.

Sinopsis Drama Korea Descendants of The Sun Episode 8 Part 1

Sinopsis Drama Korea Descendants of The Sun Episode 8 Part 1

“Aku sangat merindukanmu.”

Mo Yeon membeku,

Shi Jin melanjutkan,, “Apapun yang aku lakukan, aku selalu saja memikirkanmu. Aku memaksa diriku, aku berusaha keras. Aku minum dan mencoba semuanyanya. Tapi, percuma karena aku masih merindukanmu. Apa kau tak menyangka aku akan mengatakan ini? Kalau begitu, dengarkan aku. Karena aku sedang tidak bercanda sekarang.”

Shi Jin lalu  berdiri, ia menyuruh Mo Yeon untuk istirahat dan sebenernya ia mau nganter Mo Yeon ke basecame Mo Yeon tapi sayangnya ia harus pergi bertugas.

“Aku akan ke markas militer untuk brerfing situasi.” Lanjut Shi Jin.

Mo Yeon minta ijin menggunakan telfon di markas militer karena ia harus menelfon, penting.


Mo Yeon sudah memegang telfon tapi masih memandanginya saja belum mengetik nomor tujuan. Shi Jin melihatnya dari belakang,


Seseorang memberitahu Shi Jin kalau jaringan komunikasi di Mowuru akan kembali normal setelah 2 ato 3 hari. Ia yang melihat Shi Jin kurang focus mengingatkan kalau briefing 5 menit lagi.


Telfon Mo Yeon sudah tersambung, kata yang keluar dari mulutnya adalah bahwa Mo Yeon bersamanya disaat terakhir, ada yang ingin dia bicarakan makanya Mo Yeon menelfon.

-= Kilas balik =-


Disaat-saat terakhir manager Go. Manager Go tersenyum karena ia sudah bisa memasukkan anak-anaknya ke perguruan tinggi jadi mereka bisa menjadi apapun yang  mereka inginkan.

“Istriku… Istriku…hmm…. Dia dan aku menghabiskan lebih banyak waktu untuk memandangi foto masing-masing dari pada saling memandang wajah masing-masing.”

Mo Yeon sudah tak biisa menahan tangisnya, ia mencoba menyembunyikan tangisnya dengan tak memandang manager Go.

Manager Go melanjutkan kalau mulai sekarang isterinya akan benar-benar hanya memiliki foto dirinya untuk dipandang .

-= kilas balik selesai =-


Mo Yeon menyampaikan pesan manager Go pada isterinya. Manager Go bilang kalau dengan uang pensiunnya dari perusahaan maka sepupunya yang akan menjada sang isteri.

“Dan… dia berpesan agar anda tak berlama-lama sendiri.”

Mo Yeon mengatakan itu dengan wajah bergetar menahan tangis. Shi Jin tetap melihatnya dari belakang.


Ja Ae keluar setelah bekerja. Ia melihat Dr Sang Hyun lalu menghampirinya. Ia memberikan minumannya pada Dr Sang Hyun karena kerja keras Dr Sang Hyun dalam mengoperasi pasien. Dr Sang Hyun menunjukkan sebuah cincin pada Ja Ae.

“Ini cincin kawin, Kan?” tanyanya.

Ja Ae mengiyakan dan mengira kalau Dr Sang Hyun mencurinya.

“Ini adalah cincin pasien yang baru saja aku operasi. Tapi… aku tak bisa mengembalikannya.” Jelas Dr Sang Hyun sedih.


Lalu mereka melihat kalau pemilik cincin tersebut tangannya diamputasi. Ja Ae punya ide, ia menggunakan benang jahit untuk mengalungkan cincin tersebut ke pasien. Dr Sang Hyun tersenyum tanda terimakasih pada Ja Ae.


Ye Hwa membantu Daniel untuk memegangi senter, sedangkan Daniel sendiri sedang memperbaiki mesin mobil. Ye hwa minta Daniel untuk bersedia diwawancara saja karena ia sudah janji dengan para wartawan. Daniel malah mengalihkan pembicaraan, ia mengajak Ye hwa makan setelah perbaikan itu selesai.

“Jangan begini dan gunakanlah wajahmu itu sedikit.” Bujuk Ye Hwa.

“Aku akan meninggalkan wajahku dan hanya akan menggunakannya padamu, untuk memohon pada isteriku lagi.”

“tetaplah memanggilku isterimu.”

“tetap? Kau sedang memberiku ijin.”

Lalu Ye hwa masuk untuk mencari makanan karena Daniel bilang tadi ia lapar.

Lalu Chi Hoon, Min Ji dan satu dokter lagi keluar, mereka heran melihat Daniel mempernaiki mobil.


Lalu mereka berkumpul di ruang computer untuk mengisi berkas –berkas. Min Ji bertanya pada dokter tadi, siapa gerangan Daniel itu. dokter menjawab kalau Daniel adalah dokter penjaga perdamaian atau semacamnya karena ia juga nggak gitu paham.

“benarkah? Tapi dengan wajah itu, kenapa?” tanya Min Ji.


“Mungkin, Dr Daniel? Benar kan?” tebak Chi Hoon.


Dokter tadi membenarkan. Chi Hoon menyesal seharusnya ia tadi mencoba untuk bicara dengan Dr Daniel. Dr Sang Hyun dan Ja Ae datang.

“memangnya kenapa?” tanya Dr Sang Hyun.


Chi Hoon menjawab kalau ia adalah fans Daniel, lalu ia menjelaskan kalau Daniel bukan hanya Schweitzer tapi Schweitzer dengan latarbelakang Bill Gates.


“Dia adalah putra dari pemilik perusahaan yang sangat besar di Kanada.” Lanjut Chi Hoon.


“Yang benar?!” tanya Min Ji dan si dokter bersamaan.


“Iya! Karena hal itu, dia sangat terkenal di NGO community. Ibunya adalah orang Korea, jadi ia juga terkenal di Korea.”


Min Ji heran, lalu kenapa Daniel susah-susah di sana bekerja di bagian yang membahayakan. Dr Sang Hyun menjawab kalau karena dia kaya makanya tak punya kekhawatiran, makanya dia melakukan itu.

 “tapi dimana Ketua Tim kang? Masih di markas militer?” tanya Dr Sang Hyun.


Mo Yeon keluar dari markas sambil menangis. Shi Jin mengikutinya dari belakang. Mo Yeon melarang Shi Jin melihat ke wajahnya. Mo Yeon bertanya, dimana tempat gelap/redup di sekitar sana?


“Mmm… biasanya itu kalimat yang diucapkan pria.” Balas Shi Jin. “Lalu.. haruskah aku mencoba yang terbaik untuk menjadi ‘’tempat redup’’? “


Mo Yeon tersenyum tipis. Shi Jin mengatakan kalau Mo Yeon sudah melakukan hal baik hari ini tapi itu malah membuat air mata Mo Yeon kembali keluar.


“Aku butuh mendengar jawabanmu sehingga aku bisa mengusap airmatamu,”

Mo Yeon masih terisak. Shi Jin menyuruh Mo Yeon untuk melihat ke arahnya,


Shi Jin menunjuk ke langit, Mo Yeon mengikuti arah telunjuk Shi Jin dan ia melihat lagit berbintang yang sangat indah.

“Wah.. benar-benar tak punya malu, tanpa tahu apa yang telah terjadi di bumi…” ucap Mo Yeon yang sudah berhenti menangis.


Reaksi Mo Yeon diluar dugaan Shi Jin, ia mengira kalau melihat bintang akan menghibur Mo yeon.

“Aku sudah menerima penghiburan darimu, kapten.”

Lalu mereka saling pandang. Mo Yeon berterimakasih karena Shi Jin sudah kembali, jika Shi Jin tak ada hari ini, mungkin ia sudah melarikan diri.

“jika kau punya rencana kabur, ayo kabur sama-sama. karena akan lebih menyenangkan jika wanita dan pria kabur bersama."


Dan sekali lagi, candaan Shi Jin ini membuat Mo Yen tersenyum.


Mr Jin dipukuli oleh Argus yang menagih berliannya. Mr Jin memastikan kalau berliannya berada di tempat yang aman, tapi pastinya tahu sendiri gimana keadaannya sekarang jadi Mr Jin minta tambahan waktu.

Argus menginjak bahu Mr Jin. itu bukan apa yang dijanjikan Mr Jin. Mr Jin masih mencoba membujuk karena ini disebabkan bencana alam.


Argus tahu, bencana alam merupakan waktu tersibuk bagi orang seperti dirinya dan Mr Jin, dia menyebut-nyebut perang, lalu memberi waktu Mr Jin sampai besok, tepatnya sebelum matahari terbenam, Mr Jin harus sudah menyerahkan berlian tersebut.


Brankas Mr Jin menekan pipa gas memicu kebocoran, tak jauh dari brankas tersebut ada pekerja muda yang kerjaannya suka tidur, nama pemuda itu adalah Kang Min Jae. Mi Jae mencoba berteriak sekali lagi, minta diselamatkan tapi kemudian ia menyerah, “biarlah aku mati.”


Lalu ia teringat Manager Go yang memanggilnya monster tidur. Sesaat sebelum gempa Manager Go memberinya helm keselamatan.


“Aku sudah memakai helm keselamatan, jadi cepatlah selamatkan aku..” gumamnya.


Mr Jin girang karena akhirnya ada yang mendengarkannya, kali ini alat berat dikerahkan untuk membongkar reruntuhan gedung perkantoran. Mr Jin langsung senang, mengira kalau mereka mau masuk ke kantornya tapi ternyata Dae Young memerintahkan anak buahnya untuk berhenti dan focus saja pada pencarian korban yang masih hilang.

Mr Jin teriak-teriak tak setuju tapi tak didengar.



Masih ada 3 orang yang hilang, Dae Young memerintahkan agar mereka tak berhenti mencari sampai akhir. Mulai saat ini mereka akan mulai pesta pencarian para korban.

“Jika tidak mungkin?” tanya dae Young.

“Buat menjadi mungkin.” Jawab kedua anak buahnya bebarengan.


Lalu mereka masuk ke reruntuhan gedung diikuti tim medis (Chi Hoon ada bersama mereka).


Chi Hoon terus masuk ke dalam, tiba-tiba ada percikan api. Refleks ia merem ketakutan, tapi untung Cuma sedetik dan kemudian menghilang. Chi Hoon melanjutkan pencariannya lagi.


Chi Hoon membersihkan kaca dari tanah, ia melihat ke bawah, disana ada orang (Min Jae). Dari bawah, Min Jae berteriak minta pertolongan.

“Aduh, gimana ini??” Chi Hoon bingung.

Lalu ia menjawab kalau ia adalah seorang dokter.


Kemudian terjadi gempa susulan, di luar, Myeong Ju dan Gi Beom mengamati alat perekam getaran atau semacamnya.


Dae Young mengomandokan pada semuanya untuk buru-buru keluar karena ada gempa susulan.


Karena goncangan tadi, kaca pembatas lantai Chi Hoon dan Min Jae runtuh, jadi sekarang ada lobang besar. Chi Hoon berusaha menarik Min Jae ke atas tapi ada batu jatuh mengenai tangannya jadi pegangannya ke tangan Min Jae terlepas membuat Min Jae kembali terjatuh.


Chi Hoon kesakitan karena tangannya yang ketimpa batu tadi, Min Jae memintanya untuk cepat menolaong. Chi Hon melihat kilatan api lagi dari lampu yang hampir jatuh.


“Maaf. Maafkan aku!” kata Chi Hoon, lalu ia keluar sendiri meninggalkan Min Jae.

Sepeninggal Chi Hoon, batu besar-besar berjatuhan ke bawah mungkin mengenai Min Jae.


Chi Hoon sampai di luar, sekujur tubuhnya bergetar karena ketakutan. Saat tentara menghampirinya, ia masih linglung, sang tentara menggoncang-goncang tubuhnya, bertanya apa Chi Hoon terluka.

Chi Hoon sudah dapat berpikir sekarang, ia menjawab kalau ia tak terluka tapi ada orang di dalam. Ia menyuruh sang tentara untuk cepat karena batu-batu pada runtuh.

“Ada orang di dalam. Orang korea!” lanjut Chi Hoon dan tubuhnya tetap bergetar, ia takut Min Jae kenapa-kenapa.


Dae Young menugaskan Gi Beom untuk mengawasi pendeteksi getaran, jika alat menunjukkan peningkatan sampai 10 derajad maka Gi Beom harus meniup peluit. Gi Beom mengerti.


Lalu Dae Young beralih ke Myeong Ju yang ia mintai tolong untuk menyiapkan ruang radio.

“Apa keadaanmu baik?” tanya Myeong Ju.

“Ya aku baik.”

Lalu Dae Young melanjutkan, jika Myeong Ju mendengar peluit berbunyi maka harus memberi informasi melalui radio.

Myeong Ju mengerti, ia minta tangan Dae Young sebentar. Dae Young memberikan tangannya, Myeong Ju menjabatnya lalu menekuknya. Dae Young meringis kesakitan.

“Apaan yang baik-baik saja?” Bentak Myeong Ju.


Myeong Ju memutuskan untuk memakaikan perban ke tangan Dae Young dan Dae Young harus mau. Lalu ia mulai membalutkan perban ke tangan Dae young.



Min Jae sadar, kepalanya berdarah dan kakinya tertimpa pipa besi, ia melihat ke sekeliling dan sekarang ia berada di lantai 3 basement.


“Tolong aku.. Tolong keluarkan aku dari sini!”


Kemudian ada suara orang, Min Jae mendengarnya, suara semakin keras agar penyelamat bisa mendengarnya. Dan Dae Young mendengar suara Min Jae.


Shi Jin mendatangi Myeong Ju, menanyakan letak korban. Myeong Ju menjelaskan kalau korban ada di lantai 3 basement dan Tim Alpha sedang berusaha mengeluarkannya. Shi Jin minta headset, ia akan masuk ke dalam.


Lalu Shi Jin menuju mobilnya, mengambil barang-barang yang ia butuhkan. Mo Yeon ingin ikut masuk ke dalam. Shi Jin melarangnya, ia minta obat-obat darurat saja. Mo Yeon bersikeras karena ia perlu mengecek keadaan pasien.

“Protokol pertama dalam penyelamatan adalah untuk tidak menimbulkan korban baru.” Jelas Shi Jin.

Shi Jin menambahi kalau pasien di tempat berbahaya akan dikeluarkan oleh tim penyelamat.


Lalu Shi Jin mendengar laporan Dae Young dari dalam bahwa mereka sudah menemukan korban dan membutuhkan obat-obatan darurat segera dan dalam 5 menit, korban akan segera di keluarkan. Shi Jin mengerti, ia akan segera masuk ke dalam. Lalu Dae Young menggergaji pipa besi dengan gergaji mesin.


Mo Yeon menulisi botol obat, Shi Jin tak menyetujuinya karena ia juga sudah bisa baca keterangan di botol obat. Mo Yeon hanya ingin membuat semuanya lebih jelas.


“Sejujurnya, aku peringkat pertama di kelas baik di akademi militer dan di West Point. Jadi maksudku adalah.. bahkan di akademi militer Amerika, dimana Inggris adalah Bahasa utama…”


“Segera setelah kau memeriksa organ vital korban, mohon beritahu aku.” Potong Mo Yeon.


Setelah selesai, Mo Yeon memberikan sekotak obat darurat pada Shi Jin.

“Aku akan kembali dan bicara denganmu menngunakan Bahasa Inggris jadi… mari kita lihat saja nanti.”

Lalu ia masuk ke dalam. Mo Yeon menghela nafas berat.


Shi Jin berhasil masuk ke dalam. Dae Young masih sibuk memindahkan pipa besi yang menindih kaki korban. Min Jae minta makanan pada Shi Jin karena Dae Young hanya memberinya botol air. Tapi setelah melihat kalau Shi Jin datang dengan tangan kosong ia kecewa, lalu menyandarkan kembali kepalanya ke pipa besi.


“tubuhnya tak terluka parah, Cuma dia agak berisik.” Jelas Dae Young.


Shi Jin penasaran bagaimana Min Jae bisa sampai di sana, pekerja yang bekerja di bagian timur kenapa bisa sampai ke barat.


“Ini bagian barat? Ada lubang jadi aku terus merangkak kesini. Seharusnya aku naik, kenapa malah kesini..” jawab Min Jae.


Min Jae mohon agar mereka cepat karena ia kelaparan + kesakitan.


Shi Jin melapor pada Mo Yeon..”tekanan darahnya 130/100, detak jantung 85. Aku pikir pergelangan kaki kiri dan bahu kananya mungkin mengalami fracture.”3


Mo Yeon menjawab kalau tanda vital Min Jae tak berbahaya, ia meminta Shi Jin untuk memberi glukosa dan penghilang rasa sakit untuk Min Jae.


Mo Yeon ragu, apa Shi Jin bisa menemukan pembuluh vena koraban. Shi Jin mengatakan kalau ia pernah mempelajarinya di akademi militer.


Shi Jin sudah siap menusuk infus ke Min Jae tapi Min jae menarik tangannya, ia jadi ikutan ragu, apa benar Shi Jin pernah mempelajarinya sebelumnya.

“Kenapa semua orang bersikap begini kepadaku hari ini?” keluh Shi Jin.

Lalu Shi Jin menawari Min Jae, kalau Min Jae tak memperbolehkan tangannya maka Shi Jin akan menusuk kepalanya.

“Kepala akan lebih menyakitkan.” Lanjut Shi jin.

Jadilah Min Jae menyerahkan tangannya, lakukan di tangan saja.

Shi Jin kembali melapor, ia sedang memberi pasien infus dan 30mg NSAIDs (Nonsteroidal anti-inflamantory drugs)



Dae Young kesulitan memindahkan pipa besi, ia pikir mereka membutuhkan pompa hidrolik dan harus ada salah satu dari mereka untuk mengambilnya ke luar, Shi Jin mengatakan kalau ia akan tetap di dalam menjaga korban.

“Kau harus melakukan kerja berat.” Kata Shi Jin pada Dae Young.

“AKu akan segera kembali.” Balas Dae Young lalu keluar.


Min Jae bertanya pada Shi Jin, berapa lama ia terjebak disana. Shi Jin menjawab 3 hari.

“Apa banyak yang meninggal?”

“Banyak yang meninggal, banyak yang selamat juga. Dan kau juga selamat.”

“Kita belum tahu hal itu (karena dia belum keluar dari reruntuhan).”


Lalu Min Jae merasa gatal-gatal di lehernya. Shi Jin mengecek leher Min Jae dan lehernya merah-merah.

“Dr. Kang, apa kau mendengarku? Dia kesulitan bernafas dan tekanan darahnya menurun. Aku yakin aku tak salah melakukannya.” Lapor Shi Jin.


Mo Yeon menjawab kalau itu terjadi karena Shi Jin melakukannya dengan baik. Shi Jin tambah gak ngerti. Mo Yeon menjelaskan kalau ini adalah kasus yang jarang tapi, Min Jae mungkin alergi NSAIDs tapi tak akan memakan waktu lama agar jalan nafas Min Jae kembali melebar.

“Apa yang harus aku lakukan?”

“Dobelkan aliran infusnya dan berikan epinephrine, tak usah khawatir. Tapi obatnya taka da di kotak yang kau bawa. Kita harus gimana?” jawabMo Yeon.



Lalu Shi Jin memanggil Dae Young. Dae Young saat ini sedang menuju tenda Mo Yeon, dan Mo Yeon langsung mencari obat yang butuhkan.

Myeong Ju memberinya air, ia bertanya bagaimana keadaan bangunan di dalam. Dae Young menjawab kalau keadaan di dalam tidak baik.

Lalu terdengar suara runtuhan kembali. Myeong Ju mengecek alat deteksi dan itu bukan karena gempa susulan. Dae Young memerintahkan yang lain untuk mengecek pembangkit listrik, SEKARANG JUGA!


Dan ia juga menuju ke sana. Hi Beom meniup peluitnya keras-keras.


Dan ternyata penyebabnya adalah Mr Jin yang menggunakan alat berat untuk mengebor reruntuhan bangunan.


Di dalam, Shi Jin dan Min Jae juga merasakan getaran, Shi Jin mencoba mencari tahu keadaan apa yang terjadi menggunakan headsetnya dan tiba-tiba baru besar/beton bangunan jatuh. Shi Jin melindungi Min Jae dengan tubuhnya.


Di luar Myeong Ju mencoba memanggil-manggil Shi Jin, tapi tak ada jawaban.

“Sunbae, kau baik baik-baik saja? Jawab aku! Sunbaenim! Sunbaenim!”

Myeong Ju menatap Mo Yeon, ia berkata kalau sambungannya terputus.



Dae Young juga mencoba memanggil-manggil Shi Jin belum ada jawaban. Salah satu tentara melapor kalau Mr Jin mengebor reruntuhan bangunan menggunakan alat berat.

“Aishh.. B#@$%^^. Seret dia kesini SEGERA!!!” perintah Dae Young penuh emosi.



Sersan Choi berlari menuju Mr Jin lalu melemparnya turun dari kursi kendali alat berat. Sersan Im menangkap Mr Jin di bawah, ia melapor pada Shi Jin kalau ia sudah menangkap pelaku.


“Paku dia sehingga dia tidak bisa melarikan diri.” Balas Dae Young. “Jika sesuatu buruk terjadi pada mereka, aku akan mematahkan tengkoraknya.”

Lalu ia memerintahkan semua Tim Alpha untuk mempersiapkan alat-alat dan segera ke pembangkit listrik sekarang, mereka tak punya banyak waktu.


Myeong Ju mengatakan pada Dae Young kalau ada kemungkinan terjadi getaran susulan. Tapi ia tahu kalau percuma saja mengatakan semua itu berbahaya pada Dae Young.


Dae Young memberi hormat pada Myeong Ju lalu bergegas masuk ke dalam bangunan.


Mo Yeon menunggu dengan cemas di bawah tenda.


Lanjut Part 2