Sinopsista.Com - Sinopsis Drama Korea My Golden Life Episode 2 Part 1
Baca Episode Sebelumnya Sinopsis Drama Korea My Golden Life Episode 1
Sinopsis Drama Korea My Golden Life Episode 2 Part 1
#Flash
back
Nyonya No
baru saja sadar dari siuman setelah koma pasca insiden kecelakaan. Presdir Choi
berada di sampingnya, tahu kalo Nyonya No sadar, ia langsung menanyakan soal
Eun Seok.
Setelah
itu, kita melihat Presdir Choi dan Nyonya No sudah berada di ruangan Kepala
Polisi. Kepala polisi menyerahkan butiran payet dari jepitannya Eun Seok dan
berkata, seseorang menjual jepitan rambut itu sehari setelah Eun Seok
menghilang. Sontak saja, Presdir Choi dan Nyonya No kaget.
Flashback
end…
Nyonya No
jatuh pingsan setelah melihat foto jepit rambut Eun Seok yang dikirim oleh
seseorang.
Sementara
itu, Ji An mengomentari pakaian yang digunakan Ji Soo terlalu girly.
Menurutnya, si Mr. Sun bisa langsung tahu tujuan kedatangan Ji Soo kalau baju
Ji Soo girly seperti itu. Ji Soo pun langsung menukar pakaiannya.
Ji An
lantas menghadap ke cermin. Ia mendesah tegang karena hari itu adalah hari
dimana ia akan diangkat menjadi pegawai tetap atau tidak. Ji Soo pun
menyemangati eonni nya dengan mengatakan bahwa posisi itu sudah menjadi milik
sang kakak seperti yang dikatakan sang kakak sebelumnya. Ji Soo kemudian
bertanya, apa Ji An gugup?
“Sedikit.”
Jawab Ji An.
“Aku juga.
Ini hari besar bagi kita berdua. Bagaimana jika dia menolakku?” ucap Ji Soo.
“Kau yakin
dia akan datang ke acara pembukaan?” tanya Ji An.
“Tentu
saja. Dia mengurus dekorasinya. Aku juga sudah menanyai pekerja konstruksi. Dia
akan datang.” jawab Ji Soo.
“Semoga
berhasil. Pastikan kau tidak terdengar gugup.” Ucap Ji An.
Ji An
lantas menawarkan dirinya berpura2 menjadi Mr. Sun dan menyuruh Ji Soo latihan
agar tidak gugup saat menyatakan perasaan pada Mr. Sun. Ji Soo pun tertawa saat
sang kakak menirukan suara Mr. Sun nya.
Nyonya
Yang heran sendiri melihat suaminya memasukkan satu kemeja lagi ke dalam tas,
padahal Tuan Seo sudah memasukkan 3 kemeja. Nyonya Yang kemudian menanyakan
seragam Tuan Seo. Tuan Seo gugup, ia berkata seragamnya sudah ada di kantor
cabangnya di Daejeon.
“Jangan
membuat dirimu menderita karena membantu urusan orang lain. Kau tidak lagi
muda.” Ucap Nyonya Yang.
Nyonya
Yang lalu menyuruh suaminya meminta saran bisnis dari suami Hae Ja. Tapi Tuan
Seo tidak mau karena ingin berusaha sendiri, tapi ia terlalu tua untuk itu.
Nyonya Yang bilang, usia Tuan Seo tidak menjadi masalah, yang harus mereka
pikirkan adalah usia anak2 mereka.
“Kita
harus membantu saat mereka akan menikah. Orang-orang bilang zaman sekarang
sudah berbeda. Tapi kebanyakan pria masih harus menyiapkan tempat tinggal.”
Ucap Nyonya Yang.
Tuan Seo
pun membenarkan perkataan istrinya.
“Putra
kita dua.” Ucap Nyonya Yang.
“Ji Ho
masih muda dan Ji Tae sudah bekerja selama beberapa tahun. Mungkin dia tidak
akan membutuhkan bantuan kita.” jawab Tuan Seo.
Pembicaraan
itu pun akhirnya terhenti karena Ji Soo membuka pintu kamar mereka dan mengajak
sang ayah berangkat bersama.
Mereka
berlima pun jalan bersama. Tuan Seo minta maaf pada Ji An karena dirinya tidak
akan ada di rumah saat Ji An diterima sebagai pegawai tetap. Ji Ho menyuruh
ayahnya untuk tidak berharap terlalu tinggi. Ji Soo pun langsung menggeplak
punggung Ji Ho.
“Hei, kami
yakin karena ini Kak Ji An. Aku yakin kali ini dia akan mendapatkannya. Dia
tidak sepertimu.” Jawab Ji Soo.
“Ji Soo
benar. Berjanjilah kau akan belajar dengan giat. Kau harus lolos ujian masuk
universitas.” Ucap Tuan Seo pada Ji Ho.
Ji Ho pun
berjanji akan memberikan hasil yang bagus. Setelah itu, Ji Ho menjulurkan
lidahnya ke arah Ji Soo. Ji Soo yang kesal pun langsung mengejar Ji Ho. Ji An
menyusul mereka karena takut mereka bertengkar.
Tinggal
lah Tuan Seo berdua dengan si sulung. Tuan Seo menanyakan pacar Ji Tae. Ji Tae
mengaku dirinya terlalu sibuk sampai tidak sempat untuk pacaran. Tuan Seo pun cemas, bagaimana
Ji Tae bisa menikah kalau tidak punya pacar.
“Aku belum
punya rencana. Zaman sekarang, orang-orang tidak menikah di usia dini.” Jawab
Ji Tae.
Tuan Seo
pun tersenyum miris. Tak lama kemudian, Ji Soo berteriak memanggil sang ayah
karena bis sudah datang.
Setelah
ayahnya pergi, wajah Ji Tae yang tadinya datar saat bicara dengan sang ayah,
langsung berseri-seri setelah menerima SMS dari pacarnya.
Tuan Seo
diantarkan keempat anaknya sampai ke bis. Tuan Seo tersenyum dan melambaikan
tangan pada anak-anaknya. Setelah bis berjalan, Tuan Seo pun menghela napas
karena sadar dirinya akan berpisah dari anak-anak selama beberapa hari.
Ji An
langsung minta maaf soal kecelakaan kemarin pada boss nya. Tapi boss nya tidak
terlalu mempermasalahkan masalah itu dan menyuruh Ji An untuk focus mengganti
kerusakan mobil orang lain.
Setelah
itu, Ji An menyerahkan proposal ultah perusahaan pada seniornya. Seniornya pun
berkata, pegawai kontrak tidak perlu menyerahkan proposal itu karena itu hanya
untuk pegawai tetap. Ji An pun langsung kecewa, tapi tak lama proposalnya
diterima karena seniornya yakin Ji An akan menjadi pegawai tetap besoknya.
Ji An pun
tersenyum senang, namun tidak dengan yang lain yang menatap Ji An dengan
tatapan iri.
Ji Soo
mengintip ke dalam toko roti. Tak lama kemudian, ia dikejutkan dengan
kedatangan Nam Goo yang tiba-tiba sudah nongol di sebelahnya. Dengan tampang
sok gak peduli, Nam Goo pun mengizinkan Ji Soo bekerja di toko rotinya dengan
syarat Ji Soo tidak boleh belajar cara memanggang. Ji Soo pun terkejut.
“Rotiku
tidak murah. Aku juga merasa kasihan kepada orang tuamu karena menerima uang
hasil mengantar makanan darimu. Tampaknya kini kau juga sudah berhenti bekerja
di salon.” Ucap Nam Goo.
Ji Soo
langsung senang.
Tuan Choi
baru saja mendapat laporan dari Manajer Heo soal proposalnya untuk memperluas
bisnis restoran Korea ke Vietnam belum disetujui Presdir No. Tuan Choi pun
langsung kesal. Tak lama, ponselnya berdering. Seketaris Min ingin tahu kapan
Tuan Choi akan datang menjenguk Nyonya No. Tapi Tuan Choi malah menyuruh
Seketaris Min membawa Nyonya No pulang tanpa berniat menjenguknya.
Nyonya No
yang baru sadar, langsung kecewa menyadari suaminya tidak akan datang
menjenguknya. Tapi ia berusaha memaklumi sikap suaminya itu.
Nyonya No
lantas menyuruh Seketaris Min melakukan tes DNA. Ia bilang, empat hari harus
selesai dan tidak boleh ada yang tahu.
Ji An
memenuhi ajakan makan siang Woo Hyuk. Ji An terkejut mengetahui Woo Hyuk sudah
memesankan makanan favoritnya, aglio e olio.
“Kita bisa
berbincang sembari makan. Pegawai kantor biasanya merasa lapar jam segini.”
Ucap Woo Hyuk.
“Bingo.”
Jawab Ji An, lalu mulai menyantap spaghetti nya.
Woo Hyuk
lalu menanyakan kapan Ji An kembali ke Seoul. Ji An pun menyuruh Woo Hyuk
cerita lebih dulu karena ia mau makan.
“Aku
menjalani hidup yang menyenangkan. Aku mempelajari desain interior seperti
janji kita.” ucap Woo Hyuk.
Woo Hyuk
lantas menunjukkan artikel dirinya sebagai mahasiswa pebisnis yang sukses. Ji
An kaget tahu Woo Hyuk memulai bisnis saat masih kuliah. Woo Hyuk juga mengaku
kalau bisnis online nya berjalan lancar.
Do Kyung
memanggil Seketaris Yoo ke ruangannya. Ia menyuruh Seketaris Yoo menjual
mobilnya. Do Kyung juga menyuruh Seketaris Yoo meminta 500 dollar jika ada yang
menghubungi Seketaris Yoo soal mobilnya.
“Hanya 500
dolar? Itu tidak cukup untuk mereparasi.” Ucap Seketaris Yoo.
“Aku hanya
bermurah hati. Aku memberikan donasi tanpa tanda terima. Lagi pula, aku memang
hendak mengganti mobilku. Aku tidak punya pilihan karena dia memohon kepadaku.”
Ucap Do Kyung.
Woo Hyuk
tersenyum melihat Ji An makan dengan lahap. Sambil mengunyah makanannya, Ji An
bercerita kalau ayahnya bangkrut dan keluarganya punya banyak hutang, jadi ia
tidak bisa kuliah seni.
“Kini kamu
bekerja di mana?” tanya Woo Hyuk.
“Aku
menjadi pegawai kontrak di tim pemasaran Perusahaan Haesung.” Jawab Ji An.
“Pegawai
kontrak?” Woo Hyuk terkejut.
“Kontraknya
habis hari ini. Hari ini aku menjadi pegawai tetap. Woo Hyuk, sejak lulus dari
universitas, aku selalu bekerja menjadi pegawai magang dan kontrak. Bahkan aku
bekerja sebagai pegawai paruh waktu. Hari ini, aku akan melupakan segalanya dan
memulai lembaran baru.” Jawab Ji An.
Tak lama
kemudian, Ji An dapat telepon dari seseorang yang bernama ‘Si Perajuk’.
Ternyata si perajuk itu adalah Ji Soo. Ji Soo menelpon Ji An karena ingin
memberitahu Ji An kalau ia diterima bekerja di toko roti.
“Kau ingin
kakak memberimu selamat? Baiklah. Selamat.” Ucap Ji An.
“Aku juga
akan menyatakan perasaanku hari ini.” jawab Ji Soo.
“Jika
berjalan lancar, harimu sempurna. Semoga berhasil.” Ucap Ji An, lalu menutup
teleponnya.
Woo Hyuk
tidak menyangka Ji An punya adik. Ia pikir Ji An anak tunggal. Ji An pun
bercerita, kalau ada pria yang sangat disukai adiknya dan adiknya berniat menembak
pria itu. Woo Hyuk terkejut mendengarnya. Ji An juga berkata, pria itu
menyelamatkan adiknya dari situasi memalukan.
Setelah
itu, Ji An bertanya apa yang mau dibicarakan Woo Hyuk sampai2 Woo Hyuk
mengajaknya makan siang. Woo Hyuk pun memberikan kartu namanya dan menyuruh Ji
An datang ke sana seusai bekerja karena dia mau dapat ucapan selamat dari Ji
An.
Boss Ji An
dipanggil Kepala Manager Tim. Ji An tak dapat menutupi ketegangannya. Tak lama,
boss nya datang memperkenalkan Ha Jung sebagai anggota tim yang baru. Bukan
hanya Ji An yang kaget, tapi yang lainnya juga. Boss Ji An memberitahu Ha Jung
masuk ke perusahaan mereka melalui program khusus.
“Aku
menghargai kerja keras kalian selama dua tahun ini. Aku merasa tidak enak
kepada kalian. Tapi ini keputusan perusahaan. Kuharap kalian mengerti.” Ucap
boss Ji An.
Ji An
makin ternganga, sementara Ha Jung menatap Ji An dengan tatapan remeh.
Ji An
mengejar Ha Jung sampai keluar kantor. Ia ingin tahu kenapa Ha Jung tidak
memberitahunya soal ini saat mereka bertemu kemarin. Ha Jung bilang, karena dia
ingin melihat Ji An yang sebenarnya. Ji An tidak mengerti dan minta Ha Jung
menjelaskan langsung ke intinya.
“Dahulu
kita cukup dekat saat bertemu untuk tugas kelompok di universitas. Saat itu aku
belum tahu, bahwa kau kesulitan dalam hal financial dengan semua biaya kuliah
dan pekerjaan paruh waktu.” Jawab Ha Jung.
“Katakan
saja alasanmu tidak memberitahuku bahwa kau akan bergabung saat kita bertemu
kemarin.” Ucap Ji An.
“Menurutku
ini menarik. Kau tidak pernah putus asa. Kau bahkan tidak mengeluh atau
mengomel. Kupikir itu aneh.” Jawab Ha Jung.
“Sebenarnya
apa maumu?” tanya Ji An.
“Aku tidak
mengerti kenapa kau tidak iri kepadaku. Aku tidak perlu mencemaskan apa pun
karena keluargaku kaya. Atau kau hanya berpura-pura tidak iri? Aku tidak
tahan.” Jawab Ha Jung.
Ji An
terkejut. apa?
“Aku tahu
kau tidak baik-baik saja, tapi kau bersikap tenang. Aku tersinggung.” Jawab Ha
Jung.
“Kenapa
kau tersinggung?” tanya Ji An.
“Kau ingat
perjalanan di tahun terakhir kita? Aku pergi ke luar negeri untuk program
pertukaran mahasiswa. Kau cuti kuliah selama dua tahun. Jadi, kita berdua
terlambat lulus dua tahun. Saat kubilang aku akan membiayai perjalanan itu, kau
menolaknya. Saat kubilang itu tidak masalah, kau malah bertanya apa aku sudah
menghasilkan uang sendiri. Kau mengatakannya sambil tersenyum.” Jawab Ha Jung.
“Hanya
karena aku tidak meminta bantuanmu dan tidak berusaha mendapatkan bantuan
darimu, kau kesal?” tanya Ji An syok.
“Kau tahu
kenapa orang mencari uang? Mereka mencari uang untuk memamerkan kekayaan
mereka. Untuk bisa makan lebih enak dan hidup lebih baik. Karena itulah
orang-orang ingin menjadi kaya. Bukankah itu alasanmu berusaha keras untuk
bekerja di perusahaan besar meski tidak memenuhi kualifikasi? Sikapmu memancing
rasa penasaranku. Karena itulah aku tidak memberitahumu. Kupikir akhirnya aku
bisa melihat sisi dirimu yang sebenarnya. Ekspresi wajahmu sekarang.” ucap Ha
Jung.
“Ekspresi
wajahku?” tanya Ji An.
“Kau
minder. Kau minder karena aku. Aku tidak memberitahumu karena ingin melihat
ekspresi ini. Aku tidak bermaksud buruk. Tidak akan ada yang berubah meski aku
memberitahumu.” Ucap Ha Jung.
“Kau jahat
sekali. Pikirmu itu bisa dijadikan alasan? Untuk apa aku mengemis kepada orang
kaya? Jika aku melakukannya, akankah kau memberikan posisimu kepadaku? Itu yang
akan kamu lakukan? Aku harus bersedih agar kau senang?” jawab Ji An.
“Jika kau
tampak sedih, aku akan mundur demi kamu.” ucap Ha Jung.
“Yoon Ha
Jung.”
“Kenapa?
Kau akan memohon? Kini kau ingin aku mengembalikan posisi itu kepadamu?” tanya
Ha Jung.
“Pikirmu
aku akan memohon kepadamu jika kau melakukan ini? Pikirmu aku akan diam saja
dan memperhatikan? Pikirmu aku akan pulang dan menangis diam-diam?” ucap Ji An.
“Aku siap
ditampar.” Jawab Ha Jung.
Ji An pun
langsung menonjok Ha Jung sampai Ha Jung jatuh. Tak hanya sekali, tapi dua kali
sampai bibir Ha Jung berdarah. Ha Jung marah dan membalas Ji An. Mereka pun
berkelahi di depan kantor. Do Kyung yang melihat itu dari dalam langsung
menyuruh bawahannya memanggil polisi.
Sekarang,
keduanya duduk di kantor polisi dengan wajah babak belur. Ji An menolak untuk
damai. Ia berencana menuntut Ha Jung. Tak hanya itu, ia juga mengancam Ha Jung
akan menuliskan semua perbuatan jahat Ha Jung di situs resmi sekolah mereka
dulu.
Ha Jung
mulai takut, tapi Ji An tidak peduli. Tiba2, Nyonya Yang menghubungi Ji An,
tapi Ji An mematikan ponselnya.
Tak lama
kemudian, ayah Ha Jung datang dan menatap tajam ke arah Ji An..
Diluar
kantor polisi, ayah Ha Jung minta maaf atas sikap kekanak-kanakan Ha Jung. Tak
terima ayahnya minta maaf, Ha Jung pun mengompori ayahnya dengan berkata
giginya sakit tapi ia malah kena marah.
“Ha Jung
memang salah, tapi kau juga keterlaluan.” Jawab ayah Ha Jung.
Mendengar
itu, Ji An jadi inget pas dia mukulin temen Ji Soo yang malakin Ji Soo saat
mereka sekolah dulu sampai2 sang ayah harus datang ke sekolah untuk meminta
maaf.
Ji An yang
kesal karena disuruh minta maaf sama org yg malakin adiknya pun tidak mau
pulang sama ayahnya dan milih jalan kaki. Terpaksa lah, sang ayah turun dari
mobil dan menemani Ji An berjalan. Tak lama, Ji Soo juga ikut2an turun dari
mobil. Ayah menasehati Ji An, kalau menggunakan kekerasan itu tidak baik. Tapi
sang ayah juga memuji tindakan Ji An yang memberi pelajaran pada temen Ji Soo
yang memalak Ji Soo itu. Setelah itu, Tuan Seo mengajak kedua putrinya
makan. Ji Soo pun memberitahu ayah kalau
Ji An menginginkan satu set pisau bergagang kayu. Tuan Seo pun berjanji akan
membelikannya setelah makan siang. Ji An juga minta dibelikan sepatu olahraga.
Tuan Seo mengajak mereka berbelanja sehabis makan siang. Ji An pun langsung
sumringah.
Flashback
end…
Ayah Ha
Jung minta maaf soal kelakuan Ha Jung. Ji An juga minta maaf sudah memukuli Ha
Jung. Ayah Ha Jung pun berkata, beginilah hidup di dunia.
Ji An
akhirnya menangis, memanggil2 sang ayah, setelah melihat Ha Jung pulang bersama
sang ayah.
Tuan Seo
sepertinya ngerasain sesuatu terjadi pada Ji An. Ia menatap layar ponselnya,
tapi gak ada panggilan dari Ji An. Ia pun menghubungi istrinya, tapi gak
diangkat.
Ji An
termenung di halte sampai2 tidak mendengar suara ponselnya. Saat melihat layar
ponselnya, ia menyadari ada 12 panggilan dari ayah, ibu, Ji Soo dan Woo Hyuk.
Cobaan Ji An makin bertambah karena ia lupa bawa dompet. Saat sedang membenahi
pakaiannya, ia makin sedih melihat tanda pengenal yang tergantung di lehernya.
Sementara
itu, Ji Soo yang mau nembak Woo Hyuk
malah diabaikan Woo Hyuk.
Ji An
memakai masker untuk menutupi luka lebam di wajahnya. Ia berjalan menyusuri
jalanan sampai hari gelap dan teringat kata2 seniornya kalau mereka tidak
pernah menyuruh Ji An ini itu karena Ji An pegawai kontrak. Mereka hanya
berusaha mengajari Ji An karena Ji An akan menjadi bagian dari mereka.
Tuan Choi
pulang dan menanyakan kabar istrinya. Nyonya No kesal karena Tuan Choi tidak
mengkhawatirkan dirinya sama sekali. Tuan Choi beralasan karena ia sudah tahu
dari dokter kalau Nyonya No terkena anemia.
“Kenapa
kau tidak pernah mengungkit Eun Seok? Kenapa kau tidak pernah mengungkitnya
selama 20 tahun ini?” tanya Nyonya No.
“Karena
kau sudah berhenti. Kau berhenti mencarinya setelah lima tahun dan tidak pernah
mengungkitnya selama 20 tahun.” Jawab Tuan Choi.
Tak lama
kemudian, Do Kyung datang untuk melihat ibunya. Do Kyung juga menawarkan ibunya
liburan ke Hawaii karena Bulan Agustus sudah mau habis, tapi sang ibu menolak
dengan alasan ada urusan yang mau dia selesaikan.