Baca Episode Sebelumnya Sinopsis Drama Korea Saimdang Light's Diary Episode 21
Sinopsis Drama Korea Saimdang Light's Diary Episode 22
Putra
Mahkota yang menyadari kesehatan Raja semakin hari semakin parah, meminta Lee
Gyeom untuk membuat lukisan Raja yang gagah berani. Lee Gyeom yang menerima
mandat dari Putra Mahkota sebagai kepala di bidang Kantor Seni pun mengusulkan untuk
membuat perlombaan.
Dia membuat
pengunguman untuk memperoleh pelukis terbaik di Joseon. Pengunguman itu pun
dibaca oleh putri sulung Saimdang, Mae Chang. Dia memberanikan diri untuk
mengikuti perlombaan itu dengan menyamar sebagai anak laki-laki.
Dengan
menggunakan identitas dari kakak lelakinya, Mae Chang berhasil mengikuti
perlombaan tersebut dan memperoleh nilai tertinggi pada tahap pertama. Namun,
di tengah-tengah perlombaan penyamarannya diungkap oleh seorang peserta lain.
Dia pun diusir secara paksa oleh petugas Kantor Seni.
Mendapat
perlakuan yang tidak adil, Mae Chang pun memberontak. Ketika dia diusir dari
perlombaan dia berpapasan dengan Putra Mahkota dan Lee Gyeom. Tak butuh wantu
lama untuk Lee Gyeom mengenali Mae Chang. Dia pun memperkenalkan Mae Chang
kepada Putra Mahkota. Putra Mahkota pun menanyainya dengan lembut.
Namun, Mae
Chang merasa sangat terluka dengan peraturan kerajaan yang mendiskriminasi kaum
wanita. Dia pun meninggalkan Lee Gyeom dan Putra Mahkota dalam keadaan
menangis.
Malam pun
tiba, Saimdang tak dapat menemukan Mae Chang di rumah. Tidak lama kemudian Lee
Gyeom mengirim surat untuknya. Surat tersebut menceritakan kejadian yang baru
saja terjadi pada Mae Chang.
Setelah
menerima surat tersebut, Saimdang bergegas mencari Mae Chang. Dia mencari ke
seluruh penjuru kota namun, tak dapat menemukan anak perempuannya itu. Akhirnya
dia memutuskan untuk menuju ke sebuah tempat yang sering dikunjungi Mae Chang.
Sebuah bukit
yang dipenuhi oleh bunga sakura yang sedang bermekaran. Cahaya terang menerangi
Mae Chang yang sedang menangis tersedu-sedu. Perlahan Saimdang mendekatinya dan
mengelus punggung Mae Chang.
Mae Chang
menceritakan kesedihannya kepada Saimdang. “Mae Chang, sekarang malam akan
terasa lebih panjang. Namun, ketika kamu mempunyai seorang putri, dan dia juga
mempunyai putri, dan putrid lagi, kamu akan dapat menjadi mentari yang menyinari
lebih lama,” Saimdang berusaha menenangkan emosi Mae Chang.
Keesokan
harinya, sayembara untuk menemukan pelukis Raja kembali digelar. Kali ini, para
seniman hanya dituntut untuk menyerahkan tiga lukisan terbaiknya. Mendengar
pengunguman tersebut, Saimdang tergerak untuk ikut sayembara tersebut.
Dia membawa
tiga lukisan terbaiknya ke Kantor Seni segera mungkin. Tak lama kemudian,
lukisannya mendapat suara terbanyak, dan otomatis terpilih sebagai pemenang.
Namun, para
pejabat kerajaan menolak untuk menerima Saimdang sebagai pemenang. Mereka
berpendapat memperkejakan wanita di kerajaan merupakan melanggar peraturan.
Tetapi, Lee Gyeom berusaha meyakinkan Putra Mahkota dan berhasil memperoleh
dukungan dari Putra Mahkota.
Keesokan
harinya, Saimdang mendapat titah untuk melukis Raja langsung dari Lee Gyeom.
“Apa kamu senang saat ini? Tapi ini mungkin akan menjadi sulit sejak saat ini,”
Lee Gyeom berbincang-bincang dengan Saimdang seusai memberikan titah.
Rintangan
demi rintangan muncul di hadapan Saimdang. Mulai dari beberapa pejabat yang
berusaha mendatangi Raja yang sedang sakit hingga para cendikia yang berdemo di
depan Kantor Seni. Tetapi, itu semua tidak menyurutkan semangat Saimdang.
Dia tetap
maju untuk melukis Raja. Di sebuah ruangan tempat sketsa Raja dibuat, Saimdang
merasa sangat gugup menatap Raja. Sedangkan Raja yang mengetahui jika Saimdang
adalah anak kedua dari pejabat Shin mulai bersikap ketus.
“Apakah kau
adalah anak dari pejabat Shin? Ayahmu adalah pejabat yang baik,” Raja masih
belum melupakan kejadian 20 tahun yang lalu. “Dibandingkan sekarang, apa yang
kau lihat dari diriku saat ini,” Raja beruaha menguji Saimdang.
“Saat ini
Yang Mulia terlihat sangat khawatir,” Saimdang menjawab dengan sangat
hati-hati. “Jadi apakah kau ingin melukis Raja yang penuh kecemasan?,” Raja
terlihat sangat sensitive dengan kata-kata Saimdang.
“Maaf Yang
Mulia, saya akan melukis Raja yang berasal dari jiwanya yang bijaksana,”
Saimdang berusaha menenangkan Raja. Setelah melalui percakapan yang dingin,
akhirnya Raja bersedia wajahnya dilukis oleh Saimdang. Meskipun, masih ada
sedikit kekhawatiran dalam diri Raja akan Saimdang dan permasalahan 20 tahun
yang lalu.
Apakah Saimdang berhasil menyelesaikan tugas
untuk melukis Raja dengan baik? Apakah yang akan dilakukan Raja untuk mengatasi
kekhawatirannya akan Saimdang? Temukan
jawabannya di sinopsis episode selanjutnya ya…
Baca Episode Selanjutnya Sinopsis Drama Korea Saimdang Light's Diary Episode 23