.

Sinopsis Drama Korea Descendants of the Sun Episode 1 Part 1

Sinopsis Drama Korea Descendants of the Sun Episode 1 Part 1

Tampak adegan di 680m sebelah selatan garis batas militer DMZ.


Malam yang gelap ada sekelompok militer sedang menyusuri padang ilalang.


Sekelompok militer lain beserta pimpinan mereka sedang rapat.

“Sekitar jam 1:00. Angkatan Spesial Korea Utara melewati garis batas militer DMZ. mereka menggrebek Post Jaga 301 dan menyandera 2 tentara kita. Mereka sedang dikurung.”


“Dalam pengurungan? Apa mereka mengirim 3 orang laki-laki untuk memulai perang atau sesuatu?” tanggap orang yang memakai jas setelah mendengar penjelasan.


Letnan Umum Yoo menyampaikan kalau ini adalah provokasi, Seorang yang bermain dengan garis batas militer DMZ adalah pelanggaran perjanjian gencatan senjata, pihak korea utara memprovokasi mereka dan berharap kalau mereka akan menembak jadi mereka bisa menggunakan alasan itu untuk bernegosiasi dan mendapatkan keuntungan dalam six-party talks yang akan datang.

Bapak yang menggunakan Jas bertanya lagi, lalu apa yang harsu mereka lakukan, mereka tidak bisa memberikan kesenangan yang diharapkan korea utara tapi juga tidak bisa membiarkan kedua tentara yang disandera.

Letnan Umum Yoo menjawab kalau mereka harus membawa kedua tentara itu kembali secara diam-diam. Letnan Umum Yoo telah menyiapkan angkatan khusus, yang ia namai Team Alpha.


Lalu Team Alpha yang diketuai oleh Yoon Shi Jinn (Song Jong Ki) datang ke garis batas militer DMZ. Ia dan rekannya meninggalkan dan melepas semua senjata untuk membuat kesepakatan dengan pihak korea utara.


Mereka berdua masih berhubungan dengan Letnan Umum Yoo menggunakan headset.


Mereka menyuruh angkatan khusus Korea utara untuk pergi dari perbatasan dan menyerahkan sandera dengan baik-baik. Dan mereka berhasil masuk ke tempat sandera. Disana juga ada pimpian angkatan khusus Korut (Korea Utara).


Pimpinan Korut tak mau pergi begitu saja setidaknya ia harus membunuh salah satu dari Team Alpha, ia mengeluarkan pisau dan menanggalkan senjata api. Shi Jinn setuju untuk bertarung, ia dan rekannya juga mengeluarkan pisau. Mereka bertarung.


Shi Jinn dan rekannya berhasil melumpuhkan anggota angkatan khusus Korut, dan rekan Shi Jinn membawa sandera keluar dari markas. Sekarang tinggal para ketua pasukan khusus yang ada di dalam markas. Bel peringatan terus berbunyi (gak tahu pastinya), tapi mereka terus bertarung.


Mereka saling menyerang dan akhirnya keluar markas. Rekan Shi Jin juga masih bertarung diluar.


Ketua angkatan Khusus Korut berhasil menyayat perut Shi Jin. Shi Jin mengarahkan pisaunya ke leher si ketua tapi ia tak segera menyayat leher ketua.


“Aku tak memikirkan kalau kau bisa membunuhku. Orang-orang di negaramu sangat penuh pertimbangan jadi kau tak bisa menembak duluan. Tapi kita berbeda.”


Lalu salah satu anggota angkatan khusu Korut menodongkan pistol ke kepala Shi Jin.

“Kita sudah membuat batas pemisah selama 70 tahun. Tapi kau masih salah paham. Kita selalu siap untuk menembak duluan untuk menjaga perdamaian.” Balas Shi Jin.


Ketua angkatan khusus Korut melihat kesekeliling dan ada satu tentata Korsel (Korea Selatan) yang bersiap menembak dengan selaras panjang tepat ke kepala tentara Korut yang menodongkan pistol ke Shi Jin.


“Aku tidak ingin kau membuat kesalahan lain. Aku tidak pernah menyela musuhku ketika mereka membuat kesalahan.” Lanjut Shi Jin.


Ketua ”Aku datang sebagai prajurit. Aku harus kembali dengan status sama.”


Lalu ketua memerintahkan anggotanya untuk menurunkan pistol. Shi Jin tersenyum. Ketua senang bertemu Shiji. Shi Jin tahu, tapi ia tak ingin melihat ketua setiap tahun. Shi Jin menyebut nama si ketua, namanya Letnan Senior Ahn Jung Joon.


Lalu Letnan Senior Ahn mundur beserta anggotanya. Shi Jin memberi laporan melalui Headset pada pimpinannya kalau Team Alpha berhasil menjalankan tugas.

-=Descendants of the Sun, Episode 1=-


Shi Jin dan rekannya main tembak-tembakan yang berhadiah gitu. Mereka tak percaya kalau sekor mereka jelek. Shi Jin mengutak-atik pistol yang ia gunakan. Lalu Penjaga tempat permainan, cameo Lee Kwang Soo merebutnya, mereka tak boleh memperlakukan pistol itu dengan buruk.

“ pistol ini adalah pistol Delta Force dari U.S yang digunakan dalam perang gurun pasir. Ini berbeda dengan pistol yang anda mainkan saat wajib militer.”


Shi Jin hanya tersenyum.


Seseorang berteriak maling dan menyuruh seseorang untuk menghentikan maling tersebut. Si maling melihat motor pengantar makanan lalu menggunakannya untuk kabur.

Rekan Shi Jin (namanya Seo Dae Young) meminjam pistol Kwang Soo lalu bersiap menangkap si pencuri. Shi Jin mengikutinya. Mereka bersiap menembak si pencuri. Mereka berdiri di tengah jalan dan saat jarak hanya 5 meter dengan pencuri, mereka lalu menarik pelatuk pistol dan berhasil menjatuhkan si pencuri. Kwang Soo yang melihat mereka jadi kagum.


Dae Young mengembalikan barang yang di curi pelaku yang juga merupakan pemilik motor. Pemilik menyalakan motor dan motornya baik-baik saja. Da Young menyarankan untuk melapor polisi tapi pemilik tak mau repot.

“AKu taka da hubungannya dengan dia yang terluka, jadi jangan pernah telfon aku gara-gara dia.” Ujar si pemilik lalu pergi dengan motornya.

Dae Young menelfon ambulan mungkin, karena ia mengatakan kalau ada kecelakaan.


Shi Jin mengikat kaki pencuri tadi yang jatuh dari motor. Ia membatu agar kaki si pencuri tak tambah sakit. Seseorang merekam Shi Jin.

Si pencuri mencoba bagun. Shi Jin menyuruhnya untuk tiduran saja karena bisa melukai tulang punggung jika terus bergerak.

Lalu Shi Jin menarik tali dari celana si pencuri. Shi Jin juga minta Kwang Soo untuk menjual boneka beruangnya.


Kwang Soo mengatakan kalau bonekaya tidak untuk dijual.


“Aku tahu. Jual saja padaku. atau Sebaliknya,  akau akan memenangkan semua boneka itu.” ujar Shi Jin.


Kwang Soo tak mau hal itu, ia cepat-cepat berbaik untuk mengambilkan 2 boneka. Lalu Shi Jin minta pulpen juga jika Kwang Soo punya.


Lalu kedua pria dewasa itu membawa boneka ke kafe dan menaruh boneka itu disamping mereka duduk. Bahkan sampai mereka mendapat tatapan aneh dari pengunjung kafe yang lain. Mereka malah bercanda.

“Cewekmu sangat cantik.” Ucap Shi Jin.

“Ku pikir dia adalah tipe idealku. cewekmu juga terlihat cakep..”

“Dia (laki-laki) adalah kawan prajuritku. Maksudku...(sambil lebih mendekat) kenapa kau memilihnya?”

“Dia memohon ke kita untuk mengambilnya dan tak mengembalikannya. aku tak bisa apa-apa.”

“bagaimana kau bisa pergi jika berperang jika hatimu lemah begitu? aku tak bisa mengertinya.”


Lalu mereka mulai serius membicarakan si pencuri tadi. Dae Young menanyakan pendapat Shi Jin, apa anak tadi akan baik-baik saja.

“Aku pikir ia tahu sisi pengorbaban proyeksi. Dia sangat atletis. Dia akan baik-baik saja.” Jawab Shi Jin.

Dae Young pernah di usia anak itu. jika ingin menjadi atletis maka harus bertemu dengan mentor yang baik. Shi Jin bertanya, apa anak itu mengingatkan Dae Young pada masa kelamnya dulu. Dae Young menjawab kalau ia hanya merasa kasihan pada anak tadi.

“saat kau diusianya. Apa kau banyak melakukan hal buruk?” tanya Shi Jin.

“AKu yang mempengaruhi orang-orang untuk melakukan hal buruh.”

“Wah… kau adalah tokoh utama sebuah film noir.. Aehh.. kau sangat kejam.”

Lalu ponsel Shi Jin berbunyi. Dari battalion tapi bukan battalion mereka. Da Young melarang Shi Jin untuk mengangkatnya tapi Shi Jin tak mau, ia akan mengangkatnya dan akan menyuruhnya (si penelpon perempuan) untuk datang ke kafe,,” Jadilah jantan. kau harus menemuinya dan memutuskannya.”

Da Young membujuk Shi Jin, ia akan membelikan makan malama daging untuk Shi Jin. Shi Jin tak terpengaruh karena ia gajinya juga cukup untuk beli daging. Shi Jin sudah akan menggeser layar ponsel. Da Young menjauhkan tangan Shi Jin.

“Aku akan membelikan whisky 17 tahun.” Ujar Da Young.

Shi Jin belum mau, ia mengatakan kalau 17 tahun itu belum dewasa. Da Young lalu menyarankan untuk mengatur kencan buta untuk Shi Jin, sepupunya bekerja di penerbangan dan mempunyai banyak teman.


Shi Jin setuju dan menyerahkan ponselnya pada Dae Young, lalu dae Young menolak telfon yang masuk ke ponsel Shi Jin. Shi Jin minta ponsel Dae Young. Dae Young mencari-cari ponselnya tapi tak ketemu.

Ia teringat, saat ia membantu Shi Jin menolong si pencuri tadi. si pencuri mencopet ponselnya. Dae Young sempat mencurigai si pencuri tapi karena petugas penyelamat datang ia mengabaikannya.


Shi Jin mengejek Dae Young yang bisa kecopetan. Dae Young berkata kalau ia akan membunuh bocah iru.

“Aku pikir kau merasa kasihan padanya.” Ejek Shi Jin.

Dae Young akan ke rumah sakit tempat bocah itu dirawat.


Bocah tadi diturunkan dari ambulan. Dan aku ngakak. Karena ternyata dua boneka yang diminta Shi Jin tadi di letakkan di samping kanan kiri di kepala si bocah dan diikatnya dengan tali. Si bocah malu dan meminta petugas untuk melepaskan boneka itu.


Bocah dibawa masuk oleh perawat, dan ponsel Dae Young terjatuh. Petugas penyelamat mengira kalau ponsel itu milik si bocah, ia lalu memberikannya pada perawat.

Ada telfon masuk ke ponsel Dae Young dari Yoon Myeong Ju. Perawat mengangkatnya, mengatakan kalau pemilik ponsel masuk rumah sakit.


Dokter cantic muncul, Kang Mo Yeon (Song Hye Kyo). Dialah yang akan menangani si bocah tadi. di lengan si bocah ada pesan “dia mungkin patah tulang rusuk dan kesleo di pergelangan kaki.”


Mo Yeon bertanya, siapa yang menulis itu. bocah menjawab kalau orang yang melakukan semua ini padanya yang menulis. Ia minta bonekanya segera dilepas. Mo Yeon mengerti dan menyuruh bocah untuk tak bergerak lalu meminta perawat untuk mengurus keperluan.


“Siapapun yang melakukan pertolongan ini padamu melakukannya dengan baik. Terampil dan cantic.” Ucap Mo Yeon.


Lalu Mo Yeon menyentuh dada si bocah. Bocah kesakitan begitu juga saat Mo Yeon menyentuh pergelangan kakinya. Mo Yeon membaca di lengan si bocah, ada tulisan kalau si bocah adalah pencuri dan kalau bisa untuk memberi si bocah perlakukan yang paling menyakitkan.


Bocah membela diri kalau ia adalah korban. Lalu Mo Yeon menyuruhnya untuk menggunakan asuransi pekerjaan karena bocah perlu di X-ray.


Seorang perawat memanggil Mo Yeon karena kepala memanggilnya. Mo yeon pergi menemui perawat dan berpesan agar perawat memanggilnya jika hasil X-ray sudah keluar. Lalu perawat memberikan ponsel Daae Young pada Si Bocah dan menyampaikan kalau perawat sudah menghubungi keluarganya dengan ponsel tersebut.


 Si bocah ditinggal sendirian. Lalu ia memasukkan ponsel Da Young ke kantong celana dan mengankat ponselnya yang berbunyi. Ia menjelaskan pada si penelfon kalau ia mendapat tembakan saat mencoba mencuri uang. Ia mencoba kabur dan meminta si penelfon untukmenjemputnya dengan motor.


Mo Yeon bicara dengan kepala masalah sekolahnya. Lalu ia melihat bocah tadi kabur. Kepala bertanya apa pasien itu kabur sebelum membaya setelah mendapatkan perawatan. Mo Yeon menjelaskan kalau pasien kabur bahkan sebelum sempat mendapatkan perawatan apapun.


Lalu kepala menyuruh Mo Yeon untuk menangkap pasien itu. dan ia berhasil membawa bocah itu kembali ke ruang UGD.


“Ah.. membuatku frustasi. Jika aku ketangkap. Aku tidak akan bisa terbaring di UGD ini tapi di rumah pemakaman. Apa untungnya anda memaksaku berada disini? Bukankah hak ku untuk memilih tinggal ayau pergi?” Jelassi bocah.


Mo Yeon menjelaskan kalau hal itu bukan keuntungan tapi sebuah tugas. Lalu perawat penjelaskan kalau bocah ingin pergi maka seharusnya menandatangani berkas penolakan perawatan dan membayar untuk biaya konsultasi.


Bocah tak terima, ia kan belum menerima perawatan apapun. Perawat kembali menjelaskan kalau bocah sudah diperiksa oleh dokter.


“Bagaimana jika aku tak mau?”


“kami akan memanggil polosi.”


Bocah langsung terdiam. Bocah mengerti, ia mengatakan kalau temannya akan datang, ia lalu melangkah pergi. Mo yeon menunjukkan ranjang si bocah dan memaksanya kembali ke ranjang. Bocah mengatakan kalau ia akan ke toilet tapi Mo Yeon tak percaya.


Lalu Bocah meninggalkan ponsel Dae Young pada Mo Yeon dan ia keluar dari ruang UGD.


Ponsel Dae Young berbunyi, dari Big Boss. Mo Yeon tak mengangkatnya dan memasukkanya ke kantong, ia lalu mengajak perawat untuk kembali bekerja.


Shi Jin dan Dae Young sampai di rumah sakit.bersamaan dengan segerombol preman. Shi Jin mengatakan pada Dae Young kalau bocah itu  tak menjawab telfonnya. Dae Young kesal dan kembali mengatakan kalau ia akan membunuh bocah itu. Shi Jin malah bercanda, apa Dae Young sudah menjari lubang kuburan?


Shi Jin mengajak Dae Young ke ruang UGD mereka berjalan ke arah belakang mobil tapi kemudian bocah itu muncul di depan mobil. Ia menghubungi temannya lalu melepas penyangga lehernya.


Shi Jin dan Dae Young masuk ke ruang UGD. Shi Jin masih mencoba menghubungi ponsel Dae Young. Kali ini Mo Yeon mengangkatnya. Shi Jin ada dibelakang Mo Yeon, lalu mereka bicara.

Shi Jin bertanya bagaimana ponsel itu ada pada Mo Yeon. Mo Yeon menjelaskan kalau pasien meninggalkan ponsel itu padanya, Mo Yeon balik bertanya, apa Shi Jin keluarga pasien.

“Bukan. Tapi ponsel itu terkait dengan kami.” Jawab Shi Jin.


Mo Yeon mencari bocah itu tapi tak ada. Shi Jin menatap Mo Yeon, apa Mo Yeon mendnegarkannya.

“Apa kalian yang kana mengirimnya ke rumah pemakaman?” tanya Mo Yeon, karena perkataan bocah tadi ditambah nama Shi Jin di ponsel dae Young adalah Big Boss.

Lalu Mo Yeon menyuruh Min Ji (perawat yang memberikan ponsel ke Bocah tadi) ,,”tolong katakan pada orang ini untuk menunggu di luar dan panggil satpam untuk memastikan kalau mereka tidak akan membuat masalah.”


Min Ji pun menyuruh Shi Jin dan Dae Yeon menyingkir, lalu perawat menutup tirai, sebelum tirai tertutup, Mo Yeon dan Shi Jin saling melihat satu sama lain.


“melihat situasi ini pasti dia meninggalkan ponsel didini.” Ujar Dae Yeong.


“Iya agar bisa kabur.”


“ Kenapa kita tak keluar dan mencarinya? Ia pasti belum jauh.”


Shi Jin menyuruhnya keluar sendiri, ia tak melepaskan pandangannya ke arah Mo Yeon sambil senyam senyum. Dae Yeong menatapnya, Shi Jin lalu pura-pura sakit perut. Dae Young tahu kalau Shi Jin pura-pura. Akhirnya Shi Jin mau diajak keluar.


Min Ji dan Mo Yeon ngobrol soal mereka sambil merawat pasien. Min Ji takut kalau mereka adalah preman.


“jangan khawatir. aku lebih ahli dalam menggunakan pisau daripada mereka.” Ujar Mo Yeon.


Si pasien yang mendegar itu ketakutan, karena sekarang Mo yeon sedang menjahit luka pasien, tapi ia hanya bisa menelan ludah.


Mereka akhirnya menemukan Bocah tadi yang sedang dipukuli oleh segerombolan preman tadi. dae Young mau menghampiri bocah itu. Shi Jin menahannya.


“Apa kau beneran butuh ponselmu kembali. Mereka sepertinya berpengalaman dalam pertarungan di jalanan.” Ujar Shi Jin.


Dae Young menjawab kalau ia perlu ponselnya kembali. Shi Jin bertanya, apa di ponsel Dae Young ada hal yang tak seharusnya dilihat orang lain, sesuatu yang bagus?


Dae Yeong mengiyakan. Lalu Shi Jin memanggil preman-preman itu,,”Hei, disana! everybody hentikan apa yang kalian lakukan!”


Para preman bertanya apa urusan mereka. Dae Young menjawab kalau mereka punya sesuatu yang belum terselesaikan dengan bocah itu. bocah itu memohon bantuan Dae Yeong.

“Yaa! Apa kau, mencuri ponsel mereka juga?” tanya Shi Jin.

Dae Yeong jongkok. Ia menanyakan alasan kenapa sampai bocah itu dipukuli. Bocah tadi memohon Dae Young untuk menolongnya dan ia akan mengembalikan ponsel Dae Yeong. Shi Jin tak merasa kalau itu kesepakatan yang seimbang.

Teman bocah tadi, yang disamping bocah dan mengangkat tangannya mengatakan kalau Gi Beom (si bocah) ingin keluar dari geng preman. Tapi preman-preman itu menuntut mereka untuk mebayar 5,000 dollar.


Lalu Dae Yeong mengeluarkan dompetnya,,”didalamnya ada banyak uang, jika kalian percaya diri. Ambillah siapapun yang berhasil mengambi ini berhak memilikinya.”

Dae Yeong mengatakan kalau ia adalah kakanya Gi Beom.

Pertama dua orang yang menyerang Dae Young. Dan Dae Young bisa dengan mudah mengalahkan mereka. Dae Young hanya bersenjatakan dompet dan mereka bersenjata pisau.


Shi Jin mengajak Dae Young untuk memukul habis gang preman itu, ia membiarkan semua preman untuk mengeluarkan semua senjata yang mereka miliki, kata-katanya sangat sombong. Preman mengeluarkan piasu masing-masing. Shi Jin bersembunyi debelakang Dae Yeong. Lalu semua preman menyerang mereka.


Tak tahu para preman itu kalau ternyata Shi Jin adalah atasan Dae Yeong.


Kembali ke rumah sakit. Min Ji mengatakan pada Mo Yeon kalau bocah tadi beneran kabur karena ada keluarga yang mencarinya.


Ia adalah Yoon Myeong Ju yang tadi menelfon, berpakaian tentara. Mo Yeon menemuinya. Kataknya mereka saling mengenal karena baru pertama bertemu sudah tahu nama masing-masing. Myeong Ju minta rekam media pasien (yang kira adalah Dae Yeon).


“Ini bukan rumah sakitmu dan dia bukan pasienmu. Ini adalah hal yang menarik. Selalu saja ada pria yang terlibat diantara kita.” Jawab Mo yeon.


Myeong Ju tak punya waktu untuk berdebat, ia ingin rekam medis itu segera karena pria itu penting baginya. Myeong Ju penasaran, apa pria yang ia maksud terluka parah atau tidak. Ia menyalahkan o Yeon yang membiarkan pasien kabur.

“Itulah yang mau aku tanyakan. Aku pikir pasien kabur tanpa membayar biaya rumah sakit. Karena kau sudah disini, kenapa tak kau bayar sekalian?”


Mo Yeon menyuruh Min Ji untuk mencari bocah itu ditoilet dan jika tidak ketemu, ia minta Min Ji menarik biaya rumah sakit dari Myeong Ju.


Myeong Ju tak terima Mo Yeon pergi begitu saja. Mo Yeon menyuruh Myeong Ju untuk bicara pada perawat saja, ia pikir mereka sudah lebih dari cukup, menjemput pasien yang enggan dirawat dua kali. Lalu ia pergi.


Myeong Ju ke toilet pria untuk mencari Dae Yeong.


Lanjut part 2