.

Sinopsis Drama Korea Descendants of The Sun Episode 16 Part 2 (Tamat

Sinopsista.Com - Sinopsis Drama Korea Descendants of The Sun Episode 16 Part 2 (Tamat)


Shi Jin melihat program Mo Yeon tadi di Tv. Ia kesal.

"Ah~ jadi kau tak punya pacar karena kau sibuk, ya? Lalu, aku ini siapa? Ah~ teman dekat, hanya teman tentara."

"Pacarku juga berteriak seperti anak ABG yang tak punya pacar. Aku juga melihat acara itu, teriakanmu sungguh membahana." Balas Mo Yeon.

Sinopsis Drama Korea Descendants of The Sun Episode 16 Part 2 (Tamat

Myeong Ju menelfon Dae Young untuk masalah yang sama. Ia juga protes mengenai tingkah Dae Young, ia tak pernah tahu kalau Dae Young itu dancer yang hebat.

"Kau salah paham. Mungkin editor-nya lah yang salah mengedit video-nya." Jawab dae Young.


Shi Jin juga memberikan alasan yang sama. Mo Yeon angguk-angguk saja, Oh, salah si editor-nya, ya?

"Benar sekali. Aku hanya berteriak untuk menyemangati Komandan Batalion, tapi, editor-nya salah memasukkan video-nya."

"Emmm... Jadi, kau berteriak seperti anak ABG pada Komandanmu, ya? Komandanmu ternyata punya kulit yang mulus, ya?"



Dae Young yang menjawabnya, Komandan memang biasanya punya kulit yang mulus. Mendengar jawaban itu, Myeong Ju semakin kesal, ia memukul meja makan dan langsung berdiri.

"Kubunuh kau nanti! Apa kau segitu sukanya dengan Red Velvet?"

"Ingatlah, aku tak akan pernah melepaskanmu."

"Tak usah merayuku. Aku sudah melihat semuanya. Aku akan kembali 157 hari lagi. Dan selama 157 hari itu, aku akan menyusun rencana pembunuhan Seo Dae Young. Kau dengar aku?"


Shi Jin menganggap kalau Mo Yeon berlebihan sekali.

" 'Aku kan tidak melakukan hal seburuk itu?' " Lalu Shi Jin melembek, ia tersenyum sambil melanjutkan kata-katanya bahwa kalimat barusan adalah kalimat yang hanya bisa diucapkan anak ABG Tapi ia ini berbeda, ia akan mencoba yang tebaik.

"Ya, silahkan. Tunjukkan usaha terbaikmu, Kapten." Tantang Mo Yeon.

Shi Jin mengaku kalau semua ini karena kecerobohannya. Red Velvet tidak lah bersalah. Mo Yeon bener-benar akan membunuh SHi Jin hari ini, ia memukuli Shi Jin dengan bantal.



Shi Jin menghentikannya dengan mengatakan kalau ia tidak lagi menyandang pangkat sebagai kapten. Mo Yeon khawatir, apa Shi Jin dipecat?

"Bukan begitu. Aku akan naik jabatan." Jelas Shi Jin.

Mo yeon langsung girang, jadi itu artinya gaji Shi Jin akan naik juga kan

"Kenapa kau sesenang itu, Dr. Kang? Lalu, kenapa matamu jadi berbinar seperti itu?"

"Tatapanku dan juga usahamu." Jawab Mo Yeon sambil mengedipkan matanya beberapa kali.

"Lihatlah sikap wanita ini."


Shi Jin melapor pada Komandan disaksikan oleh ayah dan Anggota Tim Alpha lainnya.

"Lapor.  Mulai 25 Maret 2016, Saya, Kapten Yoo Si Jin akan menjadi Mayor dan menerima perintah kenaikan gaji sesuai jabatan ini. Laporan selesai. Hormat."

Komandan membalas hormat Shi jin lalu memasangkan bintang baru ke pundah Shi Jin.

Anggota Tim Alpha yang lain memberi tepuk tangan.


Narasi Mo Yeon: Pria yang aku sukai itu, hanya ada satu di dunia ini, dia hidup sebagai tentara Korea. Dan prinsipnya tak berubah. Melindungi anak-anak, orang tua dan wanita cantik.

Shi Jin masih menjalankan tugasnya sebagai pasukan khusus dan ia juga membantu nenek-nenek yang kesulitan membawa barang-barang.


Narasi Mo Yeon: Dan aku... masih menjadi dokter idola. Dan tentu idolanya  RS. Haesung.

Shi Jin melihat poster Mo Yeon dan ia melambai pada poster itu.


Myeong Ju kembali ke Korea setelah 157 hari. Ia minum-minum bersama Dae Young. Dae Young udah pasrah mau diapain sama Myeong Ju.

Selama 157 hari itu, Myeong Ju memikirkan bagaimana cara untuk membunuh Dae Young.Itu artinya, selama di sana, ia hanya bisa memikirkan Dae Young, dan ia sangat merindukan Dae Young hingga rasanya ia mau mati saja.

Dae Young akhirnya mengangkat kepalanya, ia mengelus rambut Myeong Ju sayang sambil tersenyum.

"Aku kembali dalam keadaan hidup. Tidakkah kau bangga padaku?"

Dae Young bersyukur karena Myeong Ju kembali dengan selamat, ia menunagkan soju ke gelas Myeong Ju. Myeong Ju mengajaknya cheers.

Dae Young mengajak Myeong Ju menemui Ayah Myeong Ju besok, ia mengajak Myeong Ju bergandengan tangan.

"Ahhh. Kita harus tetap menyelesaikan masalah ini. Ujar Myeong Ju sedih.

Dae Young berjanji tak akan melepas seragamnya. Hanya Myeong Ju yang bisa melepas seragamnya ini.

"Benarkah?"

"Kita harus menemui Komandan besok. Jadi, bersiap lah."

Myeong Ju senang sekali, ia menyarankan untuk menemui pagi-pagi, berangkat saat fajar jika memungkinkan karena ia juga sudah punya rencana.

Lalu Myeong Ju kembali menuang soju. Dae Young merebutnya, apa Myeong Ju mau menemui ayahnya dalam keadaan mabuk. Myeong Ju merajuk, ia tidak minum alkohol selama dua musim di Urk, akhirnya Dae Young menunagkan juga Soju yang ia rebut ke gelas Myeong Ju.



Dae Young beneran menemui Komandan dengan menggenggam tangan Myeong Ju, ia menagih janji Komandan yang akan mengajak mereka minum teh bersama.

"Ya, duduklah, kau juga." Perintah Komandan.

Lalu Komandan menelfon agar dibawakan 2 cangkir teh keruangannya.

"Ayah, aku hamil." Ujar Myeong Ju mengejutkan.

"Ti- tidak. Itu tidaklah benar." Bantah Dae Young.

"Ini rencanamu?" tanya Dae Young pada Myeong Ju.

"Santai saja, rencanaku adalah mengakuinya sebelum kita melakukannya. Saat kita dalam posisi terancam, "Serangan pertama" adalah taktik hebat." Jelas Myeong Ju.

Komandan mwmint, apa Myeong Ju bisa keluar saja?


Kemudian mereka duduk. Komandan menyuruh Dae Young untuk bicara, meskipun ini hanya lah "Serangan pertama", ia akan mendengarnya. Myeong Ju akan menjelaskan tapi Ayah menyuruhnya untuk tutup mulut.

"Mengenai janjiku untuk melepas seragamku, sepertinya tak bisa kutepati." Kata Dae Young.

Meskipun terkunci di ruang bawah tanah, patah tulang dan hal lainnya. Dae Young tak pernah menyesal menjadi seorang tentara. Dan bahkan, negara tak seharusnya kehilangan tentara seperti dirinya. Dae Young akan melepas seregam dengan cara yang terhormat. Ia akan mencari cara lain agar Komandan mau mengakuinya.



"Sekarang, bukan masalah apakah aku mengakuimu atau tidak. Karena negara ini telah mengakui seorang Sersan Seo. Dan sebagai atasan, ini adalah kehormatan memiliki menantu sepetimu."

Myeong Ju tak menyangka kalau ayahnya akan mengatakan hal itu. Ayah menjelaskan kalau ia sudah memberi restu ketika Myeong Ju pergi ke Urk. Komandan minta maaf karena sudah mengirim Dae Young ke tempat yang berbahaya dan sekarang ia bahagia dengan keputusannya ini.

"Terima kasih. Pak." Ucap dae Young.


Myeong Ju tak bisa menahan tangis bahagianya, ia langsung memeluk ayahnya. Komandan berpesan agar Dae Young selalu menjaga puterinya.

"Ya, Saya mengerti." Jawab dae Young tegas.



Myeong Ju datang ke Rumah Sakit Hae Sung, Mo Yeon memanggilnya Wali Sersan Seo (seperti saat mereka pertama bertemu disana).

"Princess Mo Yeon?" Balas Myeong Ju.

Mo Yeon menyadari kalau mereka sering dipertemukan karena masalah pria. Myeong Ju tersenyum.

"Bagaimana kabarmu?" Tanya Mo Yeon.

"Seperti yang kau lihat, aku sehat-sehat saja."

Lalu Mo Yeon menanyakan mengenai pertengkaran Myeong Ju dengan Dae Young. Myeong Ju menjawab kalau pertengkarannya telah berakhir dan mereka sudah mendapat restu dari Ayah.

"Benarkah? Selamat! Sebelum malam kita harus minum soju siang lagi." Mo Yeon turut senang.

Myeong Ju menjawab kalau ia siap kapan saja. Tapi hari ini, ia datang untuk tujuan yang lain, ia memberikan surat dari Fatima.



Fatima menulis surat dalam bahasa Korea.

"Apa kabar, Unni(kakak)? Ini aku, Fatima. Aku belajar bahasa Korea. Dan aku ingin menjadi seorang dokter sepertimu. Selamat Natal. Sampaikan salamku pada Ahjussi. Aku merindukanmu dan aku mencintaimu."

"Tak sia-sia aku menghabiskan uangku." Mo Yeon lega.


Chi Hoon lari-lari ke ruangan, disana ada Ja Ae dan Min Ji. Chi Hoon mau pinjam laptop Dr Sang Hyun.

"Suster Ha, apa password-nya Dr. Song?" Tanya Chi Hoon.

"Song Sang Hyeon yang jenius." Jawab Ja Ae.

Chi Hoon mengajak keduanya untuk menonton videonya bersama, itu adalah berita dari Urk yang di bawa Letnan Yoon. keduanya langsung tertarik dan mendekat.

Itu adalah video Blackie dengan kambingnya. Min Ji mengatakan kalau blackie sudah besar.

"Tapi, masih butuh waktu lama agar dia bisa cocok dengan sepatu itu." tambah Chi Hoo.

"Blackie, Blackie. Namanya Blackie (sambil menunjuk kambing) Dan juga namaku (Embeeeeekkkk)." Kata Blackie.

Chi Hoon belum puas sebelum mendengar siapa nama Blackie, namun berapa kalipun ia memutar ulang videonya tetap tak terdengar karena suara kambingnya lebih keras, bahkan setelah memaki headset ia tetap tak bisa mendengar.

"Aku mau gila rasanya. Namanya siapa, sih?" Keluh Chi Hoon.

Chi Hoon mengucapkan selamat tinggal, ia tetap tak tahu siapa nama anak itu jadi ia akan tetap menganggapnya Blackie Selama-lamanya.



Chi Hoon akan mematikan laptopnya tapi Ja Ae melarangnya. setelah sendirian Ja Ae mencari folder yang dimaksudakn Dr Sang Hyun, ia mengetikkan password-nya 1030

didalamnya ada 3 folder lagi, 10-an, 20-an, 30-an.

Setelah membukanya, Ja Ae tak pernah menyangka sama sekali kalau folder itu ternyata berisi fotonya, saat umurnya 10-an 20-an dan 30-an.


Ja Ae jalan gontai di lorong Rumah sakit, ia sampai menabrak seorang pria. Pria itu lalu membantu Ja Ae yang lemas. Dr Sang Hyung datang, ia menggantikan orang yang membantu Ja Ae, ia mengatakan kalau ia wali Ja Ae.

Dr Sang Hyun mendudukkan Ja Ae. Ja Ae berkata ia lelah dan bangkit. Dr Sang Hyun mendudukkannya lagi, kalau lelah ya harusnya duduk bukan malah pelukan dengan pria lain.

"Jika kau sudah melihatnya, katakan padaku. Kau sudah melihatnya, 'kan? Folder itu sudah ada di recyle bin." Tuntut Dr Sang Hyun.

"Kau memintaku menghapusnya, 'kan?" Bela Ja Ae.

"Ya, jika aku sudah mati."

Dr Sang Hyun bertanya, kenapa Ja Ae menghapusnya. Ja Ae balik bertanya, kenapa Dr Sang Hyun masih menyimpannya.

"Untuk lamaran. Aku ingin menggunakannya sebagai alat lamaran. Mulai umur 10 tahun, hingga sekarang, hanya kau orangnya."

Ja Ae menganggap kalau Dr Sang Hyun hanya kasihan padanya. Dr Sang Hyun mengelak, memangnya Ja Ae tahu apa, ia  tahu apa yang ia rasakan.

"Tanpa ada perasaan lain, ini lah yang namanya cinta." lanjut Dr Sang Hyun.

"Jangan lakukan itu!"

"Apanya? Mengakui perasaanku?"

"Apapun itu, karena aku yang akan melakukannya."

"Apa? Kau mau mengakui perasaanmu?"

"Ya, setelah aku membayar hutangku padamu."

"Ya, sudahlah. Tapi, eh! Apa kau serius?"

Ja Ae kebur. Dr Sang Hyun mengikutinya, memangnya Ja Ae mau kemana. Cari uang, jawab Ja Ae. Dr Sang Hyun menyarankannya untuk meminjam uang saja pada Mo Yeon dan mereka berakhir dengan kejar-kejaran kaya anak kecil.



Shi Jin dan  Mo Yeon nge-date dengan mobil Mo Yeon tapi Shi Jin yang menyetir. Shi Jin protes, kenapa harus ia yang menyetir.

"Terus saja. Ayo cepat, Big Boss." Ujar Mo Yeon

"Aku kan sudah cepat."

"Bukan pria ini, ini (menunjuk mobil) yang aku maksud."

Shi Jin merasa tersanjung, apa Mo yeon segitu sukanya pada dirinya sampai-sampai menamai mobil dengan 'call sign-nya'

"IYA!" Jawab Mo Yeon mengagetkan.

Mo Yeon tidak mau menyetir karena takut akan menghancurkan mobil lagi, Big Boss-nya gak boleh ancur pokoknya. Shi Jin menjawab kalau timingnya aneh.


Mo Yeon memandu Shi Jin sampai ke tempat cuci mobil dan ia menyuruh Shi Jin untuk mencucikan mobilnya, sementara ia berdiam diri di dalam mobil. Mo Yeon memberi Shi Jin tanda hati dengan tangannya

"Apa aku tak usah pacaran saja, ya?" Gumam Shi Jin. Ia kedinginan.

Mo Yeon melongok dari jendela mobil, ia tanya, tadi Shi Jin bilang apa?

"Aku bilang, aku mencintaimu. Tutup jendelanya, di luar dingin."



Tapi Mo Yeon malah membuka pintu, ia ikutan keluar. Shi Jin memberikan krannya untuk Mo Yeon. Mo Yeon mengatakan,,"Jika aku menekan ini..."

Airnya keluar mengenai muka Shi Jin. Mo Yeon melanjutkan,,"Airnya ternyata keluar."

"Kau memang menakutkan." Ucap Shi Jin.

"Maaf. Bagaimana ini? Sekarang aku malah mambasahi bajumu."


Mo Yeon meletakkan keran airnya, lalu mencopot mantelnya, ia gak mau wanita lain melihat pakaian dalam Shi Jin.

"Aku suka pacaran denganmu. Kau ini sangat seksi." AKu Shi Jin.

"Aku?"

"Kau lebih seksi saat kau sedang tertawa."


Shi Jin pura-pura kedinginan dan menjatuhkan dirinya dipelukannya Mo yeon, biar anget gitu..

"Aigoo, aigoo, aigoo." Ucap Mo Yeon sambil menepuk-nepuk punggung Shi Jin.



Myeong Ju makan bersama Dae Young di kantin militer dan disana juga ada tentara yang lainnya. Mo Yeon nakal, ia menyentuhkan kakinya ke kaki Dae Young.

Dae Young membanting sumpitnya, Myeong Ju sudah keterlaluan kali ini. Myeong Ju menyuruhnya untuk melapor saja kalau begitu.

"Aku ingin makan dengan tenang, pencernaanku bisa terganggu nanti."

"Kalau begitu datanglah ke klinik, aku yang akan mengobatimu."

Myeong Ju malah merasa kalau itu adalah ide yang bagus, ia memberikan makanannya untuk dae Young agar pencernaan Dae Young terganggu.

"Tidak bisa. Apa aku patahkan saja tulangmu, ya? Tidak bisa. Kita tak jadi ke Kanada jika tulangmu patah. Daniel dan Ye Hwa akan menikah." kemudian Myeong Ju mengulurkan undangan pernikahan Daniel-Yi Hwa.

Myeong Ju menjelaskan lagi kalau Acaranya di Vancouver, Kanada.


Chi Hoon juga mendapat undangan, tiket dan hotelnya, ia membagikannya untuk ja Ae, Min Ji dan dr sang Hyun. Ja Ae dan Min Ji kayaknya gak rela gitu kalau daniel menikah.

"Tapi, aneh juga. Kupikir mereka sudah menikah?"

"Tidak! Dia bilang, mereka hanya teman saja, kok." Jawab Min Ji

"Mereka hanya rekan kerja!" Jawab Ja Ae.


Yi Hwa membuka gerbang lalu membalik tanda dari closed menjadi open.

Chi Hoon menjelaskan pada yang lain kalau  Ayah Yi Hwa adalah seorang dokter herbal. Mulai di Rusia, siapapun yang membutuhkan, dia akan mengobatinya. Tapi, ayahnya itu, kakak dan juga ibunya tertembak.


Myeong Ju melanjutkan ceritanya ke Dae Young. Daniel hanya bisa menyelamatkan Yi Hwa dan mereka menjadi relawan Kanada. Tapi, mereka hanya mengijinkan Daniel, karena Yi Hwa adalah orang Rusia. Mereka tak akan menerimanya karena hukum internasional.

"Lalu?" Tanya Dae Young.

"Jadi Daniel bilang, dia akan mendaftarkan pernikahannya dengan Yi Hwa dan minta form nya. Dia bilang 'dia adalah istriku. Kalian harus menlindunginya'. Begitulah caranya dia menyelamatkan Yi Hwa."

"Kalian saling curhat, ya?"


Myeong Ju menjawab kalau ia awalnya menceritakan masalah surat wasiat Dae Young. kemudian Yi Hwa mengatakan ceritanya. Dae Young lalu bertanya, apa Myeong Ju sudah membbaca surat wasiatnya.

"Kenapa aku harus membacanya? Aku tahu, kau hanya mengcontoh lirik-lirik lagu saja, 'kan?"

"Tidak, kok."

"Pasti."

Lalu dae Young membacakan surat wasiatnya, Dulu, ia selalu saja ingin melarikan diri. Dan Myeong Ju adalah orang pemberani dan juga terbodoh yang mencintainya. Ia bersyukur dan juga menyesal.

"Jika kau membaca surat ini, maka, akulah yang bodoh dan melukaimu begitu dalam. Tak perlu memaafkan aku. Dan juga, aku selalu berharap kau akan hidup dengan bahagia. Untuk cintaku,  Yoon Myeong Ju. Apakah aku hidup atau mati, cintaku tak akan berubah." Lanjut Dae Young.

Myeong Ju tak percaya, tak mungkin Dae Young mengingat semua iasinya lalu iamengeluarkan surat Dae Young dari sakunya dan ternyata isinya sama persis.

"Karena aku telah menulisnya sebanyak ratusan kali. Karena lebih dari seratus kali, aku selalu ingin menemuimu." Jelas Dae Young.

Tentara yang lain bersorak. "Woah!"


"Perhatian! Semuanya yang pangkatnya lebih rendah dariku harus menutup mata." Perintah Dae Young.

Dae Young mencium kening Myeong Ju. Semua tentara kembali bersorak.


Sekarang giliran Myeong Ju, ia juga memerintahkan semua tentara yang pangkatnya lebih rendah darinya untuk menutup mata termasuk Dae Young.

Myeong Ju mendekat ke Dae Young lalu mencium Dae Young. Tentara yang lain makin heboh soraknya.



Shi Jin minum-minum dengan Mo Yeon di rumah Mo Yeon. Shi Jin bertanya, Mo Yeon akan memberikan hadiah pernikahan atas nama siapa.

"Banyak yang memilih Daniel, jadi, aku akan memilih Yi Hwa." Jawab Mo Yeon.

"Kau sudah lupa semua kebaikan Daniel padamu?"

"Aku sudah membayarnya dengan sumbangan bulanan, loh. Kau mungkin tak tahu betapa mahalnya itu, karena kau hidup di 'hutan'."

"Orang yang mementingkan si kartu itu bisa saja tidak selamat."

"Orang itu mau ambil bir dulu."



Dan Mo Yeon menuju kulkas untuk mengambil bir. Shi Jin penasaran satu hal, kenapa saat foto kelulusan Mo Yeon da di depan, apa Mo yeon peringkat pertama.

"Tidak, karena aku lah yang paling cantik." Elak Mo Yeon.

"Bukan karena abjad? Namamu kan 'Kang'. Kau bisa selalu yang pertama.

"Tidak begitu, kok."

"Berdasarkan umur, ya?"

Mo Yeon tak menjawabnya, Mo Yeon memberitahu Shi jin kalau ia mau pergi ke upacara kelulusan besok, ia diundang sebagai senior terpopuler. Asal tahu saja, Ia dulunya senior populer, loh.

"Karena kau punya banyak hutang dulu?" Tanya Shi Jin.

"Kau belum mau pulang?" Usir Mo Yeon.

"Jika aku pulang sekarang, aku akan terkena macet."

"Kau menggunakan alasan yang sama 2 jam yang lalu."

"Pasti sangat macet, apalagi di Yeouido."


Narasi Mo Yeon:  Hippocrates memiliki banyak kutipan, salah satunya adalah 'Beberapa kata mungkin akan dimengerti oleh kepalamu, dan beberapa kata mungkin juga akan dimengerti oleh hatimu.'"

acara sumpah untuk dokter dan tentara. Di dua tempat yang berbeda, Mo Yeon dan Shi Jin hadir di sana.


"Sebagai seorang yang berhasil mendapatkan lisensi, Saya akan melakukan pengobatan berdasarkan hati nurani dan kehormatan. Tak memandang ras dan juga agama, status sosial, kebangsaan dan juga politik. Dalam bertugas untuk mengobati pasien saya.  Saya tak akan menyalahkangunakan posisi saya. bahkan jika saya dalam bahaya." Sumpah Dokter.



"Saya, sebagai bintara dari Pasukan Khusus,Berjanji untuk melakukan yang terbaik untuk negara dan juga pasukan saya.  Saya akan bertugas berdasarkan hukum berdasarkan seorang tentara." Sumpah Tentara



Narasi Mo Yeon: Bahkan jika aku dalam bahaya, atau dalam ancaman, aku tak akan melanggarnya. Aku akan menjaga kedamaian, bahkan jika sebuah senjata menghunusku."



Narasi Mo yeon: Hari ini, begitu banyak Yoo Si Jin dan juga Kang Mo Yeon yang baru.



Mo Yeon berjalan, ia berhenti sebentar untuk menatap matahari.

Narasi Mo Yeon: Aku harap, mereka akan tetap menjaga sumpah itu. Atas nama bumi dan juga matahari.

Mo Yeon menelfon Shi Jin.."Sekarang!"



Mereka terbang ke Urk dan sampai di pantai kapal karam. Mo Yeon meletakkan batu diatas batu yang lebih besar.

"Kita sungguh kembali ke sini." Kata Mo Yeon.

"Aku senang sekali bisa berada di sini denganmu sekarang." Balas Mo Yeon.

"Karena kau, aku tak bisa ke sini dengan pria tampan lain."

"Pria lain?"

"Apa menurutmu aku akan ke sini sendirian? Menyia-nyiakan kecantikanku? Aku tak berani datang ke sini sendirian."


Mo Yeon kabur, Shi Jin mengejarnya. Mo Yeonmelihat kapal karam dibelakang mereka itu seperti foto X-Ray. Ngomong-ngomong soal foto X-Ray, ia jadi teringat foto Shi Jin.

Jadilah Mo Yeon menyuruh Shi Jin diam agar ia bisa mengambil gambar Shi Jin. Angle yang sempurna. Mo Yeon menjelaskan pada Shi Jin kalau ia hanya punya foto X-Ray Shi Jin dan ia sudah melihatnya ribuan kali.

"Aku tak akan memaafkanmu, bahkan jika kau merayuku begitu." Tegas Shi Jin.

"Bukannya di pantai, kita sering bermain, "Coba tangkap aku"? Tangkap aku jika kau bisa!"

"Kau akan tamat jika aku menangkapmu nanti."

Mereka akhirnya kejar-kejaran. Mo Yeonmenyuruhnya berhenti lagi, ia tanya, kapan mereka akan pulang. Shi Jin menjawab kalau perahu yang mereka tumpangi udah segeda kapal yang karam dibelkang mereka.

"Benarkah? Aku berada di pulau terpencil dengan seorang pria! Daebak!"


Malam pun tiba, mereka duduk diatas kapal. Mo Yeon minum wine, ia menawari Shi Jin, beneran gak mau minum? rasanya enak loh?

"Aku mau sih, tapi... aku harus membawa boat-nya nanti." Jawab Shi Jin.

"Kau bilang, kau tak mau pulang?"

"Hanya untuk menyenangkanmu saja. "

Mo Yeon kembali meminum wine-nya. Shi Jin melihatnya, ia bertanya, apa memang seenak itu. Mo Yeon mengiyakan.

"Sepertinya, kau sangat ingin meminumnya, ya? Ataukah kau punya cara lain untuk meminumnya lagi?" Tanya Mo Yeon.

"Tentu saja."

Mo Yeon mengaku kalau saat itu ia sangat gugup hingga mau mati rasanya. Dan Shi Jin juga merasa gugup saat ini hingga mau mati rasanya. Ada wine di pantai ini Dan juga wanita cantik. Dan juga, ada bintang jatuh seperti itu.


Shi Jin menatap bintang jatuh, diikuti Mo Yeon. Mo Yeon terkagum-kagum, sungguh cantik, baru kali ini ia bisa melihat bintang jatuh.

"Kau apakan semua bintang itu? Kenapa rasanya semua bintang bersinar terang dihadapanku?"

"Kau tak mau membuat keinginan?"

Mo Yeon sudah membuatnya. Shi Jin ertanya lagi, dengan mulut terbuka begitu. Mo Yeon tersenyum lalu ia meminta SHi Jin untuk bangkit dan mengambilkannya satu bitang.



"Aku sudah mengambil satu bintang, dan bintang itu duduk di sampingku."

Mo Yeon tersenyum lebar,,"Katakan sekali lagi."

"Kau begitu berkilauan."

"Katakan sekali lagi."

"Hidupku tiba-tiba... sangat berkilauan sekarang ini."

"Tak usah memujiku."

"Bagaimana mungkin seorang wanita sepertimu menjadi milikku?"

"Mungkin di kehidupan sebelumnya kau sudah menyelamatkan dunia. Tidak mungkin? Kau adalah tentara juga di kehidupan sebelumnya?"

Shi Jin menjawab kalau ia banyak mendapat  banyak rejeki di kehidupannya yang sekarang. Mo Yeon menebak kalau mereka mungkin juga akan bertemu dikehidupan selanjutnya karena Shi Jin telah menyelamatkan dunia saat ini.

"Ya, aku bisa mendapatkanmu setelah aku menyelamatkan sebuah negara."

"Siapa yang mau bertemu denganmu nanti?"

"Kau tak mau bertemu denganku di kehidupan selanjutnya?

"Jika aku bilang tidak, kau tak akan datang? Kau harus tetap menemuiku di kehidupan selanjutnya."

"Kau berjanji, Ya!"


Mo Yeon mengangguk, Lalu Shi Jin bertanya apa keinginan Mo yeon tadi. Mo Yeon menjawab kalau Shi Jin pasti akan terkejut. Shi Jin jadi makin penasaran

"Aku ingin, pria ini menciumku. Apa keinginanku akan terkabul?"

"Akan ada selalu jalan untuk bisa menciummu."


Dan Shi Jin mencium Mo Yeon. setelahnya ia mengatakan kalau ia mencintai Mo Yeon. Mo Yeon menjawab ia juga.

"Itu adalah pertanyaan, loh." Peringatan Shi Jin.

"Aku mencintaimu. Itu lah jawabanku."

"Aku juga."

Kiss again.


Mo Yeon mengambil uang di ATM dengan kartu di ponselnya. Chi Hoon bertanya,  Bukannya di luar negeri itu,  memberi hadiah ya? bukannya uang?

"Di semua negera, untuk pernikahan dan pemakaman tak apa untuk memberikan uang. Itu juga akan memudahkan penerim dan pemberinya." Jawab Mo Yeon.

-= Vancouver, Kanada =-

Upacara pernikahannya sudah selesai, tinggal makan-makannya. Mo Yeon mengatakan kalau pengantinnya akan segera bergabung setelah berganti pakaian.

"Yi Hwa jadi cantik saat memakai make up. Dan gaun pengantinnya unik." Kata Min Ji.

"Pemandangan di sini juga agak unik." Jawab Mo Yeon sambil mnunjuk Dae Young yang yerus memegangi buket bunga yang ditangkapnya dari pengantin wanita.


"Ah! Apa kau bisa tak kaku begini? Untuk apa kau menangkap bunga ini?" Protes Shi Jin.

Dae Young bilang, ia gak punya pilihan lain soalnya Pengantin melemparnya dengan sekuat tenaga tadi.


Myeong Ju angkat bicara, ia minta SHi Jin membiarkan dae Young saja, katanya, Dae Young masih mengingat kenangan lamanya, Pernikahan mantan pacarnya.


Chi Hoon menjadi MC untuk menutup Drama ini:

"Bukannya kalian menyukai akhir yang seperti ini? Kami mengatasi semua masalah dengan cinta, dan hidup bahagia selama-lamanya. Ending~


Tiba-tiba lampu mati. Muncullah beberapa spekulasi.

Myeong Ju: Apa waktunya untuk berciuman?

Ja Ae: Apa ini salah satu susunan acaranya?

Dr Sang Hyun: Untuk semua warga Vancouver? Wah~ pesertanya banyak sekali, ya.

Mo Yeon: Ini bukan flashback, 'kan? Kenapa situasinya jadi seperti ini?

Shi Jin: Sepertinya situasi ini bukan untuk suasana romantis.

Alaram kebakaran berbunyi, lampu kembali menyala. pelayan masuk mengabarkan kalau gunung berapinya baru saja meletus. Semua undangan panik dan pada berlarian.


Min Ji: Kenapa kita bisa sesial ini, sih?


Dae Young: Kita seharusnya makan malam sekarang. (Sambil melepas kancing lengan kemejanya)


Myeong Ju: Sudah terlambat (Lalu mengusap bibirnya)


Ja Ae: Berdiri lah. (Sambil membenarkan letak jepit rambutnya).

Dr Sang Hyun: Oke (dan menyudahi makannya)


Chi Joon: Lalu, apa kita menghentikan liburan kita sekarang? (Sambil melepas kancing kerah kemejanya)


Mo Yeon: Aku rasa ini waktunya bagiku untuk merusakmu (Bicara pada sepatunya).


Shi Jin: Aku merasa akan menulis laporan yang panjang sekali (Sambil mencopot dasinya).

Shi Jin: Ayo berangkat.

END