.

Sinopsis Drama Korea Oh My Venus Episode 12

Sinopsis Drama Korea Oh My Venus Episode 12
 
Young Ho masuk ke dalam ballroom dengan tegap, tak terlihat bekas kalau ia kesakitan beberapa saat yang lalu. Walau saat menaiki panggung, ia ragu melangkah. Apa lututnya terasa sakit? Young Ho menekadkan diri dan melangkah naik.



Ia mengernyit menahan sakit. Tapi rasa sakitnya terlupakan saat pandangannya tertumbuk pada Joo Eun. Dan ia tak melepaskan pandangannya saat memperkenalkan diri sebagai direktur Gahong yang baru.


Hadirin bertepuk tangan dan Young Ho membungkuk memberi hormat. Nenek dan Joo Eun tampak lega. Begitu pula dengan Soo Jin.


Joon Sung kaget melihat Yi Jin duduk di sampingnya. Kok bisa? Yi Jin kesal karena itu berarti Joon Sung tak pernah searching namanya di Naver. Ia memang CF Queen, tapi ia juga putri salah satu CEO. Melihat wajah suram Joon Sung, Yi Jin merasa kecewa karena menjadi putri CEO tak menjadi nilai tambah di mata Joon Sung.


“Tapi ya sudahlah,” ujar Yi Jin pasrah. “Pokoknya kita kan sudah pernah tiduran bersama.” Ha. Ji Woong langsung mengomentari Joon Sung yang sekarang sudah benar-benar jadi pria. Bukannya menanggapi, Joon Sung malah cuek. Eh, dicuekin Yi Jin malah semakin terpesona, “Waah.. kamu kok cool banget, sih..”


Nyonya Choi sedang melepas antingnya saat kakaknya menelepon. Direktur Choi memarahinya karena tak muncul padahal tak seorang pun melarangnya datang. Ini pasti akibat Nyonya Choi selalu didiskriminasi jadinya seperti ini. Direktur Choi menanyakan kenapa keponakannya Young Joon juga tak datang.


Karena adiknya tak menjawab juga, ia semakin kesal dan memberitahu kalau Kim Young Ho sudah menjadi Direktur. Ia menutup telepon, tak menyadari kalau sebenarnya Young Joon muncul dengan seikat bunga dan mendengar percakapannya.


Nyonya Choi memandangi fotonya dengan Young Joon dan berkata kalau ia baik-baik saja.


Acara selesai dan Young Ho keluar gedung. Para wartawan sudah antri untuk mengkonfirmasi kebenaran berita tentang John Kim. Tapi mereka tak mendapat jawaban karena Young Ho langsung masuk mobil dan Chief Min berkata kalau akan ada press release resmi dari Gahong.


Joo Eun dan Soo Jin yang mengikuti rombongan Young Ho didorong kiri kanan, membuat Young Ho cemas. Joo Eun tadi sempat jatuh, tapi ia tersenyum dan mengisyaratkan tidak apa-apa. Young Ho menjadi lega dan mengedipkan matanya.


Soo Jin dan pengacara satunya meninggalkan lobi. Baru ketahuan kalau Joo Eun sebenarnya kenapa-napa. Sepertinya ia terjatuh saat didorong-dorong oleh para wartawan tadi. Dengan tertatih-tatih, ia berjalan menuju tangga dan duduk di sana. Ia memijat kakinya untuk mengurangi nyeri yang terasa.


Orang lalu lalang pergi, tapi Joo Eun masih tetap duduk. Hingga gedung sepi. Hanya tersisa beberapa pelayan yang harus bersih-bersih.

Seseorang menghampirinya. Joo Eun mendongak dan terkejut. Ia menoleh ke belakang, berharap tak ada lagi orang yang melihat Young Ho. “Kukira kau sudah pergi.”


“Ada yang lupa kukatakan. Kau sangat cantik hari ini. Cukup cantik untuk bisa masuk ke dalam mimpiku setiap malam.”


Eaaaa… Joo Eun tersipu mendengar ucapan Young Ho yang cheesy banget. Tapi ia mengernyit kesakitan merasa nyeri di kaki. Young Ho berlutut dan berkata kalau Joo Eun tak mungkin bisa jadi Cinderella karena sepatunya tak Joo Eun pakai. Ia memijit beberapa tempat dan Joo Eun menjerit kesakitan.


Walau sakit tapi Joo Eun masih sempat membalas ejekan Young Ho. Young Ho sendiri juga bukan pangeran karena jika pangeran, Young Ho kan harus memasangkan sepatu ke kaki seorang wanita. Ia bertanya apa Young Ho baik-baik saja.


Young Ho menyuruhnya untuk memikirkan diri sendiri saja dan mengeluhkan kaki Joo Eun yang besar. Joo Eun berkilah tentu saja besar karena ia kan tidak pendek atau berpinggul kecil. Young Ho membalas ejekan Joo Eun tapi dengan nada memuja, “Tepat sekali.. jadi kenapa kau semakin terlihat besar dan besar setiap aku melihatmu?”

Joo Eun tersipu mendengarnya. Young Ho ingin kaki Joo Eun dirontgen karena sepertinya ada ototnya yang tertarik. Tapi Joo Eun meminta Young Ho pulang dan istirahat saja karena kereta labunya sudah menunggu.


Young Ho menoleh ke belakang dan melihat Joon Sung dan Ji Woong muncul dengan senyum lebar. Young Ho tersenyum.


Soo Jin merasa sakit, baik fisik maupun pikiran. Di parkiran, ia terjatuh dan akan membentur lantai jika Woo Shik tak menangkapnya.


Woo Shik ternyata menunggu Soo Jin dan ia yang membawanya pulang. Woo Shik mencemaskan Soo Jin yang ia perhatikan tak minum air setetespun di acara gala hingga sakit seperti ini. Tapi Soo Jin masih dingin padanya dan menyuruhnya pulang. Woo Shik tahu dari Go PD kalau Soo Jin tak akan menuntutnya karena telah mengungkap identitas Kim Young Ho dan ia berterima kasih.


“Dulu kau bilang maaf. Dan sekarang terima kasih?” tanya Soo Jin sinis. Woo Shik memandanginya tapi Soo Jin minta Woo Shik tak memandangnya seperti itu. “Aku bukan orang baik. Aku ini kejam dan tak punya hati. Wanita jahat yang merebut pacar temannya sendiri!”


Woo Shik memeluk Soo Jin. Ia tahu kalau Soo Jin adalah orang baik. Dulu saat Soo Jin dihina oleh teman blind date-nya dan ia memukul pria itu, yang Soo Jin khawatirkan malah tangannya yang berdarah.  Begitu pula saat ia dilaporkan oleh penguntit Joo Eun, Soo Jin dululah yang datang membantunya.


“Walau kau tahu aku pria yang payah, tapi kau tetap menungguku dan melindungiku. Kau masih sama seperti yang dulu.” Soo Jin menangis mendengar ucapan Woo Shik. Woo Shik memeluknya lagi dan bertanya apa yang harus ia lakukan karena ia tak bisa mengatakan hal yang lain selain ‘terima kasih’ dan ‘maaf’. Soo Jin semakin menangis mendengarnya.


Joon Sung dan Ji Woong membawa Joo Eun yang kakinya sudah dibebat dan mendudukkan Joo Eun ke sofa. Joo Eun mengeluh kesakitan, bukan karena kakinya tapi lebih karena tangan dan bahunya yang ditarik-tarik mereka berdua. Joon Sung tertunduk tapi Ji Woong hanya cengar cengir dan berkata, “Sorry ma’am.”


Pintu kamar Joo Eun terbuka dan ibu muncul dengan memakai baju Young Ho bingung melihat ada dua pria bersama Joo Eun. Joo Eun memperkenalkan Joon Sung dan Ji Woong sebagai temannya yang mengantarkannya pulang karena kakinya terkilir.


Ji Woong langsung memeluk Ibu, “Anda berarti ma’am’s mommy? I love you!” Ibu menepuk-nepuk punggung Ji Woong dan membalas sapaannya, “Welcome to Korea. Nice to meet you.”


Joon Sung segera menarik Ji Woong dan berkata kalau mereka segera pulang. Tapi Ibu tak mengijinkan dan menyuruh makan dulu. Yang berarti makan makanan khas Korea.


Wih.. Joon Sung dan Ji Woong langsung ngiler melihat ayam yang terhidang di meja. Ibu langsung melepas paha, masing-masing untuk keduanya sambil memuji, “Anak siapa sih kalian kok bisa tampan seperti ini?”


Joo Eun pun juga ngiler sebenarnya. Tapi ia kan juga harus diet. Ibu tak mau mendengarnya dan mengambil sepotong ayam lagi dan menaruhnya di piring Joo Eun. Joo Eun pun akhirnya ‘mengalah’ dan ikut makan.

Ibu ke lemari es untuk mengambil kimchi dan Joon Sung tak kuasa melihat Ibu Joo Eun dengan iri. Iri pada Joo Eun yang masih memiliki ibu.


Young Ho belum tidur dan  masih bekerja. Joo Eun mengirimkan SMS karena mengkhawatirkan lutut Young Ho.  Mereka pun saling berbalas SMS, dan Young Ho menyebutkan ayam yang tadi dimakan Joo Eun. Joo Eun membalas kalau ibunya sedang menggunakan ‘hak Ibu’. Jika ia tak makan, ibu pasti akan mengomelinya sepanjang hari.


Young Ho menulis kalau ia akan bekerja mulai besok dan Joo Eun menyemangatinya. Young Ho berkata kalau penyakitnya itu bukan penyakit yang bisa disembuhkan oleh orang lain. Joo Eun cemberut membacanya, tapi Young Ho belum selesai. Tapi itu kata dokter. Kurasa dia salah. Joo Eun tersenyum membacanya.


Young Ho menyuruh Joo Eun untuk menaruh kakinya ke tempat yang lebih tinggi. Joo Eun pun menarik si Brengsek dan meletakkan kakinya di sana. Joo Eun mengucapkan selamat tidur, tapi Young Ho belum selesai bicara. Aku harus tidur, tapi bagaimana caranya.. Mataku terus mengeluarkan cinta..


Haduh.. gombalannya Young Ho, nih.. Joo Eun saja sampai tertawa geli. Ibu yang mendengar tawanya, mengira Joo Eun SMS-an dengan Woo Shik dan menyuruhnya untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi saja karena mereka berdua terus berhubungan walau saat mau tidur.


Keesokan paginya, Young Ho heran melihat sarapan Ji Woong yang beda sendiri. Ji Woong menjelaskan kalau bubur itu adalah makanan yang dibungkuskan ibu Ma’am untuknya tadi malam. Young Ho langsung menukar bubur itu dengan salad miliknya dan mencicipi. “Hmm.. terlalu asin. Kau jangan makan yang terlalu asin,” komentarnya sambil terus melahap bubur itu.


Aih.. bilang aja enak. Ji Woong makan salad dengan geli. Young Ho mulai memberi pesan pada Joon Sung dan Ji Woong, tahu kalau ia tak punya waktu untuk latihan Joon Sung selain akhir pekan saja. Joon Sung dan Ji Woong meminta Young Ho untuk tak khawatir karena mereka sudah bukan bayi lagi.


Ji Woong mengambil sesendok bubur dan merasakan nikmatnya masakan ibu Joo Eun. “Oh My Venus,” kata Ji Woong sambil memejamkan mata. Young Ho langsung mendelik, “Dia itu milikku.”
Haha.. ada yang cemburu. Joon Sung berkata kalau Young Ho benar-benar sudah berubah.


Terpincang-pincang, Joo Eun masuk kantor. Baru saja ia merebahkan pantat ke  kursi, Hyun Jung melaporkan kalau rapat pagi ini batal karena Soo Jin tidak masuk kantor. Padahal kemarin Soo Jin kelihatan baik-baik saja, tapi hari ini Soo Jin tak bisa dihubungi.


Joo Eun bertanya-tanya kenapa Soo Jin tak masuk, tapi ia mengenyahkan pikiran itu. Untuk apa juga ia khawatir pada Soo Jin.


Chief Min ini romantis juga, ya? Untuk menyambut kehadiran Young Ho sebagai direktur, ia meberikan sekuntum bunga mawar. Ia juga melapor kalau tim kuasa hukum dan tim public relation sudah menangani masalah di luar. Young Ho tahu kalau ia yang harus menangani masalah yang timbul di dalam perusahaan karena ia sendiri juga menyadari kalau posisi ini diberikan langsung padanya.

Chief Min memberikan rencana perusahaan tahun depan dan memberitahu kalau Nenek sudah mengetahui tentang Joo Eun. Young Ho mengangguk mengerti dan bersiap untuk rapat direksi.


Rapat direksi itu berjalan mulus, tak seperti yang diharapkan oleh Direktur Choi. Direktur Choi mencoba berbasa-basi dengan Young Ho, mengajaknya pukul-pukulan. Main golf maksudnya. Tapi Young Ho menolaknya karena lebih suka olah raga yang lebih ke arah fisik. Dan ia tak suka memukul, ia lebih suka mengangkat.


Joo Eun bekerja sambil makan siang. Walau saat Young Ho mengirim SMS, Joo Eun berkata kalau ia sudah selesai makan, tapi tak mau menjawab saat diajak untuk video call. Saat ditanya tentang kondisi kakinya, Joo Eun melirik kakinya yang ditumpangkan ke meja sembarangan dan berkata kalau ia kakinya membaik dan ia duduk dengan hati-hati.


Dan Young Ho muncul di hadapannya dan menuduh, “Kurasa kau memiliki definisi sendiri tetnang ‘hati-hati’, Pengacara Kang.” Joo Eun akhirnya menuruti Young Ho imajiner dan meletakkan kakinya di bawah. “Dan ternyata kau juga baru makan, dasar pembohong.” Young Ho imajiner melihat jamnya dan mengajaknya pergi karena masih ada banyak waktu.


Joo Eun mengerjapkan mata dan baru menyadari, “Whoaa… Kau ini ternyata beneran, ya?”


Hahaha.. akhirnya ia pergi dengan dituntun oleh Young Ho. Ia semakin yakin kalau Young Ho yang ini bukan imajinasinya karena banyak rekan sekerjanya memandangi mereka, membuatnya canggung. Ia berkata kalau hatinya lebih terasa ga enak dibanding kakinya yang sedang sakit. Young Ho berkata kalau ia tak hanya bertanggung jawab pada kakinya saja, tapi juga hati Joo Eun. “Sibuk benar aku, ya..”


Joo Eun bertanya mereka mau kemana? Saat Young Ho berbisik kalau mereka harus menyelesaikan apa yang sudah mereka mulai, Joo Eun langsung ter ingat janji Young Ho untuk menyelesaikan malam erotis mereka. Joo Eun tersipu-sipu, “Ini kan tengah hari..”


Ternyata oh ternyata.. Young Ho mengajaknya medical check up lagi. Sama seperti waktu awal latihan. Joo Eun gondok, tertipu oleh angan-angannya sendiri. Tapi ia tak menolak seperti dulu.


Benarkah? Joo Eun merengek-rengek seperti anak kecil, menolak saat diambil darahnya. Young Ho mencoba menenangkannya, menyuruhnya tarik nafas, buang nafas. Tarik nafas, buang nafas. Suster bengong melihat mereka berdua. Hihihi.. kayak orang mau lahiran aja saya rasa. Akhirnya suster mengarahkan suntikan ke lengan Joo Eun.


Joo Eun memejamkan mata rapat-rapat dan menjerit kesakitan. Eh, ternyata tidak sakit! Joo Eun membuka mata dan melihat suster dan Young Ho memandanginya aneh. Ternyata ia memang belum disuntik! Hahaha..


Selesai semuanya, Young Ho memberikan secangkir kopi penuh krim. Kata Young Ho, sih sebagai ganti darah yang diambil, “Apa aku harus membandingkan dengan permen yang diberikan pada anak-anak yang baru dari dokter gigi?”


Young Ho mengeluarkan hasil medical check up yang baru dan yang lama, membuat Joo Eun kagum karena Young Ho masih menyimpannya. Young Ho menjawab, “Kan sudah kubilang kalau tubuhmu adalah milikku. Apa ada orang yang membuang barangnya sembarangan?”


Ha. Young Ho membacakan hasilnya. Lemak di perut Joo Eun turun signifikan sedangkan untuk tyroid dan kolesterolnya, Joo Eun sudah tak perlu minum obat lagi jika Joo Eun olah raga sedikit lebih banyak.


Joo Eun gembira mendengarnya dan mulai pidato seperti mendapat penghargaan. Pura-pura menangis terharu, ia mempersembahkan kesukesan ini pada John Kim.


Nyonya Choi menyajikan minuman untuk Nenek dan berkata kalau ia akan pindah setelah menemukan rumah baru. Ia berterima kasih pada Nenek yang walau tak pernah hangat padanya tapi selalu mengurus orang tua dan kakaknya.


Nenek mengakui kalau ia sebenarnya menyukai Nyonya Choi jika tidak karena Direktur Choi yang terlalu serakah. Ia juga demi menyelamatkan masa depan cucunya, ia bersikap keras pada Nyonya Choi. Ia memberikan sebuah amplop tebal. Nyonya Choi menolak, tapi Nenek memaksa karena ini adalah bentuk penghargaannya pada Nyonya Choi yang mengurusnya selama 20 tahun.


Joo Eun menemui bibi pengasuh Min Joo untuk menyerahkan tas yang berisi mantel yang pernah diberikan Joon Sung sebelumnya. Joo Eun mengakui kalau ia mengenal Joon Sung. Ia dan Hyun Woo sudah mengetahui apa yang terjadi beberapa puluh tahun yang lalu, tentang ia dipenjara.


Bibi akhirnya cerita kalau beberapa saat yang lalu, seorang pria muda yang tampan mendatangi rumahnya. Ia merasa kalau pria itu adalah pria yang menjaga anaknya dan ia sangat bersyukur. Ia tak punya hak atas Joon Sung lagi. “Aku bukannya tak mau menemuinya, tapi aku tak mampu bertemu dengannya. Berpura-puralah kau tak mengetahui hal ini.”


Joo Eun mengatakan kalau Joon Sung sekarang adalah juara dan menjadi pria terkuat di dunia. Ia memahami penyesalan Bibi tapi ia minta agar Bibi mulai memberi banyak pelukan pada Joon Sung jika Bibi sudah siap. Dan tentang masa lalu, orang akan melakukan hal yang sama jika berada di posisi Bibi.

Bibi menangis dan memandangi mantel pemberian Joon Sung.


Di perjalanan pulang, Joo Eun teringat ucapan Bibi tentang pria tampan yang menemuinya. Ia merasa pria itu adalah Young Ho. Ia pun meng-SMS nya, memberitahu kalau ia baru saja menemui ibu Joon Sung atas permintaan Joon Sung. Aku bahagia karena pria yang ada di sisiku adalah dirimu.


Young Ho, yang masih bekerja, langsung meneleponnya untuk meminta Joo Eun mengatakan dengan jujur, seberapa bahagianya Joo Eun sekarang. Permintaan absurd itu membuat Joo Eun geli.


Young Ho menemui ayahnya untuk memberitahu kalau ia terpaksa menolak menandatangani pendirian Rumah Sakit VVIP karena sepertinya ada masalah dalam pemilihan lokasi dan subcon. Ayah diam-diam tersenyum mendengar keputusan bijak Young Ho yang pasti ditentang oleh para direksi yang ingin proyek ini segera dilakukan. Tapi ia hanya menjawab dingin kalau semua terserah pada Young Ho karena Young Holah yang menjadi direktur.


Sebelum Young Ho pergi, Ayah memintanya untuk pulang di hari ulang tahun Young Ho.


Ah, Young Ho ulang tahun? Iya. Ji Woong, yang sudah menghias pohon natal, bahkan mengundang Joo Eun, Hyun Woo, Yi Jin bahkan Chief Min untuk datang ke pesta ulang tahun Young Ho sekaligus merayakan natal. Hanya Joo Eun dan Hyun Woo yang bisa karena Yi JIn harus manggung dan Chief Min tentative kalau ia sedang tak sibuk.


Semua pun bersiap-siap. Hyun Woo membeli cake bersama Min Joo sedangkan Ji Woong dan Joon Sung memasak makan malam. Chief Min tak bisa datang hanya memberi salam natal dari luar rumah. Semua muncul di layar untuk mengucapkan selamat natal padanya.


Malam itu semua bergembira. Young Ho bahkan memberi kelonggaran untuk cheating saat makan malam. Pesta natal/ultah semakin ramai karena mereka memainkan berbagai permainan dan tak lupa wefie.


Joo Eun menelepon Ibu dan menanyakan kabarnya. Joo Eun merasa bersalah karena tak pulang saat Natal. Ibu yang sedang membuat japcahe berkata kalau ia baik-baik saja dan restoran sedang sibuk-sibuknya. Mereka bercakap-cakap sebentar. Namun setelah menutup telepon, Ibu menatap foto almarhum suaminya dengan sendu.


Ketika Joo Eun memandangi semua temannya dan ia bernarasi. Di saat semua orang seharusnya bahagia, ternyata tak semuanya bahagia. Karena saat semua orang bahagia, seseorang akan merasa lebih kesepian. Bahkan jika seseorang sendirian, ia berpura-pura baik-baik saja.


Dan kita melihat Ibu Joo Eun yang tidur sendiri hanya ditemani foto suaminya.


Ada pula yang lain yang tak bisa bertemu karena suatu sebab.


Bibi mendapat SMS dari Joo Eun yang mengucapkan selamat Natal dan memberikan nomor telepon Joon Sung.

Ada pula orang lain yang tak bisa bertemu untuk alasan yang berbeda.


Young Joon dibawa ke UGD karena tak sadarkan diri.

Di hari ini, ada seseorang yang terus menunggu dan menunggu, apapun yang terjadi.


Nyonya Choi tak bisa menghubungi Young Joon, membuatnya cemas.


Dan Joo Eun menutup narasinya. Kami semua berpura-pura bahagia. Di hari Natal ini, rasa kangen itu jauh lebih terasa. Joo Eun meringkuk di pelukan Young Ho, masih tak rela untuk berpisah. Young Ho sebentar lagi akan pergi ke rumah Nenek. Joo Eun meminta Young Ho untuk ke rumahnya jika semua lancar di rumah Nenek.


Young Ho tersenyum menggoda, “Ah.. malam erotis yang tak sempat kita selesaikan?”


Joo Eun nyengir dan menambahi, “Aku akan menunggumu dengan dengan pita pink yang nampak seksi dan cantik.” Joo Eun mengedipkan matanya, membuat Young Ho tertawa.


Tapi obrolan mereka terhenti karena melihat Joon Sung turun tangga terburu-buru. Mulanya mereka khawatir telah terjadi masalah. Ternyata Bibi menghubungi Joon Sung, meminta untuk bertemu. Young Ho dan Joo Eun ikut bahagia mendengarnya. Young Ho memberi kunci mobilnya sekalian dompet dan menyuruh Joon Sung mengajak ibunya makan di restoran yang paling bagus.


Nyonya Choi akhirnya mendapat telepon dari putranya. Tapi ternyata yang menelepon bukan Young Joon, melainkan pegawai rumah sakit.


Nyonya Choi shock melihat Young Joon berbaring tak sadarkan diri di UGD, apalagi diberitahu kalau Young Joon overdosis dan sekarang dalam kondisi kritis. Semua terkejut mendengar hal itu.


Ayah berbalik dan bersitatap dengan Direktur Choi yang juga mendengar kabar itu. Ia seperti ingin mengucapkan sesuatu, tapi ia urungkan dan berlalu pergi. Direktur Choi mengejarnya dan meluapkan kemarahannya. Bagaimana semua ini bisa terjadi? Ayah berkata kalau ia akan meminta Direktur RS untuk memantau perkembangan Young Joon.


Tapi bukan itu yang dimaksud Direktur Choi. Setelah adiknya menikah dan masuk ke keluarga Gahong, ia malah diperlakukan seperti pelayan. “Ia sudah melahirkan anak, tapi kenapa semua ini bisa terjadi?!”


Ayah tak menjawab dan berkata kalau Young Joon sudah sadar, mereka akan memikirkan langkah selanjutnya. Dan Ayahpun pergi. Nyonya Choi muncul dan sekarang gilirannya dimarahi Direktur Choi. “Kenapa Kim Sung Chul menikah lagi denganmu? Jika ia tak menikah lagi, ia bisa mendapat separuh Gahong. Ia menikahimu agar bisa memberikan semuanya pada Kim Young Ho.”


“Kecuali sesuatu terjadi pada Kim Young Ho, Young Joon tak akan memperoleh apa-apa.”  Direktur Choi menyadari apa arti ucapannya. Ia segera menelepon orang untuk mencari keberadaan Young Ho.


Mereka tak menyadari kalau Chief Min ada di ruang tunggu. Ia segera menelepon Young Ho dan menanyakan Young Ho ada di mana.


Young Ho ada di rumah dan Chief Min menceritakan apa yang terjadi. Young Ho ingat kalau ia memberikan kunci dan dompet pada Joon Sung, yang berarti Direktur Choi mengejar Joon Sung yang akan menemui ibunya.


Buru-buru Young Ho memakai mobil lain dan menyusul Joon Sung. Ia mencoba menghubungi Joon Sung tapi handphone Joon Sung di-silent. Direktur Choi mendapat jejak (mobil) Young Ho dan segera menuju ke arah yang dimaksud.


Joo Eun mematut-matut dirinya, mencari posisi yang pas untuk pita merah mudanya. Ia menunggu telepon dari Young Ho, tapi nihil.


Direktur Choi akhirnya menemukan mobil Young Ho. Ia mempercepat mobilnya. Young Ho melihat mobil Direktur Choi melaju melewatinya. Ia segera putar balik dan mengejar mobil Direktur Choi. Sementara Joon Sung tak sadar kalau dibuntuti dua mobil.


Direktur Choi menekan gas untuk menubruk mobil Joon Sung dari belakang. Young Ho yang sudah menjajarinya juga menekan gas, melaju lebih cepat dan menghadangnya. Direktur Choi kaget dan mengerem mobilnya. Tapi mobilnya berputar dan menabrak mobil lain.


Sedangkan mobil Young Ho berbalik arah sehingga lawan arus. Terdengar klakson truk yang kencang dan Young Ho memutar untuk menghindari truk itu.


Sial, ia menabrak mobil lainnya dengan kencang dan berputar sekali di udara. Dan mendarat di jalan dengan kondisi ringsek.


Kaca rias Joo Eun pecah.


Joon Sung mendengar bunyi tabrakan yang beruntun dan menghentikan mobilnya. Ia melihat sebuah mobil putih dan melihat kondisi pengemudinya. Ia terbelalak saat menyadari siapa pengemudi itu.


“Hyung!!” seru Joon Sung panik, lari untuk menyelamatkan Young Ho. Dan saat di samping mobil, pemandangan mengerikan ada di hadapannya. Young Ho tak sadarkan diri dengan kepala penuh darah dan lutut kanannya terhimpit setir.


Joon Sung membuka pintu dari jendela yang sudah pecah. Dan sekuat tenaga ia mengangkat dashbor hingga kemudinya ikut terangkat. Tapi lutut Young Ho sudah bersimbah darah.


Joo Eun menatap kepingan-kepingan kaca itu dengan khawatir. Ia memiliki firasat buruk.


Lanjut episode 13