmu? Aku tak berbohong bahwa kau itu membutuhkan istirahat lebih."

"Kalau begitu, kau tak seharusnya di sini. Kaulah yang bisa menjadi alasanku untuk bisa beristirahat nanti."

Mo Yeon bertanya, apa salah Shi Jin hingga harus dihukum berlari begini. Shi Jin menjawab kalau ia tak melakukan sesuatu yang salah.

"Tapi, ini adalah perintah, 'kan?" tebak Mo Yeon.

Mo Yeon merasa kalau Pekerjaan Shi Jin sungguh terasa tidak adil dan tak fleksibel.

"Inilah yang namanya aturan." Jawab Shi Jin.

"Lupakan aturan itu, aku hanya berharap kau tetap hidup. Makanlah ini 30 menit setelah makan."

"Terima kasih... karena telah menyelamatkanku."


 Mo Yeon akan memberikan pada Shi Jin daftar tim medis yang akan diberangkatkan, lalu ia melangkah pergi.


Shi Jin bertanya, Apa daftar itu sudah diputuskan. Belum karena Tim medis baru saja mau merapatkannya.


"Apa kau masuk dalam daftar juga? Apa kau juga akan pulang?"


"Ini adalah kesempatanku untuk meninggalkanmu." Jawab Mo Yeon.

Shi Jin melepaskan lengan Mo Yeon.


Mo Yeon memulai rapat dengan tim medis yang lain. ia mengatakan kalau pesawat yang menjemput mereka akan segera tiba besok lusa. Mo Yeon memberi pilihan pada mereka, mau tinggal atau balik.


"Dan setelah pemberangkatan ini, aku tak tahu kapan jadwal selanjutnya. Kemarin, kita bertahan di sini karena tak punya pilihan. Tapi, hari ini, kita punya pilihan. Angkat tangan, jika kalian ingin tinggal."


Ja Ae memberikan kursinya untuk Pasien gegar otak no. 8 yang membutuhkan MRI, kemudian ia pergi untuk memeriksa pasien. DrSang Hyun tak setuju dengan keputusan Ja Ae ini.


Min Ji memberikan tempat duduknya untuk pasien no. 10. kemudian ia pergi untuk memeriksa pasien.


"Kenapa kalian semua seperti ini? Jika mereka begini, bagaimana dengan kita?" tanya Dr Sang Hyun.



Seorang dokter minta maaf padaMo Yeon karena  ia ingin pulang.

"Ya, kita harus pulang. Kita bisa pulang." Aak Dr Sang Hyun.

Mo Yeon mengatakan kalau mereka tak perlu minta maaf dan tak perlu merasa tidak enak. Mereka sudah sangat membantu di sana.

"Jadi, yang mau pulang, angkat tangan kalian." Lanjut Mo Yeon.

dan semua yang ada disana mengangkat tangan masing-masing cuma Dr Sang Hyun yang tidak.

"Kau bisa mengangkat tanganmu, Sunbae."

"Kenapa kau memanggilku begitu? Aku tak akan pulang! Biarkankan jiwaku saja yang menduduki kursiku itu."

kemudian Dr Sang Hyun pergi. Mo Yeon bertanya kepada yang lain, dimana Dr. Lee Chi Hoon.


Chi Hoon sedang mengintip Min Jae, tapi saat Min Jae mengetahui dirinya, ia pura-pura berjalan ke arah lain tapi Min Jae berhasil mencegatnya.


Min Jae memperhatkan lekat-lekat wajah Chi Hoon dan ia teringat kalau Chi Hoon adalah dokter yang meninggalkannya tadi.


"Hei, kau bilang kau dokter, 'kan? Tapi, sepertinya bukan. Apa dokter bisa meninggalkan pasiennya seperti yang kau lakukan tadi?"

Chi Hoon hanya menunduk dari tadi. Min Jae berjalan menjauhi Chi Hoon.



Mo Yeon menepuk punggung Chi Hoon, bertanya sedang apa? Kenapa tak ikut rapat? Chi Hoon hanya bisa minta maaf.

"Mereka bilang, kau lah yang menemukan pasien itu (menunjuk Min Jae). Kau memang hebat, Lee Chi Hoon." Ujar Mo Yeon.

Mo Yeon mengatakan kalau Pemberangkatan mereka sudah diatur. Ada yang tinggal, dan ada yang pulang. Ia sudah memasukkan Chi Hoon dalam daftar, Jdi Chi Hoon bisa pulang.

"Dr. Jang sudah mau melahirkan jadi, cepatlah pulang."

"Ya."

Lalu Mo Yeon melihat tangan Chi Hoon yang terluka tapi tak di apa-apakan, tak dibersihkan apalagi diobati.

Beneran, sedari tadi Chi Hoon kaya orang linglung.



Min Jae keliling untuk mencari manager Go, lalu ia bertanya pada salah satu pegawai yang dirawat. Tapi pegawai itu diam saja.

"Aku hampir saja mati. Kakek tua itu di mana, sih? Apa dia tak khawatir padaku?"

"Di sana." Jawab Pegawai itu sambil menunjuk ke daftar korban meninggal yang tertempel.


Min Jae menuju ke arah pintu yang tertempel kertas daftar korban meninggal. Min Jae melepas kertas tersebut,ia meihat nama manager Go disana, tangisnya pun pecah.

"Bukannya kita bisa selamat jika memakai helm pengaman? Karena itulah aku bisa selamat... Aku akhirnya menurut padamu... Kenapa kau meninggalkanku? Bagaimana ini bisa terjadi? Kenapa?!" Sesalnya.



Chi Hoon masih mengintip Min Jae, ia juga ikutan menangis tanpa suara tapi itu lebih menyakitkan untuk dilihat.

Min Jae memeluk helm keselamatan pemberian Manager Go.

"Kenapa kau meninggalkanku?" Teriaknya..


"Aku adalah Komandan dari Markas Mowuru. Aku akan memberikan laporan singkat tentang penyelamatan hari ini. Satu korban sedang dirawat, dan dua lainnya telah diberikan status meninggal. Korban hilang telah ditemukan semua. Pada hari ini pukul 11 pagi, gerakan penyelamatan Mohuru telah resmi berakhir. Kalian semua sudah bekerja sangat keras dalam penyalamatan ini. im medis Haesung dan tentara Taebaek, kalian sudah bekerja keras."


"Terima kasih." Balas mereka semua.



Mr Jin mengatakan kalau mulai sekarang, pengelolaan pembangkit listrik ini akan dilanjutkan oleh perusahaan Urk. Secara keseluruhan,,"Terserah jika aku mau menggali atau apalah, ataukah jika aku masih melihat tentara dan dokter, aku akan..."

Tiba-tiba suara sirine berbunyi. Mr Jin ketakutan, bertanya-tanya suara apa itu?


"4 hari yang lalu, pada jam yang sama, gempa bumi telah terjadi. Mulai sekarang, sirene itu akan dibunyikan untuk memperingati bencana ini. aat sirene berbunyi, hentikan aktivitas kalian dan mengheningkan cipta untuk mendoakan para korban." Jelas Shi Jin.

lalu Dae Young mmemimpin pengheningan cipta ini. para tentara memberi hormat mereka dan yang lain menunduk hikmat.


Tim medis makan siang bersama. Mi Ji merasa kalau mereka akan terbiasa dengan kematian Karena mereka bekerja di rumah sakit, Tapi menurutnya, situasi ini berbeda.

Ja Ae menjelaskan kalau Secara fisik mungkin akan sembuh, tapi mental akan merasakan trauma. Dr Sang Hyun menambahi,  Setelah kejadian ini, ia sadar bahwa mereka tak bisa tahu apa yang akan terjadi.

"Sekedar informasi saja, aku mau beli mobil baru saat aku pulang nanti." kata Dr Sang Hyun tiba-tiba.

lalu ia bertanya pada Ja Ae, Ja Ae   mau mobil jenis apa?

"Kenapa kau malah bertanya padaku?"

"Kenapa aku tak boleh bertanya padamu? Kita telah melalui masa-masa sulit bersama."

"Wow... Jadian... Jadian... Jadian!" teriak semuanya kompak.

Ja Ae berdiri menghentikan mereka,,"Jadian apanya?"

perhatian mereka teralhkan pada ponsel masing-masing karena Sudah berfungsi kembali dan banyak pesan masuk.


"Jaringan telah kembali!" Kata Gi Beom yang berlari-lari masuk ke ruang makan.

tapi semuanya tak menghiraukannya, semua sibuk dengan ponsel masing-masing. Gi Beom mengerti, Sepertinya mereka sudah tahu. Meskipun tak ada sinyal, tapi mereka tetap membawa ponsel.

Mereka berlarian keluar.

"Hor-mat."

Dr Sang Hyun membalas hormat Gi Beom.



Mo Yeon: "Ibuku sepertinya baik-baik saja. Dia sudah pergi shopping, kakinya pasti sudah sembuh. Dia juga minum banyak kopi. Dia pasti dapat banyak teman."

Dr Sang Hyun: "Teman-temanku selalu menganggap diri mereka itu keren. Mereka bahkan tak menanyakan kabarku atau mengirimkanku emoji Hati.

Min Ji: "Tidak. Mantan pacarku. Dia akan menikah.


Dr Sang Hyun: "Kenapa dia meng-SMS-mu begitu?"



Mo Yeon mengangkat telfon Ji Soo di luar. Mo Yeon menjelaskan kalau ia memutuskan untuk mengirim pasien untuk mengisi kursi yang kosong. Tim sudah mengetahui kondisi pasien, jadi, ia minta tolong Ji SOo untuk melakukan pemeriksaan yang diperlukan.

"Kenapa kau malah khawatirkan mereka? Pesawat itu dikirim untuk menjemput kalian! Stasiun penyiaran sedang panik karena kau belum pulang, dan juga bangsal VIP sedang kacau. Kau mau apa sekarang? Kita membutuhkan idola kami."

Mo Yeon membenarkan. Ia memang dokter idola. Ji So mengingatkan Mo Yeon agar tak usah jadi sok pahlawan. Dan pulang saja saat pesawat itu datang. Karena Mo Yeon adalah orang yang paling penting baginya.

"Jangan khawatir. Tugas berbahayaku ini hampir selesai." Blas Mo Yeon

Lalu Ji So menanyakan masalah Chi Hoon, apa disana Chi Hoon macam-macam karena Istrinya terus merengek padanya karena Chi Hoon tidak mengangkat telfonnya.


 Chi Hoon sendirian, telfonnya terus berbunyi, tapi itu malah membuatnya semakin sedih dan ia terus menangis. Dan ia tetap mengabaikan telfonnya.


Daniel sedang memperbaiki sesuatu. Min Ji dan Ja Aeterpesone melihatnya, mereka juga mau minta bantuan Daniel untuk memperbaiki sesuatu.

"Bahkan di lokasi berbahaya begini. kenapa dia bisa terlihat begitu tampan?" tanya Min Ji.

"Aku bersyukur, pria setampan dia hidup di dunia. Dia sungguh mengagumkan" Balas Ja Ae.

lalu mereka membawa alat itu mendekat ke Daniel. Daniel menerima alat itu, ia bertanya memangnya alat itu rusak.

"Ya (dengan muka mong), alatnya tidak berfungsi." jawab Min Ji.

Min Ji mendengar kalau Daniel jago dalam hal berbengkel.


"Kalian datang ke tempat yang tepat. Aku jago dalam mengobati manusia dan juga mesin. Aku bisa memperbaiki semuanya. Satu-satunya yang tak bisa kuperbaiki mungkin hati seorang wanita."

dan candaan Daniel ini membuat para wanita itu senyum-senyum.


Dr Sang Hyun melihat Ja Ae senyum-senyum dengan pria lain, ia langsung berlari ke arah mereka dan membubarkan mereka.


Shi Jin dan Dae Young bekerja sama untuk menyetempel berkas-berkas. Dae Young bertanya, apa Shi Jin tak perlu menelfon ayahnya. Shi Jin menjawab kalau ia akan lebih senang jika Ayahnya yang menelfon,

"Kau sendiri? Oh iya, kau tak perlu menelepon siapapun, karena orang itu ada di sini. Tagihan teleponmu pasti tidak membengkak."

Dae Young juga tak menyangka mereka bekerja dalam area yang sama. Mungkin karena bencana gempa bumi inilah yang mempertemukan mereka.

"Ya, karena itulah, sebaiknya kalian membuat keturunan di sini." Saran Shi Jin.


Myeong Ju tiba-tiba masuk tanpa mengetuk,,"Sunbae, Komandan ingin berbicara dengan 'manantunya kesayangannya'..."

Melihat ada dae Young disana Myeong Ju langsung menutup telfon Ayahnya. Shi Jin Protes, bagaimana Myeong Ju bisa menutup telepon Komandan seperti itu. Myeong Ju beralasan kalau itu hanya telepon dari ayahnya.

" 'Menantu' (Shawi), ya?" Ulang Dae Young tak percaya

"Kau mungkin salah dengar. Dia bilang, 'Kapten' (Dhewi)." jelas Shi Jin

"Jangan percaya pada siapapun di dunia. Apakah kalian menusukku dari belakang?"

Shi Jin berkata kalau mereka tak pernah menusuk Dae Young. Myeong Ju malah senang karena dae Young cemburu.

"Dan kau bicara apa, sih? Letnan Yoon yang bilang 'menantu', tapi kenapa kau malah menyalahkanku? Kenapa kau tak memarahi Letanan Yoon saja? Dasar pengecut."

Lalu Shi Jin pergi saja. Ia mau berobat dulu. Hatinya sakit, sakit sekali. Hahahah


Dae Young mendekati Myeong Ju, ia menegur Myeong Ju yang suka masuk ke ruangan pria sendirian. Myeong Ju tambah senang karena Dae Young  memang benar sedang cemburu dan ia malah menyuruh Dae Young untuk melanjutkan.

"Bagaimana jika aku memang cemburu?" tanya Dae Young.

"Aku akan memberikanmu hadiah. Kau pasti tak akan menyesal."


Daniel berhasil memperbaiki speaker yang bisa tersambung ke medicube dan ke seluruh markas di Mowuru.

"Kau ternyata bisa memperbaikinya." Puji Mo Yeon.

"Beginilah aku merawat pasienku. Musik mengubah banyak hal."

Mo Yeon menawarkan diri untuk memilih lagu dan Daniel menyetujuinya. lalu Mo Yeon memutar lagu di ponselnya dan mnyalurkannya ke speaker.


Pasien dan tim medis senang dengan pilihan lagu Mo Yeon yang romantis.


Dr Sang Hyun juga terbawa suasana. ia memberikan secangkir minuman untuk Ja Ae, diruangan itu hanya ada mereka berdua. Dr Sang Hyun ngeberinya sambil megang tangan Ja Ae.


Ja Ae jadi salah tingkah dan langsung menarik paksa tangannya, ia meminum minumannya banyak-banyak bahkan sampai mengunyah es batunya.


tapi Dr Sang Hyun gak peduli, ia masih menatap Ja Ae dan menyungnggingkan senyum termanisnya.


beralih ke Dae Young-Myeong Ju.

Myeong Ju melanjutkan apa hadiahnya tadi, ia berkata kalau Hanya mereka berdua di ruangan itu, Musiknya juga mendukung.


"Bukannya ini suasana yang romantis? Kenapa kau diam saja? Bukannya kau harus melakukan sesuatu sekarang?"

"Memang benar."

"Nah, lihat, 'kan? Lakukanlah."

Myeong Ju maju semakin mendekat pada Dae Young tapi Dae Young nya malah mundur dan meninggalkan Myeong Ju dengan alasan kalau ia harus bertugas sekarang.

"Hormat."


Shi Jin mendatangi asal lagu di putar, disana cuma ada Daniel seorang. ia bertanya, Lagu apa berikutnya?

"Entahlah, Dr. Kang yang memilih lagunya."

dan tiba-tiba terputar suara rekaman Mo Yeon saat terjebak di mulut tebing. saat Mo Yeon merekam pesan untuk Shi Jin.


"Aku tahu, keadaan seperti ini pasti akan terjadi di sini, aku harusnya tidak ke sini. Kau akan menyelamatkanku kan, Yoo Si Jin? Kau tak datang, ya? Sepertinya aku akan jatuh sebelum kau sampai di sini. Meskipun begitu, Yoo Si Jin, kau adalah orang yang pertama yang akan menemukan jasadku nanti."


"Tapi, jika aku tahu aku akan mati seperti ini, harusnya aku memberitahumu perasaaanku yang sebenarnya. Aku merasa bahagia bisa dicium oleh pria yang sangat tampan. Hatiku merasa sangat bahagia."


Di Luar Mo Yeon sedang berlari menuju ponselnya sekuat tenaga. tapi terlambat karena semua orang sudah mendengar pernyataan cintanya itu.


Lanjut episode 9 ya....