Sinopsis Drama Korea Descendants of the Sun Episode 1 Part 2
Mo Yeon cerita dengan temannya sesame doter. Temannya itu memakai kursi roda. Mo Yeon mengatakan kalau Myeong Ju ada di UGD sekarang.
"Myeong Ju? Dari Akademi Militer Korea?" tanya si teman.
"Ya. si gadis tak sopan dan kasar yang diasingkan dengan kita."
"Ya, ahli bedah cantik dari angkatan militer yang mencuri orang kau suka."
Mo Yeon tak setuju kalau temannya bilang Myeong Ju itu cantic, hanya dengan memiliki mata lebar dan hidnung mancung tak bisa dikatakan cantic, lagian itu semua karena make up. Temannya jga mengatakan kalau Myeong Ju tetap cantic tanpa make up.
Mo Yeon kesal. Lalu Ia menjelaskan kalau Sunbae yang Ia suka tak pacaran dengan Myeong Ju. Teman mengatakan kalau itu adalah masa lalu mereka. Teman penasaran sebab myeong Ju ada di UGD.
“Bukan, tapi pacarnya. Tapi, pacarnya itu terlihat masih berumur 20 tahun. Dia pasti sudah gila.” Jawab Mo Yeon.
Teman tak percaya karena pacar Myeong Ju adalah seorang tentara. Kisah percintaan mereka sangat terkenal di kalangan militer. Pacarnya Myeong Ju adalah Busagwan (Bintara), Pangkat militer yang lebih tinggi dari Kopral Kepala.
“Kenapa kau bisa tahu pangkat dalam militer?” tanya Mo Yeon.
“Yang penting, pacarnya adalah seorang bintara. Bahkan dia akan mengambil ujian kualifikasi. Dan Myeong Ju adalah perwira, lulusan dari Akademi Militer Korea. Plus dia dokter tentara dan ayahnya adalah jenderal bintang tiga. Mereka adalah pasangan kontrovesi.”
Mo Yeon jadi bertanya-tanya, siapa yang menitip ponsel padanya kalau begitu.
Dae Yeong dan Shi Jin membawa Gi Beom balik ke UGD. Dae Yeong melihat Myeong Ju. Perawat dan Shi Jin membawa Gi Beom untuk dirawat.
Myeong Ju mendekat pada dae yeong,,” Apa yang terjadi? Kau sepertinya baik-baik saja setelah kecelakaan. Ikut aku.”
Perawat memanggil Mo Yeon. Ia kaget dengan wajah Gi Beom. Shi Ji menjelaskan kalai Gi Beom mengalami ‘kecelakaan’ yang menyedihkan. Mo Yeon tak percaya, ia tahu kalau luka-luka itu akibat perkelahian, ia menuduh Shi Ji dan temannya yang memukuli Gi Beom. Lalu ia bertanya pada Gi Beom.
Gi Beom menjawab kalau Shi Ji bukan orang yang memukulinya malah yang menyelamatkannya. Tapi Mo Yeon tak mempercayainya. Shi Ji duduk di ranjang dan menatap Mo Yeon.
“Kau tak akan percaya pada apapun yang dia katakan, 'kan?” ujar Shi Ji.
Shi Ji mengatakan ia akan memberi Gi Beom obat penghilang rasa sakit dan Gi Beom juga perlu di X-ray. Ia meminta Jae Ae (perawat) untuk memanggilnya jika hasil x-ray keluar. Lalu ia memerintahkan Min Ji untuk menghubungi bagian keamanan karena ia akan memeriksa rekaman CCTV setelah itu ia akan memanggil polisi.
Shi Jin mengikuti Mo Yeon keluar. Ia ingin menjelaskan semuanya.
“Dia mengatakan yang sebenarnya. Anak itu,,”
“Apakah dia adalah anakmu?”
“Paseinmu itu... Dia mencuri ponsel temanku, karena itulah kami ke sini mencarinya. Kami melihatnya dipukul oleh sekumpulan geng dan kami membantunya.”
“Kau membantu pencuri yang telah mencuri ponsel temanmu? Aku lebih percaya, bahwa kau lah geng itu.”
Shi Jin menjelaskan kalau ia tidak ingin terlibat dengan polisi. Mo Yeon minta ponselnya kembali. Shi Jinn malah memasukkan ponsel Mo Yeon ke kantung celananya sambil menjelaskan kalau ia dan temannya adalah seorang tentara yang sedang liburan. Jika mereka ketahuan terlibat dalam kasus kekerasan, itu akan sangat merepotkan. Akan ada banyak dokumen yang harus ia isi. ia mohon kerja samamu.
Mo Yeon menolak menurut. Shi Jin menunjukkan kalung pengenalnya, tapi itu tidak membuktikan apapun karena semua pria korea memilikinya, lalu menunjukkan kartu identitasnya, tapi Shi Jin juga tahu kalau Mo Yeon bisa memnaggap itu palsu.
"Kau lulusan mana? Karena ini adalah RS. Haesung, apa kau alumni Universitas Myungin?" tanya Shi Jin.
"Untuk apa kau bertanya?"
"Apa kau mengenal Yoon Myeong Ju? Mungkin kalian seangkatan."
"Bagaimana kau bisa mengenalnya? Apa kau... si Kopral Kepala atau yang lebih tinggi atau semacamnya itu?"
"Yang kau maksud, Busagwan?"
"Ya, Busagwan. Apa itu kau?"
"Bukan aku, tapi kau harus ikut denganku. Aku mengenal seseorang yang bisa membuktikan identitasku."
Balik ke Myeong Jud an Dae Yeong. Myeong Ju..
Myeong Ju bertanya, sudah lama ya?. Dae Yeong menjawabnya dengan bahsa formal resmi, Iya.
“Kau pasti kesulitan untuk menghindari dariku. Tapi, kau gagal.”
“Ya.”
“Kapan kita bisa bicara lebih santai tanpa melihat pangkat kita? Oh iya! Kau pasti langsung mengabaikanku jika bukan karena pangkatku ini.”
“Iya, benar.”
“Aku akan membunuhmu.”
Myeong Ju kesal sampai kapan Dae Yeong terus mengabaikannya, tak mengangkat telfonnya, tak membiarkannya tahu kabar Dae Yeong, sampai kapan Dae Young mau terus menghindarinya. Ia tahu kalau Dae Young punya alasan melakukan semua itu, ia hanya ingin mendengar suara Dae Yeong.
“Alasanku bukanlah seperti yang kau pikirkan sekarang. Aku harap kau tak berpikir begitu, aku menghindar demi kebaikanmu, Letnan Yoon. Hatiku sudah berubah. Dan aku tak bisa menjerlaskan sesuatu yang berhubungan dengan hati. Hanya itu.”
Myeong Ju tak percaya. Dae Young berkata kalau ia sudah selesai mengatakan alasannya.
“Jangan.” Ia mulai berkaca-kaca.
Dae Yeong permisi lalu balik kanan dan berjalan menjauh.
“Awas jika kau pergi. Berhenti (Dae Yeong masih jalan terus). Seo Dae Young, berhenti (masih jalan). Sersan Mayor Seo Dae Young (Barulah Seo dae Young berhenti). Apa kau tak punya sopan santun pada atasan yang memanggilmu?”
Dae Yeong berbalik dan hormat pada Myeong Ju, ia lurus menatap ke depan.
“Berdiri di sini. Sampai besok. Berdiri di sini sampai kau mati. Aku tak akan pernah menerima hormatmu.” Ucap Myeong Ju jelas.
Lalu Shi Jin datang dengan Mo Yeon. Shi Jin menurunkan hornet Dae Yeong dan menegur Myeong Ju yang telah menyalahgunakan pangkatnya. Myeong Ju mengatakan kalau ia hanya memberi pelajaran untuk tentara pengecut,,”ada apa?”
Aku kesini untuk menyembuhkan kehormatan prajurit kami.” Jawab Shi Jin.
Shi Jin ingin Myeong Ju mengonfirmasi identitas mereka pada Mo Yeon. Myeong Ju mengatakan kalau Mo Yeon tidak akan mempercayai apa yang akan ia katakan
“Aku lebih percaya pada kenalanku dari orang yang baru kutemui. Beritahu aku.” Ujar Mo Yeon.
“Begitu, ya? Kalau begitu, kau harus melaporkan mereka berdua. Mereka adalah prajurit yang melarikan diri.” Jawab Myeong Ju lalu ia pergi.
Dae Yeong meminta ponselnya pada Mo Yeon. Mo Yeon berkata kalau ia sudah mengkonfirmasi identitas mereka dan meminta Shi Jin untuk mengembalikan ponsel Dae Yeong. (owalah ternyata ponsel yang digunakan Mo Yeon untuk menelfon polisi tadi adalah ponsel Dae Yeong).
Shi Jin memberikan ponsel Dae Yeon. Ia bertanya pada Mo Yeon, apa urusan mereka sudah selesai. Mo Yeon menjawab kalau identitas Shi Jin memang sudah terkonfirmasi tapi masalah serangan itu adalah masalah yang berbeda, ia meminta Shi Jin untuk mengikutinya.
Mo Yeon mengajak Shi Jin ke runag CCTV. Petugas menyuruh mereka menunggu 5 menit untuk mencari video yang mereka ingin lihat. Mereka menunggu di koridor.
Mo yeon bersandar di koridor dan berpegangan pada besi yang tertempel di dinding. Shi Jin juga melakukan hal yang sama. Shi Jin tak sengaja menyentuh tangan Mo Yeon. Mo Yeon refleks dan langsung bersedekap. Shi Jin menjauhkan tangannya.
Mo Yeon memulai pembicaraan, ia bertanya bagaimana Shi Jin bisa mengenal Myeong Ju. Shi Jin menjawab kalau mereka masuk akademi militer yang sama. Mo Yeong puas.
“Apa kau mau mengkonfirmasinya setelah identitasku tadi? Apa aku terlihat seperti pembohong?” tanya Shi Jin.
“Pembunuh biasanya memang terlihat ramah.”
“Benar juga, sih.”
“Kau membuatku takut sekarang. Hanya ada kita di sini.”
“Jangan khawatir. Aku selalu melindungi wanita cantik, orang tua dan anak-anak. Itulah prinsipku.”
“Baguslah. Aku salah satu dari prinsipmu.”
“Tidak, kok?”
“Yang aku maksud itu aku ini orang tua.”
Shi Jin tersenyum. Lalu Mo Yeon menanyakan nama Shi Jin. Shi Jin menjawabnya kalau namanya adalah Yoo Shi Jin, dan ia bertanya balik. Mo Yeon menyebutkan namanya. Shi Jin mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
Mo Yeon tersenyum,,”tak perlu berlebihan seperti itu.”
Dae Yeong menemui Gi Beom. Dae Yeong tahu kalau Gi Beom suka olahraga, lalu ia mengatakan kalau ia suka Judo. Dae Yeong lanjut bertanya, kanapa Gi Beom tadi diam saja saat dipikuli. Gi Beom menjelaskan kalau dengan begitu masalahnya akan cepat selesai.
Gi Beom bertanya, bagaimana Dae Yeong tahu kalau ia suka olahrga. Dae Yeong bisa melihat saat Gi Beom dipukuli tadi, karena dalam olahraga yang pertama mereka pelajari adalah dipukuli baru kemudian belajar menyerang.
“Aku dulu pemain taekwondo dari SD sampai masuk SMA.” Kata Gi Beom.
“Apa kau jago?”
“Aku pernah memenangkan mendali emas. Dan..”
Perawat Jae Ae masuk dan menanyakan nama keluarga Gi Beom. Gi Beom mengatakan kalau ia tidak memiliki keluarga. Dae Yeong mengatakan kalau ia adalah keluarganya.
Mo Yeon menonton video perkelahian Shi Jin, ia heboh sekali,,”bagus” “bagus sekali!” “iya begitu”. ia sampai memberi aba-aba.
Lalu mereka keluar ruang CCTV. Mo Yeon minta maaf karena ia sudah salah paham tadi. Shi Jin lalu memintanya untuk mengobati lukanya. Shi Jin menunjuk perut sebelah kirinya yang terluka. Mo Yeon malah menekan bagian yang terluka itu dengan keras. Shi Jin kesakitan.
"Kau jago akting juga." tuduh Mo Yeon.
"Astaga. Aku tidak akting."
Lalu Shi Jin menunjukkan lukanya. Mo Yeon tak menyangka kalau Shi Jin gak bohong lalu ia membawa Shi Jin untuk ia rawat.
Sambil mengobati, Mo Yeon bertanya dimana Shi Jin mendapatkan luka itu. Shi Jin menjawab kalau ia mendapatkannya saat menjalankan tugas buruh, begitulah tentara seharusnya terluka.
“Pekerjaan yang aneh, ya? Kau terkena luka tembakan, saat kau melakukan tugas buruh. Ini adalah luka tembak (sambil menunjuk bekas luka Shi Jin).”
Shi Jin heran, benarkah Mo Yeon pernah melihat luka tembak. Mo Yoen melihatnya tidak di korea tapi di afrika saat ia menjadi sukarelawan. Karena Mo Yeon sudah tahu, Shi Jin mengaku kalau ia mendapat luka tembak itu saat perang di Normandia.
“Tembakan itu jatuh seperti hujan, tapi, aku harus melewatinya untuk menyelamatkan temanku.”
“Apakah namanya, Prajurit Ryan?”
Shi Jin hanya tersenyum. Lalu Mo Yeon menjelaskan kalau ia sudah menjahit luka Shi Jin dan bisa dilepas minggu depan. Mo Yeon menanyakan apa ada rumah sakit di markas Shi Jin. Shi Jin mengatakan ada tapi ia maunya ke rumah sakit ini walaupun jaraknya lebih jauh.
“Apa aku bisa datang ke sini tiap hari.” Tanya Shi Jin.
“Tidak perlu. Kau bisa datang 3 atau 4 kali seminggu jika kau ingin cepat sembuh.”
“Apa kau mau menjadi dokterku?”
“Hanya untuk sterilisasi saja. Tak perlu dokter pribadi untuk itu.”
“Tapi, aku perlu. Terutama... jika dokternya itu cantik.”
“Jika kau memilih dokter berdasarkan penampilan mereka, kau tidak salah pilih. Aku akan mengobatimu pukul 2 siang.”
“Dokter biasanya tak punya pacar. Karena mereka terlalu sibuk.”
“Tentara biasanya tak punya pacar. Karena mereka selalu berperang.”
“Siapa yang tahu?”
Dae Wong selesai Jooging dan kembali ke markas. Boneka yang dikasih Kwang Soo sekarang jadi mainan para tentara, bahkan mereka mendandani boneka itu seperti tentara.
Shi Jin sibuk memilih baju yang bagus padahal keduanya tampak sama bagiku. Ia minta pendapat Dae Yeong yang baru masuk. Dae Yeong bertanya, mau kemana Shi Jin berpakaian bagus begitu. Shi Jin menjawab kalau ia mau ke Rumah Sakit Haesung untuk mensterilkan lukanya.
Tentara lain menjelaskan pada Dae Woo kalau di markas mereka juga ad Rumah Sakit tapi Shi Jin bersikeras mau ke RS. Haesung.
“Kita harus sehat agar bisa melindungi negara kita. Aku ingin dirawat di RS. Haesung yang memiliki staf dan peralatan terbaik, Jadi aku bisa sembuh dengan cepat dan melindungi bangsaku.” Ujar Shi Jin.
Dae Yeong tahu kalau Shi Jin hanya ingin ketemu dokter cantik itu. Dae Yeong ingin ikut karena ia juga ada urusan disana.
Ternyata Dae Yeong kesana untuk membayar semua biaya rumahsakit Gi Beom. Dan Shi Jin meninggalkan mereka untuk menemui dokter pujaan hatinya.
Dae Yeong mematikan agar Gi Beom minum obatnya dengan benar. Gi Beom berterimaksih tapi ia tidak akan bisa membayar Dae Yeong baik, dan ia tak mau dae Yeong menceramahinya lagi.
“Tidak akan. Pergilah.” Jawab Dae Yeong singkat lalu berbalik pergi.
Gi Beom memintanya menunggu. Ia minta maaf karena sudah mencuri ponsel Dae Yeong.
“Permintaan maafmu diterima.” Jawab Dae Yeong.
“Tunggu. Dipukul ataupun membayar mereka tak akan berhasil, Bagaimana kau bisa bebas dari gengster?”
“Aku pergi ke tempat di mana mereka tak bisa mengikutiku.”
“Di mana itu?”
Dae Yeong belum menjawab, scene beralih kepada Mo Yeon yang kedatangan pasien gawat dan harus naik ke atas ranjang dorong untuk memegang luka pasien. Shi Jin melihatnya dan ia membantu untuk mendorong ranjang tersebut karena mereka harus menuju ke ruang operasi dengan cepat. Gak tahu kalau Mo Yeon tahu atau tidak kalau Shi Jin membantunya.
Mo yeon sudah masuk ke ruang operasi dan Shi Jinn diluar, sekarang jam 12 siang lewat. Shi Jinn duduk di bangku tunggu. Lalu Mo Yeon keluar dari ruang operasi, sudah jam 10 malam lewat dan Shi Jin sudah pergi.
Shi Jin sedang nge-Gym. Ponselnya berbunyi, ia mengangkatnya, dari Mo Yeon.
Mo Yeon menelfon karena mendengar kalau tadi Shi Jin datang (jadi ia tak tahu kalau tadi Shi Jin
membantunya). Mo Yeon minta maaf karena tak menepati janji karena tadi ada pasien darurat. Shi Jin bertanya, apa pasien Mo Yeon masih hidup. Mo Yeon menjawab iya, ia sudah menyelamatkan pasien tadi.
"Syukurlah. Jadi, ini nomormu?" tannya Shi Jin.
"Ya."
"Jadi, kau mendapat nomorku."
"Kau juga bisa menyimpan nomorku."
"Aku ingin menemuimu besok.
"Apa kau memang pria yang blak-blakan?"
"Yang kumaksud adalah berobat."
"Iya. Itu juga yang kumaksudkan."
"Sepertinya bukan."
"Kau harus percaya pada doktermu."
"Kau sudah meminum obatmu?"
"Apa akan bahaya jika aku tak meminumnya? Apa aku akan dirawat inap nantinya?"
Mo Yeon menanyakan jam kedatangan Shi Jin besok. Shi Jin menyuruhnya melupakan itu, ia ingin bertemu dengan Mo Yeon sekarang juga. Mo Yeon membolehkannya datang ke rumah sakit.
Shi Jin memakai pakaian yang keren, ia memesan tiket nonton melalui ponselnya. Mo Yeon di dalam lift memperbaiki riasannya.
Lalu Shi Jin melihat kalau ada berita perang di TV rumah sakit. Ia kemudian mendapat telfon dari atasaanya. Ia mengatakan kalau ia ada di RS. Haesung. Shi Jin naik masuk ke lift dan Mo Yeon keluar dari lift disebelahnya. Mereka tak saling ketemu.
Lalu Shi Jin menelfon Mo Yeon, memberitahu kalau ia tidak bisa ketemu Mo Yeon karena ada urusan mendadak. Mo Yeon bertanya dimana Shi Jin sekarang. Shi Jin mengatakan di atap rumah sakit. Lalu Mo Yeon menyusulnya.
Shi Jin minta maaf karena ia tak bisa menepati janjinya. Lalu ada helikopter yang akan mendarat di atap rumah sakit. Mo Yeon mengira kalau ada keadaan darurat dan menyuruh Shi Jin untuk ke lantai bawah.
Shi Jin menjelaskan kalau helicopter tersebut untuk menjemputnya. Mo yeon panic, apa terjadi perang.
Shi Jin menjelaskan kalau perang terjadi setiap hari tapi kali ini bukan di korea jadi Mo Yeon tak perlu khawatir. Mo Yeon tak mengerti, kenapa helicopter menjemput Shi Jin. Shi Jin akan menjelaskannya nanti.
"Tapi, berjanjilah satu hal. ita harus bertemu akhir pekan nanti. Di suatu tempat selain di sini." Pinta Shi Jin
"Bagaimana dengan pengobatanmu?"
"Luka itu pasti akan sembuh. Dan menonton film bersama."
Mo Yeon diam saja. Helicopter sudah mendarat.
"Aku sudah tak punya waktu, aku butuh jawabanmu. Iya atau tidak?"
“Iya.” Jawab Mo Yeon.
Shi Jin puas karena Mo Yeon sudah berjanji, ia akan memegang janji Mo Yeon, lalu ia menuju helicopter.
Sebelum masuk ke helicopter, ia berbalik menatap Mo Yeon lagi.
Mo Yeon melihat ke arah helikopter yang membaya Shi Jin pergi.
Sekarang angkatan khusus di dalam pesawat tempur. Mereka sudah berpakaian lengkap. Ada yang mengkomando mereka dari headset kalau mereka sudah sampai di tempat tujuan dan menyuruh mereka untuk siap-siap terjun.
Dae Yeong juga ada disana, mereka melepas kalung pengenal mereka. Seorang tantara baru bertanya, kenapa mereka harus menaggalkan tanda pengenal.
“Saat kita mati saat bertugas, mayat kita harus tetap tidak teridentifikasi.” Jawab Dae Yeong.
Mereka sudah sampai di Afganistan, pintu pesawat terbuka. Mereka bersiap untuk terjun.
Lanjut Episode 2