
Baca Episode Sebelumnya Sinopsis Drama Korea Chicago Typewriter Episode 2 Part 1
Sinopsis Drama Korea Chicago Typewriter Episode 2 Part 2
Se Joo dan
Seol duduk di meja makan. Mereka nampak menikmatinya. Tiba-tiba mereka saling
bertatapan, mereka kaget karna tiba-tiba bumi sedang bergoncang. Mereka
terlihat seperti pada bingung dan ketakutan dengan keadaan.
“Apa?”
bingung Se Joo.
Tiba-tiba
rumah terasa bergetar hebat, Se Joo dan Seol ketakutan dan bergegas sembunyi
dibawah kolong meja. Keduanya melindungi kepala mereka menggunakan selimut. Se
Joo merasa sesak dengan adanya Seol, pergi menjauh sana! Seol membetak tidak
terima dengan keegoisan Se Joo.
“Sepertinya
saat seseorang berada di ujung kematian, tidak ada hal apapun yang dia
takutkan.” Kesal Se Joo.
“Aku merasa
takut kok!”
Meskipun
dalam rumah Se Joo terjadi gempa besar. Namun diluar rumahnya, orang-orang
tampak biasa-biasa saja dan tak mengalami gempa yang sama. Tidak lama kemudian,
gempa dalam rumah Se Joo berhenti. Seol dan Se Joo hendak keluar dari kolong
meja. Mata pria dalam lukisan tampak bergerak dan bibirnya menunjukkan senyum
licik. Tepat saat itu juga, lampu dirumah Se Joo menjadi padam.
Se Joo dan
Seol kembali bersembunyi ke kolong meja. Seol menggunakan kesempatan itu untuk
menempelnya. Se Joo menyuruhnya jangan menatap begitu, mengingatkan pada Misery
dan membuatnya takut. Iseng, Seol malah mengeluarkan senter dari sakunya
kemudian menyinari wajahnya sendiri hingga tampak mengerikan. Se Joo sampai
berjingkat ketakutan karena ulahnya, jangan lakukan itu!
Seol terdiam
memandang ke jendela yang tampak terkena pancaran sinar bulan, ia tersenyum
karenanya. Se Joo tertegun menatap senyuman Seol, sebelumnya dia mengatakan
pernah bertemu dengannya? Kapan? Sudah sangat lama?
Mendapatkan
pertanyaan tiba-tiba membuat Seol gelagapan untuk menjawab. Namun saat ingin
mengatakan sesuatu, ucapannya terpotong karena kedatangan CEO Gal. Dia
berteriak-teriak keheranan karena lampu dirumah Se Joo semuanya padam. Ia pun
menghampiri saklarnya dan menyalakan lampunya dengan segera.
Se Joo
memperingatkan Seol supaya buru-buru meninggalkan rumahnya dengan cara apapun.
Jangan sampai ketahuan oleh CEO Gal atau semuanya akan menjadi runyam.
Sebaiknya dia sudah meninggalkan ruangannya saat ia kembali kesana. Seol
mendengus sebal dengan kepergian Se Joo, apa-apaan ini, padahal barusan baru
saja adegan romantis.
CEO Gal
mewek melihat pergelangan tangan Se Joo terluka. Se Joo menanggapi dingin,
karena memang tangannya tidak apa-apa. Lagipula buat apa dia buru-buru kemari
padahal baru saja ada gempa. CEO Gal mengernyit heran, gempa? Uwaa.. dia makin
mewek mengira Se Joo mengalami trauma. Dia pun bergegas untuk menelepon
dokternya.
Dia
mewanti-wanti Se Joo untuk menangani gadis yang mendengarkan percakapannya.
Takutnya nanti dia bicara omong kosong dimana-mana supaya terlihat keren. Se
Joo enggan, memangnya mereka harus selalu menyumpal mulut seseorang menggunakan
uang dan merilis wawancara mereka sendiri?
CEO Gal
tetap khawatir kalau rumor novelnya membuat oranglain bertindak kriminal
menyebar. Bukan hanya penjualan tapi reputasinya juga akan hancur. Kenapa malah
novelnya yang disalahkan? Se Joo pikir orang itu cuma punya kepercayaan diri
yang rendah hingga memutuskan bertindak begitu.
Semua orang
juga akan tahu kalau Se Joo tidak salah, tapi dia punya saingan yang ingin
menjatuhkannya. Tetap saja akan ada yang menyalahkannya dan membicarakan
keburukannya. Kalau Se Joo tidak mau bicara dengan wanita itu, maka CEO Gal
yang akan bicara sendiri dengannya. Katakan dimana dia sekarang?
Saat
keduanya sibuk berdebat, Seol menggunakan kesempatan itu untuk kabur. Tak lama
kemudian, terdengar suara teriakan wanita. CEO Gal mendengar suaranya, suara
apa itu? Se Joo membentaknya mengatakan dia tidak mendengar suara apapun.
Seol duduk
merengut dengan rambut berantakan setelah jatuh dari jendela, “Hari ini, aku
belajar bahwa menjadi penggemarpun, sama sekali bukan hal yang mudah.”
Esok
harinya, berita tentang penggemar yang menerobos masuk ke rumah Se Joo pun
tersebar. Setelah mengetahui identitas pria penyusup itu, polisi mengetahui
jika dia adalah seorang pembunuh yang sangat terobsesi dengan tulisan Han Se
Joo. Pelaku sangat terpengaruh pada
tulisan Penulis Han dan meniru kejahatan dalam novel untuk setiap tindakan
kriminalnya.
Nyonya Jo
Kyung Sook menonton berita itu dengan senyum remeh. Dia menyapa Tae Min yang
kembali ke rumah, apakah barangnya ada yang ketinggalan? Tae Min akan mengambil
berkas bahan mengajarnya yang tertinggal. Nyonya Jo membahas tentang Se Joo
yang tidak henti-hentinya membuat masalah.
Dia membuat
pria polos menjadi orang gila, sekarang dia malah menciptakan pembunuh.
Sepertinya dia memang terlahir seperti itu. Tae Min membela, itu bukan salah Se
Joo dan novelnya. Tetap saja, Nyonya Jo menganggap jika apa yang ditulis Se Joo
terus membuat masalah lagi dan lagi. Dia tidak pantas disebut penulis.
Tuan Baek
sedang membaca berita kasus penggemar Se Joo. Ia buru-buru menutup laptopnya
saat Nyonya Jo datang. Nyonya Jo segera mengungkit kasus itu, dia yakin jika
Tuan Baek tengah merasa bersalah saat ini, anaknya masuk berita. Anak yang
mana? Tuan Baek pikir anaknya cuma Tae Min.
“Aku sedang
bicara soal Se Ju.”
Tuan Baek
tidak ingin debat, mereka bahkan sudah melakukan tes DNA. Nyonya Jo tidak yakin
karena hasilnya masih bisa dimanipulasi kalau dia menginginkannya. Tuan Baek
hampir kelepasan, tapi dia coba menahan emosinya, Se Joo sudah meninggalkan
rumah mereka sepuluh tahun lalu. Nyonya Jo masih tidak terima, kenapa juga anak
itu membangun rumah besarnya disekitar sana? Jangan-jangan mereka berdua masih
bertemu tanpa sepengetahuannya.
“Kaulah yang
terobsesi pada Se Ju, bukan aku. Tae Min dan Se Ra jadi begini karena kau.”
Nyonya Jo
tidak terima disalahkan. Tuan Baek menyuruhnya supaya berhenti dan meminum
obatnya. Nyonya Jo melempar buku Tuan Baek dan menjerit kesal, “Kenapa tidak
kau kurung saja aku di rumah sakit jiwa?”
Saat keluar
dari ruang kerjanya, Tuan Baek berpapasan dengan Tae Min. Tae Min
memberitahukan jika ia akan pindah satu perusahaan dengan Se Joo. Penerbitan
Golden Bear ingin menerbitkan ulang bukunya yang berjudul Takdir. Ia
menyetujuinya dan akan menerbitkan beberapa karyanya yang lain. Mereka ingin
mewawancarainya dan ayah bersama-sama.
“Penulis
Baek.” Tegur Tuan Baek. Tae Min pun langsung berhenti membahasnya dan pamit
berangkat kerja.
Se Joo
melanjutkan pekerjaannya namun setiap kali ingin mengetik, bayangan akan
senyuman Seol mengingatkannya pada sosok Yoo Soo Yeon (Seol Masa Lalu). Ia
berusaha melenyapkan bayangan itu namun tetap saja ia tidak bisa berkosentrasi.
Ditambah lagi, telinganya yang sensitif bisa mendengar suara hewan memamah
rumput.
Dia menyuruh
pekerja yang ada dirumahnya untuk melepaskan rusa-rusa peliharaannya. Tukang
kebunnya menolak, mereka tidak bisa melepaskannya begitu saja. Tidak perduli,
mau dilepaskan digunung atau menjualnya, pokoknya dia ingin supaya rusa itu
pergi dari halaman rumahnya. Dia tidak bisa menulis karena mereka berisik.
Se Joo coba
menenangkan emosinya untuk kembali menggarap pekerjaan. Namun ketukan pintu
seseorang membuatnya harus berhenti. Nona Kang memberitahukan kalau Reporter
Son baru saja mendapatkan berita tentangnya. Reporter Han? Se Joo mengenalinya
sebagai reporter yang mirip gelandangan. Pasti isinya seperti novel yang
menyedihkan.
Nona Kang
berbelit-belit dalam menjelaskan sampai akhirnya Se Joo jengah, persingkat saja
penjelasannya. Nona Kang membaca berita yang ditulis Reporter Son,
"Menurut si informan, Tuan Jo, si pelaku, mengirimkan surat pada Penulis
Han setiap hari selama 3 tahun. Di situ disebutkan bahwa Penulis Han memplagiat
isinya. Kalau informasi ini benar, Penulis Han secara adat dan sosial harus
bertanggung jawab..”
Dikantor,
CEO Gal kewalahan mengklarifikasi telepon dari para Reporter yang ingin
mengetahui kebenarannya. Dia meyakinkan jika pihaknya tidak menerima surat
seperti apa yang dituduhkan mereka.
Se Joo
datang ke kantor untuk memastikan kebenaran tentang surat itu. CEO Gal sunggu
emosi tapi dia sendiri tak bisa memastikannya, karena mereka mendapatkan banyak
surat setiap harinya. Kalau kelihatannya tidak masuk akal maka dia akan
memusnahkan suratnya.
CEO Gal
makin frustasi karena kasus ini tidak sederhana, apalagi mereka menuduhkan jika
Se Joo berhubungan langsung dengan kriminal itu. Secara tidak langsung, mereka
mengatakan jika Se Joo terlibat dalam kasus kriminal yang dlakukan pelaku.
Reporter Son pasti dengan senang hati akan meniup beritanya agar apinya makin
besar. Tapi siapa sebenarnya informan rahasia mereka?
Surat yang
mereka sebutkan belum pernah dibocorkan ke media. Seolah informannya mendengar
omongan pelaku secara langsung. Ah.. CEO Gal terperangah mengingat wanita yang
membantu Se Joo ditempat kejadian. Tak banyak kata, Se Joo bergegas pergi. CEO
Gal masih nyerocos kesal karena dia kemarin tidak mendengarkan sarannya, sudah
dibilang untuk menyumpal mulut wanita itu.
Saat dalam
perjalanan keluar, Se Joo tidak sengaja mendengar gosip karyawan kantor. Mereka
meyakini jika rumor yang tersebar memang nyata, apalagi mereka semua tahu kalau
CEO Gal bisa melakukan apapun demi uang. Selain itu, ada kabar juga yang
menyatakan jika Se Joo punya 4 ghost writer untuk membantunya. Wah, benar saja
dia bisa sangat produktif dalam membuat ceritanya.
“Benar-benar
cerita yang fantastis. Apa kau barusan bilang ghost writer? Aku sangat
menghargai ide ceritanya.” Sindir Se Joo menghampiri mereka “Omong-omong, buat
saja hak cipta ceritamu itu sekarang. Jangan mengungkit-ungkitnya lagi, nanti
ya.”
Seol datang
ke klinik, dia ingin memasang selebaran anjing kemarin yang tiba-tiba
menghilang entah kemana. Temannya Seol berharap kalau anjing itu sudah
menemukan pemilik baru, bukannya karena menghilang.
“Seol-ah?”
“Ya.” Jawab
Seol reflek.
Situasi jadi
canggung karena orang yang memanggil Seol adalah Tae Min dan ia tidak mengenali
Seol. Seol yang dimaksudnya adalah nama kucing peliharaannya, nama kucingnya
adalah Baek Seol. Ah.. Seol mengenalkan dirinya sebagai Jeon Seol.
“Nama yang
cantik.” Puji Tae Min.
Setelah
mendapatkan kucingnya, Tae Min langsung pergi. Seol terus menatapnya, dia
mengenalnya sebagai penulis Baek. Teman Seol membenarkan, dia adalah pelanggan
di kliniknya.
Dikejauhan,
Tae Min terlihat sedang kesulitan untuk mengeluarkan mobilnya dari tempat
parkir. Seol menghampirinya untuk menawarkan bantuan. Ia menunjukkan kartu
namanya, ia berasal dari agen jasa yang menerima pekerjaan apapun. Apa dia mau
menggunakan jasanya?
Seol sudah
bersiap menggunakan pengeras suara. “Kami sedang mencari pemilik mobil yang
memarkirkan mobil hitamnya sembarangan di depan sebuah rumah sakit hewan.” Tak
lama kemudian, seorang Ahjussi melongok dari jendela gedung. Dia meminta maaf
telah menghalangi mobil orang lain.
Tae Min
mengucapkan terimakasih, lalu berapa dia harus membayar jasanya? Seol tidak
meminta bayaran, tapi sebagai gantinya dia ingin tanda tangan Tae Min. Novelnya
yang berjudul Takdir sangat menginspirasi. Novel itu masuk jajaran 5 besar
novel kesukaannya.
Ekspresi Tae
Min berubah serius, sepertinya dia tidak suka novelnya selanjutnya. Seol diam
tak bisa mengelak. Tae Min tertawa, sepertinya Seol tidak bisa berbohong.
Ponsel Seol
berdering menerima telepon dari seseorang. Seketika dia berubah girang mengetahui
jika orang yang meneleponnya adalah Se Joo. Sedangkan Tae Min yang masih
berdiri dibelakangnya bisa mendengar ucapan Seol yang mengebutkan nama Se Joo.
Seol
berjalan dengan hati riang menuju ke tempat janjiannya, dia sudah berdandan
dengan cantik. Namun tak disangka, Se Joo malah membawanya ke tempat latihan
tinju. Seol kebingungan, selera kencannya sungguh aneh yah? Se Joo menatapnya
serius, siapa yang mengatakan kalau mereka kencan? To the point, dia tanya
apakah Seol yang sudah memberitahukan pada wartawan tentang apa yang ia
bicarakan dengan pria itu?
Apa Se Joo
masih belum mempercayainya? Seol meyakinkan jika dia tidak melakukannya.
Baiklah, jadi Seol tidak melakukannya. Bagi Se Joo itu lebih baik, setidaknya
Seol tidak menggunakan anjing sebagai alasan.
Kau sekarang
tidak percaya padaku, 'kan?” marah Seol.
“Apa barusan
kau bicara informal padaku?”
“Kau saja
bisa bicara begitu. Kenapa aku tidak boleh? Menurutmu kenapa aku harus
melakukan itu? Mari kita dengarkan alasan apa yang membuatmu berpikir begitu.”
Se Joo
tertawa sinis menanggapi tuntutan Seol supaya dia memberikan penjelasan.
Alasannya simple, karena malam itu yang mendengar pembicaraannya hanya Seol,
pria itu dan dirinya. Sedangkan pria itu masih tutup mulut tentang kasus ini.
Jadi kemungkinan terbesar yang menyebarkannya adalah Seol.
Kalau
begitu, apa yang harus Seol lakukan supaya Se Joo mau mempercayainya. Se Joo
tidak akan mempercayai Seol, dia tidak akan mempercayai seseorang yang
bersandiwara polos kemudian menusuknya dari belakang. Seol makin meradang, lalu
kenapa juga dia bertanya padanya padahal dia tidak mau mempercayainya?
Kalau Seol
mengaku bersalah maka Se Joo akan memaafkannya dan melepasnya. Tapi kalau
memang tidak, ya tidak usah cemas, dia tidak akan meminta pertanggung
jawabannya secara resmi. Ia juga salah karena tidak menyumpal mulutnya sejak
awal. Tapi dia tidak akan memaafkannya dua kali.
Yak! Han Se
Joo! sentak Seol. Kenapa dia selalu bertindak sok hebat? Sudah ia bilang
sebelumnya, dia adalah penggemarnya tapi dia malah mengecapnya sebagai
penguntit. Dia menyelamatkannya tapi tidak mendapatkan ucapan terimakasih. Se
Joo menekankan sekali lagi kalau Seol tidak menyelamatkannya. Jangan lebay!
“Kau kira
kau akan selamanya jadi orang sukses? Aku tahu kalau suatu saat nanti kau akan
berakhir! Akan tiba masanya kau memerlukan bantuan seseorang. Saat waktunya
tiba, lihatlah sekelilingmu. Aku yakin tidak akan ada orang yang sudi
menolongmu.”
“Maafkan
aku. Tapi aku tidak akan berakhir, dan aku tidak akan membuat keadaan yang
menyebabkan aku harus butuh orang lain.”
Seol menarik
tubuh Se Joo kemudian membantingnya, “Aku harusnya tidak menyelamatkanmu. Kalau
sesuatu yang sama terjadi lagi, aku akan membiarkanmu mati. Aku tidak akan
menolongmu.”
Kecewa
mengetahui watak menyebalkan Se Joo, Seol pulang sambil mengusap air matanya.
Se Joo sudah berubah dan tidak sama lagi dengan 10 tahun yang lalu. Ia pun
mengucapkan perpisahannya sebagai seorang penggemar.
Bang Jin
sedang menceramahi Dae Han agar dia berhenti mengharapkan Seol. Meskipun
menerima perasaannya, dia lebih mementingkan Han Se Joo daripada Dae Han. Saat
kencan romantis, mungkin Seol bisa tiba-tiba pergi ke tempat jumpa fans Han Se
Joo. Dae Han memastikan bisa mengatasi hal itu, dia cuma punya satu wanita
dalam hatinya. Bang Jin menyuruhnya berhenti, sekarang sudah semakin berat
apalagi Seol sudah masuk ke kamarnya Se Joo.
Dae Han
melotot kaget. Seol masuk kesana, dia meralat kalau dia tidur di kamar tamu
rumahnya, bukan dikamarnya. Melihat Seol membawa ransel, Dae Han tanya kemana
dia mau pergi? Seol ingin mencari udara segar. Ia patah hati karena baru tahu
kalau idolanya hanya sekedar idola. Ia memutuskan mengakhiri karir 10 tahunnya
sebagai penggemar.
Bang Jin
kontan cemberut, dia baru saja ingin meminta bantuannya untuk menyampaikan
naskahnya pada Penulis Han. Sedangkan Dae Han malah semangat, dia
mempersembahkan sebuah lagu untuk merayakannya.
Disisi lain,
Se Joo datang ke kantor polisi untuk menemui Tuan Jo, pelaku. Tuan Jo kelihatan senang dengan
kedatangannya, tapi dia minta maaf karena kakaknya mungkin sudah menceritakan
hal ini pada wartawan. Kontan Se Joo sadar jika Seol memang bukan orang yang
membocorkan berita ini.
“Dunia pasti
sedang kacau sekarang karena mereka semua sudah tahu hubungan kita.”
“Hubungan
kita? Hubungan apa yang kau maksud?”
Tuan Jo
dengan bangga mengklaim jika Se Joo mendapatkan inspirasi novelnya dengan
menggunakan kisah pembunuhannya dan Tuan Jo mendapatkan inspirasi dari novel Se
Joo. Se Joo memastikan kalau dia tidak pernah membaca surat yang dikirimkan
Tuan Jo. Dia pun tidak menggunakannya sebagai inspirasi.
Tuan Jo
tidak masalah kalau Se Joo tidak mau mengakuinya. Tapi saat pertama kali
bertemu dengannya, dia merasa mereka mirip. Ia coba melakukan riset tentang Se
Joo, tidak banyak hal yang ditemukannya. Yang dia tahu, sejak umur 10 tahun, Se
Joo ditelantarkan keluarganya. Wali pertamanya adalah keluarganya, mereka
mengambil warisan Se Joo kemudian kabur ke luar negeri.
Kemudian dia
tinggal bersama Tuan Baek selama 5 tahun dan ditelantarkan lagi. Mereka berdua
sama-sama ditelantarkan, selalu cemas suatu saat harus ditelantarkan lagi.
Mereka berdua penuh rasa takut, dan sulit mempercayai orang lain. Karena itulah
ia berpikir Se Joo pasti bisa memahaminya.
Se Joo tidak
mau disamakan, Tuan Jo hanyalah pembunuh dan penguntit. Dia membunuh adalah
salahnya sendiri. Dia membunuh untuk mencari perhatian. Merasa putus asa dengan
kehidupan menyedihkannya. Dia membunuh untuk meluapkan amarahnya. Dewa
inspirasi? Ngawur. Mereka berdua tidak-lah sama.
“Kau mau
mengkhianatiku? Kau sekarang menolakku.. dan pura-pura tidak merasa sama
denganku? Novelmu dan tulisanmu sudah membunuhku.” Ronta Tuan Jo.
Polisi yang
mengawasi jalannya percakapan mereka segera datang untuk menjagal Tuan Jo. Tuan
Jo menyumpahi Se Joo, dia harus merasakan hal yang sama dengannya. Kenapa dia
tidak coba mencicipi kematian dengan tulisannya?
Sepulangnya
dari kantor polisi, Se Joo meminta Nona Kang mencari alamat Seol. Dia pun
segera meluncur ke rumahnya. Namun saat menelepon nomornya, ponsel Seol
ditinggal di rumah dan Bang Wool yang mengangkatnya. Bang Wool keluar rumah,
dia memberitahukan jika Seol sedang pergi. Dia selalu pergi entah kemana kalau
pikirannya sedang kalut.
“Siapa
anda?”
“Aku? Aku
adalah Peri Wang Bang Wool.”
“Jadi kau
orang yang punya kemampuan..” Se Joo menatap papan nama disana, sepertinya Bang
Wool adalah dukun.
Se Joo
mengerti, dia pun pamit pergi. Bang Wool masih terus menatapnya, “Aku bisa
melihat kau sedang dalam keadaan mental yang tidak stabil. Kematian, kemarahan,
delusi, kecemasan, rasa takut, amarah dan obsesi. Kau memiliki semua energi
buruk dalam dirimu. Bahkan ada sebuah rumor yang mengatakan hidupmu sangat
dekat dengan kematian. Kau mungkin sering bertemu dengan orang-orang tapi kau
tidak bisa membedakan yang jahat dan yang baik. Dalam waktu dekat, kau akan
bertemu dengan dua orang spesial. Berusahalah dengan keras. Hanya dengan itu
kau bisa bertahan.” Ramalnya.
Malam
harinya, Se Joo ingin mengetik sesuatu namun ancaman Tuan Jo terus terngiang
dalam kepalanya. Dia tidak bisa mengetik apapun sampai frustasi sendiri.
Ia pun
terbangun keesokan harinya. Belum apa-apa, dia sudah menerima telepon dari CEO
Gal yang menyuruhnya tidak menonton TV dan keluar rumah.
Jelas saja
ucapan CEO Gal membuat Se Joo makin penasaran. Dia pun menonton acara berita,
dalam acara itu, mereka mewartakan kematian dari Tuan Jo. Dia mati bunuh diri
dan meninggalkan tiga lembar surat wasiat yang menuliskan kemarahannya.
Se Joo
bergegas keluar rumah untuk mengecek sesuatu. Tapi didepan pintu gerbangnya
sudah banyak wartawan yang menanti. Mereka langsung mengerubunginya, mereka
tanya apakh Se Joo merasa bersalah akan kematian Tuan Jo? Apa benar jika dia
memanfaatkannya untuk kepentingannya sendiri? Se Joo berdiam, kembali ingat
dengan sumpah Tuan Jo yang menginginkan dia untuk mencicipi rasanya kematian
menggunakan tulisannya.
[Satu
Bulan Kemudian]
CEO Gal
tengah berjalan santai di kantornya, tapi dia buru-buru kabur saat melihat
Reporter Son datang kesana. Namun sayangnya Reporter Son sudah mengenalinya
lebih dulu, dia cuma ingin tahu kebenaran kabar yang menyebutkan Penulis Han
menghilang.
CEO Gal
mengelak, tidak menghilang melainkan tengah menyendiri untuk mendapatkan inspirasi.
Dia sibuk menyiapkan novel barunya, ia sendiri jarang bertemu Penulis Han saat
ini.
Ditengah
pembicaraan mereka, CEO Gal mendapatkan telepon dari seseorang yang tidak lain
adalah Se Joo. Dia bergegas menemui Se Joo dirumahnya. Se Joo memberitahukan
kalau dokter bilang ia mengalami PTSD (gangguan panik). Katanya dia akan
membaik kalau bersantai.
Bukannya
mengizinkan Se Joo beristirahat, CEO Gal malah menarik Se Joo menuju ruang
kerjanya. Dia memaksa Se Joo untuk mengerjakan novel barunya. Se Joo
mengempaskan tangan CEO Gal yang memaksanya mengetik, memangnya dia bisa
menuliskan untuknya. Kalau tidak bisa, tutup saja mulutnya!
Apa kau
sungguh-sungguh? Tanya CEO Gal serius. Mereka sudah satu bulan tidak
mengeluarkan apapun. Mereka juga sudah membatalkan beberapa event dan
wawancara, ia sadar jika Se Joo adalah manusia yang bisa lelah. Tapi kehilangan
proyek 10 juta dollar juga bukan hal yang masuk akal. Jadi izinkanlah dia
menggunakan nama Se Joo dan menggunakan ghost writer.
CEO Gal
membujuknya, mereka melakukan ini hanya sampai Se Joo pulih dari
keterpurukannya. Dia akan memastikan orang itu tutup mulut. Mereka tidak
membutuhkannya, tapi membutuhkan namanya yang punya daya jual.
Se Joo
meradang mendengar ucapan CEO Gal yang merendahkannya sebagai seorang penulis.
Dia akan menyelesaikan tulisannya sebelum tenggat waktu. Jadi dia menyuruh CEO
Gal meninggalkan ruangannya sekarang juga!
Se Joo
mencoba untuk mulai menulis. Namun lagi-lagi dia gemetaran dan tak tahu apa
yang akan ditulisnya. Semakin lama, dia semakin frustasi dengan pikirannya yang
serasa menemui jalan buntu. Dia membanting laptopnya dengan marah dan
menjatuhkan semua benda di mejanya.
Disisi lain,
CEO Gal melakukan pertemuan dengan seorang ghost writer bernama Penulis Yoo.
Se Joo
tertidur di sofa-nya, ia kembali mendapat penglihatan masa lalunya melalui
mimpi. Dirinya di masa lalu tengah berada disebuah bar. Bukannya berjoget
menikmati suasana bar, Se Joo sibuk dengan mesin ketiknya. Yoo Jin Oh (masa
lalu) menghampirinya, dia memuji kemampuan menari Su Yeon.
Ia pun
mengajak Se Joo untuk menari bersama. Se Joo cuma tersenyum menatap Su Yeon,
besok adalah masa tenggatnya jadi dia akan fokus menulis. Jin Oh membujuk,
“Carpe Diem, fokuslah pada masa kini.”
Tak bisa
menolak lagi, Se Joo bergabung bersama Jin Oh untuk menari dengan Su Yeon.
Tidur
nyenyak terganggu dengan suara deringan ponselnya. CEO Gal kembali meneleponnya
untuk mempertanyakan naskah baru Se Joo. Se Joo lelah menjelaskannya, lagipula
masih ada sisa tenggat waktu. CEO Gal dengan hati-hati mengungkit tentang Ghost
Writer yang dibicarakannya.. belum apa-apa, Se Joo sudah memotong ucapannya dan
berjanji akan memberikan naskahnya sesuai tenggat waktu.
Se Joo
memungut laptop yang ia banting, tapi laptop itu sudah pecah. Teringat akan
mesin ketiknya, ia pun berniat untuk menggunakan mesin ketik tua itu. Namun
saat ia menyentuhnya, ia mendapatkan penglihatan tentang masa lalunya lagi.
Dimana dia, Su Yeon dan Jin Oh meninggalkan bar sambil menyanyi riang.
Se Joo kebingungan,
apa yang barusan ia lihat? Apa dia melihatnya karena efek obat penenang? Atau
barusan adalah bayangannya tentang novel barunya? Se Joo menggeleng
mengenyahkan pikiran ngawurnya.
Dia berusaha
untuk mengetik, namun jarinya kembali bergetar kuat. Se Joo sama sekali tidak
bisa berkosentrasi. Se Joo mengambil rokoknya untuk menghilangkan rasa
cemasnya. Ia pun memungut korek api yang terjatuh dilantai, awalnya dia sama
sekali tidak menaruk perhatian pada koreknya.
Tapi ketika
ia melihatnya ulang, Carpe Diem, itu korek api yang ia gunakan dalam mimpinya
atau dalam kehidupan masa lalunya. Se Joo ketakutan meninggalkan ruangannya.
Tidak lama
kemudian, Se Joo sudah mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi ditengah
guyuran hujan lebat. Ia mengumpati dirinya sendiri, apa ia sudah gila? Tapi
mungkin mati lebih baik baginya, penulis yang tak bisa menulis tidak ada
gunanya. Se Joo konflik batin, satu sisi dia menginginkan kematian namun satu
sisi dia tidak mau.
Ditikungan,
seekor rusa menyebrang jalan. Mobil Se Joo yang melaju kencang tidak bisa
menghentikan lajunya. Ia pun berusaha menghindar dan menabrak pembatas jalan.
Mobilnya terbang menuju tepian curam. Mobil Se Joo pun terbalik.
Dirumah Se
Joo, seorang pria berkaki jenjang tampak memasuki ruang kerja Se Joo yang
berantakan. Pria itu duduk di kursi Se Joo dan mulai mengetik sesuatu.
Seorang
misterius menggunakan mantel hujan dengan menyeret sekop menghampiri mobil Se
Joo. Se Joo tersadar dan meminta bantuan orang itu. Orang misterius itu
melongok mobil Se Joo yang terbalik sambil menunjukkan senyumnya. Se Joo
melotot kaget mengetahui orang itu adalah Seol. Ia ingat ucapan Seol yang
berkata tak akan mau membantunya lagi.
Seol mengangkat sekopnya tinggi.. Se Joo memekik
ketakutan.
Baca Episode Selanjutnya Sinopsis Drama Korea Chicago Typewriter Episode 3