Sinopsis Drama Korea Temptation of an Angel Episode 5 Part 1
Ah Ran terkejut karena tidak mendapati Hyun Woo di kamarnya.
"Aku sudah bilang jangan keluar rumah. Kemana mereka pergi? Apa dia sudah sadar?"
Ah Ran lalu berlari dan mengecek Hyun Woo di setiap kamar, namun ia tak dapat menemukan Hyun Woo. Ia pun panik. Di tengah2 kepanikannya, Hyun Woo dan Jae Hee pun kembali. Hyun Woo berpura2 koma untuk mengelabui Ah Ran.
"Darimana saja kalian? Apa yang terjadi?" tanya Ah Ran sambil menatap tajam Jae Hee.
"Aku merasa bosan jadi aku pergi mencari udara segar. Karena aku takut keluargamu akan datang dan melihat dia sendirian, jadi aku terpaksa membawanya." jawab Jae Hee.
"Lalu kenapa dia terlihat begitu lelah?" tanya Ah Ran.
"Aku membuatnya melakukan beberapa latihan, itulah kenapa dia terlihat lelah." jawab Jae Hee.
"Apa kau pergi keluar hari ini?" tanya Ah Ran.
"Tidak." jawab Jae Hee.
Namun Ah Ran tak langsung mempercayai kata2 Jae Hee. Tapi walaupun begitu, ia tak lagi bicara panjang lebar pada Jae Hee. Ia menyuruh Jae Hee menyiapkan peralatan mandi Hyun Woo. Jae Hee pun mengangguk dan langsung melaksanakan perintah Ah Ran. Begitu Jae Hee pergi, Ah Ran langsung mendekati Hyun Woo.
"Katakan padaku! Apa kau yang menyuruh Suster Yoon pergi?" tanya Ah Ran marah.
"Benar. Aku yang menyuruhnya. Permainan yang sesungguhnya baru akan dimulai." batin Hyun Woo.
"Apa yang kau sembunyikan? Apa kau yang mengambil stempel perusahaan!" tanya Ah Ran lagi.
"Benar. Stempel perusahaan ada di tanganku." batin Hyun Woo.
"Kau sudah mati atau masih hidup! Kau ingin membuatku gila! Beritahu aku kalau kau masih hidup!" teriak Ah Ran.
Ah Ran lalu mengguncang2kan tubuh Hyun Woo, katakan! Katakan!
Namun Hyun Woo tetap diam saja, membuat Ah Ran makin kesal.
"Baiklah kalau begitu. Aku tidak peduli kau sadar atau tidak. Aku hanya ingin mengambil apa yang kuinginkan." ucap Ah Ran.
Hyun Woo kini sudah berbaring di ranjangnya. Ah Ran duduk disamping Hyun Woo. Ah Ran mengeluarkan sebuah dokumen dan berkata dia membutuhkan sidik jari Hyun Woo. Setelah mendapatkan sidik jari Hyun Woo, ia tersenyum puas dan berkata pemilik Soul Furniture sekarang dirinya. Ia kemudian menelpon Joo Seung dan berkata semua sudah selesai sekarang. Namun Joo Seung mengatakan sesuatu yang mengejutkan Ah Ran. Joo Seung berkata Ah Ran hamil.
Ah Ran pun kaget, apa? Aku hamil? Aku hamil anak Shin Hyun Woo?
Hyun Woo yang mendengar itu juga kaget.
"Aku akan menggugurkan janin ini. Hanya memikirkannya saja, bahwa aku mengandung darah daging Shin Hyun Woo, membuatku ingin mati. Tolong bantu aku." jawab Ah Ran.
Ah Ran lalu menatap tajam ke arah Hyun Woo.
"Takdir kita begitu rumit. Aku bahkan mengandung anakmu sekarang. Tapi jangan cemas. Aku tidak akan melahirkan anak ini yang orang tuanya saling membenci sampai mati." ucap Ah Ran.
Ah Ran lalu beranjak pergi. Begitu Ah Ran pergi, Hyun Woo langsung mengamuk. Ia berteriak dan membanting semua barang di sekelilingnya. Sementara itu, Jae Hee mengantar Ah Ran keluar. Sebuah mobil hitam tiba2 datang dan dua orang pria turun dari mobil.
"Mulai hari ini mereka akan menjaga tempat ini. Jangan berpikir kau bisa pergi tanpa izin dariku." ucap Ah Ran.
"Kenapa kau melakukan ini? Ini terlalu berlebihan." protes Jae Hee.
"Jika kau merasa tidak nyaman, kau boleh keluar sekarang." jawab Ah Ran.
Jae Hee pun terdiam..
"Jika ada sesuatu yang penting, kau bisa meminjam ponsel mereka." ucap Ah Ran lagi.
Ah Ran lalu beranjak pergi. Jae Hee terlihat kesal. Ia lantas melaporkan hal itu pada Hyun Woo. Hyun Woo pun langsung memutar otaknya. Jae Hee mengusulkan melaporkan mereka pada polisi. Namun ditolak Hyun Woo.
"Kalau kita memberitahukan ini pada keluargamu, aku takut mereka akan terluka. Kita tidak pernah tahu apa yang sanggup dilakukan istrimu." ucap Jae Hee lagi.
Hyun Woo tetap diam. Matanya memancarkan sinar kemarahan yang begitu besar. Ia bertekad membongkar satu per satu kejahatan yang dilakukan Ah Ran. Ia juga berkata tidak akan pernah memaafkan Ah Ran.
Ah Ran menyerahkan dokumen dengan cap Hyun Woo pada Joo Seung. Ia menyuruh Joo Seung menyerahkan dokumen itu pada pengacara.
"Setelah Presdir kembali, dia akan melihat ini. Apa yang akan kau lakukan?" tanya Joo Seung.
"Aku yakin Tuhan akan menolong kita. Stempel Hyun Woo sudah hilang, akan sulit bagi ayah untuk melakukan apapun." jawab Ah Ran.
Presdir Shin dan istrinya akhirnya kembali dari liburan mereka. Begitu tiba di rumah, hal yang pertama kali ditanyakan Nyonya Jo adalah Hyun Woo. Presdir Shin pun kesal karena Nyonya Jo selalu menanyakan hal yang sama berulang2.
"Jangan cemas, ibu. Tidak ada hal buruk yang terjadi." jawab Ah Ran.
"Ah Ran, kau tahu dimana stempel Hyun Woo?" tanya Presdir Shin.
"Stempel Hyun Woo? Sebenarnya aku juga mencarinya, tapi aku tidak bisa menemukannya. Sepertinya Hyun Woo menyimpannya di tempat lain." jawab Ah Ran.
"Apa? Lalu bagaimana? Aku ingin perusahaanku kembali, kenapa jadi begitu rumit." ucap Presdir Shin.
Hyun Min pun kaget, apa maksud ayah?
"Kita tidak tahu kapan Hyun Woo akan sadar. Atau mungkin dia tidak akan pernah sadar. Jadi aku yang akan mengurus perusahaan." jawab Presdir Shin.
Presdir Shin lalu meminta Ah Ran memberikan semua yang berhubungan dengan perusahaan padanya. Ah Ran langsung memasang tampang sedih.
"Aku akan memang akan mengembalikannya padamu, tapi hatiku sedih karena kau memaksaku seperti ini. Aku sudah banyak menolongmu, ayah." ucap Ah Ran.
"Benar ayah, berikan Hyungsoo-nim waktu." pinta Hyun Min.
"Apa ayah mau menendangnya keluar?" tanya Hyun Ji.
"Kalian berdua, apa yang kalian ketahui! Aku bisa saja memberikan uangku pada menantuku, tapi aku tidak bisa menyerahkan perusahaan." jawab Presdir Shin, lalu pergi.
Ah Ran menangis. Nyonya Jo langsung mendekati Ah Ran. Ia merasa tidak enak pada Ah Ran. Namun Ah Ran terus berpura2 sedih. Ia berkata tidak peduli seberapa keras ia mencoba, dirinya tetaplah menantu yang tidak memiliki hubungan darah dengan mereka.
"Tanpa Shin Hyun Woo di rumah ini, aku bukanlah siapa2." ucap Ah Ran lalu berlari ke dapur.
Nyonya Jo pun langsung menyusul Ah Ran, ditemani Hyun Ji. Ah Ran pun mual lagi. Hyun Ji langsung yakin kalau Ah Ran sedang hamil. Ah Ran menyangkal. Ia berkata tidak memiliki waktu banyak dengan Hyun Woo.
"Kenapa tidak? Banyak pasangan memiliki anak hanya dalam semalam." jawab Hyun Ji.
Presdir Shin pun datang, apa yang kalian bicarakan? Ah Ran hamil? Kau harus membawanya ke klinik, tidak peduli berita baik atau buruk.
"Aku tidak...."
"Lakukan saja apa yang kukatakan. Siapa tahu kau benar2 mengandung pewaris Shin." jawab Presdir Shin.
Ah Ran pun menemui Joo Seung. Joo Seung sangat marah, apa kau akan melahirkan anak itu! Apa kau akan menggunakannya untuk merebut warisan keluarga Shin!
"Jangan salah paham! Aku tidak pernah bilang kan akan melahirkan anak ini. Yang aku butuhkan hanyalah surat keterangan kalau aku hamil." jawab Ah Ran.
"Setelah itu kau akan melakukan aborsi dan berpura2 mengandung anak Shin Hyun Woo?" tanya Joo Seung.
"Yang mereka inginkan hanyalah anak ini. Bukankah ini kesempatan yang bagus? Aku akan menggunakan anak ini untuk mengambil kepercayaan mereka. Setelah itu, aku akan menghancurkan mereka ketika mereka lengah." jawab Ah Ran.
Ah Ran ditemani ibu mertuanya pergi ke dokter kandungan. Ah Ran pura2 senang saat dokter memberitahu dirinya hamil. Dokter lantas memberikan foto hasil USG Ah Ran ke Nyonya Jo.
Setibanya di rumah, Nyonya Jo memberikan foto hasil USG itu ke Presdir Shin. Presdir Shin menatap foto hasil USG itu tidak percaya. Ah Ran lantas memberikan semua dokumen perusahaan ke Presdir Shin.
"Mulai sekarang, jangan pikirkan apapun. Pikirkan saja anak yang ada di kandunganmu." ucap Presdir Shin.
"Hyun Woo pasti akan senang dengan kabar baik ini. Aku akan ke villa dan memberikan foto ini padanya. Walaupun dia masih belum sadar, tapi dia pasti bisa merasakan ini darah dagingnya." jawab Nyonya Jo.
Ah Ran pun tersenyum senang karena berhasil menipu mereka.
Sekarang Nyonya Jo sedang memperlihatkan foto hasil USG itu ke Hyun Woo. Ah Ran yang berdiri di belakang menatap Nyonya Jo dengan kesal. Air mata Nyonya Jo pun mengalir saat memberitahu kehamilan Ah Ran pada Hyun Woo. Nyonya Jo berkata masih ada keajaiban di dunia ini, di dunia yang gelap ini....
"Ibu, jangan menangis. Hyun Woo pasti akan sadar. Dia akan memeluk bayinya sendiri, memberikan nama pada bayinya dan menjadi ayah terhangat dunia." ucap Ah Ran.
Ah Ran lalu melepas kalungnya dan menatap Hyun Woo.
"Hyun Woo-ssi, kalung yang kau berikan sebagai hadiah ulang tahunku adalah membawa banyak keberuntungan buatku. Sekarang aku akan membagikan keberuntungan itu padamu. Jadi bangunlah." ucap Ah Ran sambil memasangkan kalung itu di leher Hyun Woo.
"Apa kau tidak bisa melihat bagaimana hancurnya hatiku saat ini? Kau bisa melihatku kan? Kau bisa mendengarku? Kau tidak melupakanku? Meskipun hanya sekali, aku mohon panggil aku ibu."
Tangis Nyonya Jo pun pecah. Ah Ran langsung memegangi Nyonya Jo.
"Ibu, kau bisa sakit kalau begini. Sebaiknya kita pulang sekarang." ucap Ah Ran.
Ah Ran pun memapah Nyonya Jo keluar. Begitu mereka pergi, Hyun Woo menangis dan memanggil2 ibunya. Perhatiannya lalu teralih pada foto hasil USG yang diletakkan sang ibu di tangannya. Sinar kemarahan kembali terlihat di matanya.
"Aku tidak akan memaafkannya! Dia harus membayar semua ini!" batin Hyun Woo sambil meremas foto hasil USG itu.
Sekarang... Hyun Woo kembali latihan berjalan. Dengan susah payah ia menggerakkan kakinya.
Waktu terus berlalu.. Para pengawal tampak berjaga2 di depan pintu. Jae Hee mengendap2 membawa Hyun Woo ke ruang latihan. Dengan susah payah Hyun Woo berusaha menggerakkan otot2 lengannya.
Hyun Woo tak membutuhkan waktu lama untuk memulihkan kesehatannya.
Tak hanya memulihkan kesehatannya, Hyun Woo juga mempelajari semuanya.
--- 1 Bulan Kemudian ----
Hyun Woo sudah pulih total! Ia berdiri menghadap jendela ketika Jae Hee datang membawakan makanan untuknya. Hyun Woo tersenyum menatap Jae Hee.
"Kenapa kau membawakan ini lagi padahal aku baru saja makan." protes Hyun Woo lembut.
"Ini hanya buah." jawab Jae Hee.
"Hari ini aku akan pergi ke Seoul." ucap Hyun Woo.
Jae Hee kaget, Seoul?
"Aku rasa lebih baik bagiku untuk pergi sendiran ke sana. Aku tidak bisa membuang2 waktu lagi. Aku akan menemui Hyun Min hari ini dan menceritakan semuanya." jawab Hyun Woo.
"Kalau begitu aku akan ikut denganmu." ucap Jae Hee.
"Jangan. Kita tidak tahu kapan orang itu akan datang ke sini, jadi lebih baik kalau satu dari kita berada di sini. Aku akan ke sana sendirian." ucap Hyun Woo.
Hyun Woo lalu memegang kedua tangan Jae Hee dan mengucapkan terima kasih. Ia berkata berkat Jae Hee, ia bangun dari komanya.
"Aku tidak akan melupakan jasamu. Kau sudah menyelamatkanku. Dan kau selalu ada untukku." ucap Hyun Woo.
Jae Hee tersenyum simpul dan berkaca2 menatap Hyun Woo.
"Kau akan kembali dengan selamat kan? Jangan kehilangan apapun, walaupun hanya sehelai rambutmu. Jika sesuatu terjadi padamu, aku mungkin tidak akan bisa melanjutkan hidupku lagi. Kembalilah dengan selamat." batin Jae Hee.
Jae Hee lalu bertanya bagaimana caranya Hyun Woo bisa keluar dari sana. Hyun Woo pun menunjukkan sebuah jalan rahasia yang bisa membawanya keluar dari sana. Ia berkata tidak ada seorang pun yang tahu jalan rahasia itu kecuali anggota keluarga. Hyun Woo pun beranjak pergi.
Sementara itu, Jae Hee mengalihkan perhatian para pengawal dengan memberi mereka minuman. Disaat pengawal yang disewa Ah Ran lengah, Hyun Woo melarikan diri.
Sekarang Hyun Woo berada di dalam taksi. Ia mengeluarkan tangannya dari jendela dan merasakan hembusan angin.
Adegan lalu berpindah ke toko Hyun Min. Yeon Jae duduk dan berbaring di salah satu sofa. Ia lalu berkata sofa itu adalah cinta pertamanya. Setelah itu ia berdiri dan berbicara sendiri seolah2 sedang melayani costumer.
"Selera anda sangat bagus, Nyonya. Sofa ini adalah produk terbaik di toko kami."
Yeon Jae pun langsung berhenti main2 ketika Hyun Woo datang. Hyun Woo mencari Hyun Min. Yeon Jae pun bilang kalau Hyun Woo bisa menitipkan pesan padanya karena Hyun Min belum datang.
"Aku akan melihat2 dulu. Kau bisa kembali ke pekerjaanmu." jawab Hyun Woo.
Hyun Woo lantas pura2 membaca koran. Ketika Yeon Jae lengah, ia menuliskan sesuatu di kertas. Beberapa menit kemudian, ia dikejutkan dengan kedatangan Ah Ran. Ia pun buru2 merobek pesan yang ditulisnya untuk Hyun Min.
"Ah Ran, kenapa kau datang sepagi ini?" sapa Yeon Jae.
"Aku ingin meminta sesuatu darimu. Sejak suamiku kecelakaan, adik iparku terus saja mencari tahu latar belakangku. Mungin dia takut berbagi warisan denganku. Jadi bisakah kau memberitahuku angka penjualan produk kita minggu ini?" ucap Ah Ran.
Yeon Jae pun kaget. Sementara itu, Hyun Woo kembali memakai maskernya dan mendengarkan pembicaraan mereka diam2. Ah Ran berkata kalau dia sangat peduli pada perusahaan, tapi ayah mertua dan kakak iparnya tidak mempercayainya.
"Ini bukan karena aku serakah. Aku benar2 ingin mengurus perusahaan sampai suamiku bangun." ucap Ah Ran lagi.
Yeon Jae pun percaya! (alamaaak!!)
"Kau baik sekali. Jangan khawatir. Aku akan membantumu. Ini masalah kecil buatku. Kau mendapat banyak masalah karena suamimu koma." ucap Yeon Jae.
Ah Ran berseru senang, terima kasih Yeon Jae!
Disaat Ah Ran sibuk dengan urusannya, Hyun Woo menggunakan kesempatan itu untuk pergi. Ah Ran sama sekali tidak melihat Hyun Woo, saat Hyun Woo berjalan melewatinya. Yeon Jae lah yang melihat Hyun Woo.
"Kenapa dia pergi? Dia customer pertama kita hari ini. Tapi wajahnya tidak begitu asing." ucap Yeon Jae.
Hyun Woo ternyata belum pergi. Ia terus memata2i Ah Ran. Ah Ran melihat Hyun Woo saat ia hendak masuk ke mobilnya. Hyun Woo langsung pergi. Ah Ran mengejar Hyun Woo. Hyun Woo pun berlari dengan kaki yang masih pincang.
Hyun Woo melompat ke salah satu gang sempit. Sialnya, ada seekor anjing yang diikat di sana. Anjing itu menyalak pada Hyun Woo.
Hyun Woo lalu pergi ke lokernya. Ia mengambil dokumen dan benda2 berharga miliknya di sana. Setelah itu, Hyun Woo membawa dokumen dan berkonsultasi dengan seorang pengacara.
Setelah itu, Hyun Woo pergi ke klub tempat Ah Ran dulu pernah bekerja. Hyun Woo memohon pada pelayan, agar pelayan memberinya sesuatu yang berhubungan dengan Ah Ran. Pelayan itu awalnya keberatan, tapi akhirnya ia bersedia membantu Hyun Woo. Ia berkata managernya memiliki CD saat Ah Ran menari.
Hyun Woo juga menelpon seseorang.
"Aku saksi dari kecelakaan yang terjadi tanggal 13 Oktober lalu. Aku punya hadiah untukmu." ucap Hyun Woo.
Hyun Woo kemudian pergi ke rumah sakit Joo Seung. Ia berdiri di depan rumah sakit Joo Seung. Matanya menatap rumah sakit itu dengan tajam. Lalu ketika terdengar suara Joo Seung dan Ah Ran, ia buru2 bersembunyi.
"Bagaimana mungkin kau bisa tiba2 melihat Hyun Woo di Seol." ucap Joo Seung tidak percaya.
"Apa aku akan di operasi hari ini? Aku sangat sibuk sehingga tidak bisa mengurus diriku." ucap Ah Ran.
"Itu akan sangat berbahaya." jawab Joo Seung.
Ah Ran pun terdiam, membuat Joo Seung curiga.
"Apa kau berencana melahirkan anak itu?"
Ah Ran marah, jangan pernah berpikir kalau aku akan melahirkan darah daging Shin Hyun Woo. Hidup Shin Hyun Woo akan sangat menyedihkan seperti pengemis. Tidak akan ada yang menangisinya. Tidak akan ada yang mengasihaninya. Melahirkan anak ini hanya akan menciptakan tragedi baru."
"Aku mengerti, maafkan aku."
Lalu tiba2, Ah Ran merasakan sesuatu di perutnya. Ia pun langsung memegangi perutnya.
"Ada apa?" tanya Joo Seung.
"Kurasa dia sedang bergerak. Ini pertama kalinya aku merasakan hal ini." jawab Ah Ran.
Wajah Joo Seung pun berubah kesal. Joo Seung lalu mengajak Ah Ran pergi menemui dokter. Begitu mereka pergi, Hyun Woo langsung keluar dari persembunyiannya dan menatap mereka dengan panik. Hyun Woo pun mencari taksi dan mengikuti mereka.
Ah Ran dan Joo Seung masuk ke rumah sakit tanpa sadari diikuti oleh Hyun Woo. Hyun Woo menatap Ah Ran yang masuk ke ruangan operasi dengan mata berkaca2.
"Anakku, maafkan aku. Aku tidak bisa melindungimu." ucap Hyun Woo.
Beberapa saat kemudian, pandangan Hyun Woo pun berubah menjadi tajam.
"Joo Ah Ran, kau akan membayar semua inii. Kau akan mendapatkan hukuman." batinnya.
Ia pun beranjak pergi. Saat menuruni tangga, ia berpapasan dengan Joo Seung. Joo Seung melihat ke arah Hyun Woo namun ia tak sadar kalau pria yang berpapasan dengannya adalah Hyun Woo. Sementara Hyun Woo sendiri tidak sadar dirinya berpapasan dengan Joo Seung.
Hyun Woo lantas pulang ke rumahnya. Ia pun tertegun melihat plang nama ayahnya di depan rumah. Matanya pun mulai berkaca. "Ayah, ibu. Aku disini." ucapnya.
Sementara itu Joo Seung dan Ah Ran masih di perjalanan. Ah Ran tampak lemas. Joo Seung menyuruh Ah Ran istirahat di rumahnya, tapi Ah Ran menolak. Ah Ran juga melarang Joo Seung menurunkannya di depan rumah Hyun Woo. Ia takut ada yg melihat mereka nanti. Joo Seung pun menurunkan Ah Ran di pinggiran jalan tak jauh dari rumah Hyun Woo.
"Jangan pikirkan apapun dan istirahatlah." suruh Joo Seung.
Ah Ran pun tersenyum. Ia lalu turun dari mobil Joo Seung. Dengan tubuhnya yang lemas, ia berjalan menuju rumah Hyun Woo. Langkahnya pun terhenti melihat seseorang berdiri di pintu pagar.
"Siapa kau?" tanya sambil mendekati Hyun Woo.
Perlahan Hyun Woo mengenakan maskernya dan... KABUR.
Ah Ran pun kaget, Shin Hyun Woo!
Ah Ran lalu berlari mengejar Hyun Woo. Hyun Woo berlari kencang sambil memegangi kakinya yang masih terasa sakit. Sebuah sepeda nyaris menabrak Hyun Woo. Hyun Woo terus berlari ke jalan. Ia pun nyaris saja ditabrak sebuah mobil. Sebuah taksi pun lewat. Saat Hyun Woo hendak masuk ke taksi, Ah Ran menahannya.
"Siapa kau? Perlihatkan wajahmu!" pinta Ah Ran.
Hyun Woo menghempaskan tangan Ah Ran. Saat itulah, tanpa sengaja Ah Ran mencakar tangan Hyun Woo. Hyun Woo buru2 masuk ke taksi. Begitu taksi berjalan, ia menutupi wajahnya dengan lengannya.
"Aku sangat yakin itu Shin Hyun Woo." ucap Ah Ran sambil menatap kepergian Hyun Woo.
Ah Ran lalu menyetop taksi lain dan berusaha mengejar Hyun Woo. Mereka pun saling berkejar2an di jalanan.
"Tolong cepatlah! Aku akan memberitahumu jalan pintas!" ucap Hyun Woo pada sang supir.
Taksi Hyun Woo dan Ah Ran sama2 melaju kencang di jalanan. Ketika di lampu merah, Hyun Woo berhasil lolos. Taksinya terus melaju beberapa detik sebelum lampu merah menyala. Ah Ran mendengus kesal karena dirinya terjebak di lampu merah. Ia pun menelpon Joo Seung.
"Aku melihat Shin Hyun Woo. Aku tidak bohong! Aku melihat dia di berdiri di depan pintu! Aku akan ke villa sekarang. Aku yakin Hyun Woo sudah sadar." ucap Ah Ran.
Presdir Shin berbicara dengan Seketaris Kang. Ia bertanya siapa yang lebih pantas mengurus perusahaan? Apakah dirinya lebih pantas daripada Ah Ran? Seketaris Kang mengiyakan. Presdir Shin pun berkata lagi kalau Ah Ran tidak akan menusuknya dari belakang.
"Dia bahkan sedang mengandung cucuku. Dia bagian dari keluarga ini sekarang." ucap Presdir.
Tak lama kemudian, Hyun Ji datang membawakan secangkir minuman. Presdir Shin menyuruh Hyun Ji meletakkan dokumen yang diperiksanya tadi ke kamar Ah Ran.
Saat meletakkan dokumen itu atas meja, Hyun Ji tidak sengaja menendang tong sampah Ah Ran. Sampah2 kertas pun berserakan. Ia pun terkejut saat menemukan resep obat diantara sampah2 itu.
"Bukankah wanita hamil tidak boleh minum obat sembarangan?" ucapnya heran.
Ia pun semakin terkejut saat menemukan robekan hasil foto USG.
Ah Ran sudah sampai di villa. Ia heran saat pengawal yang disewanya berkata tidak ada seorang pun yang keluar meninggalkan villa. Yakin kalau yang dilihatnya adalah Hyun Woo, ia pun mengendap2 masuk ke villa. Ia ingin memastikannya sendiri. Betapa kagetnya ia saat membuka pintu, ia menemukan Jae Hee sedang mengurus Hyun Woo.
"Ada apa ini? Jika laki2 itu memang Hyun Woo, dimana topi dan pakaian yang ia kenakan tadi?" batin Ah Ran.
Ah Ran lalu ingat ketika dirinya tidak sengaja mencakar tangan Hyun Woo. Ia pun langsung memeriksa tangan Hyun Woo.
"Apa ini? Ada dia terluka?" tanya Ah Ran menemukan plester di tangan Hyun Woo.
"Dia terluka saat aku memberinya suntikan.' jawab Jae Hee.
Tak percaya dengan Jae Hee, Ah Ran pun membuka plester itu dan terkejut melihat luka cakaran di tangan Hyun Woo. Ah Ran langsung menatap Jae Hee.
"Apa kau yakin? Tidak ada yang kau sembunyikan dariku?" tanya Ah Ran.
"Tentu saja. Aku kan sudah berjanji akan mematuhi perintahmu." jawab Jae Hee gugup.
"Baiklah, aku percaya padamu." ucap Ah Ran.
Ah Ran pun beranjak pergi. Begitu Ah Ran pergi, Jae Hee langsung terduduk lemas. Ah Ran lantas menengok keluar jendela. Yakin Ah Ran sudah pergi, ia pun memberitahu Hyun Woo.
"Terima kasih." ucap Hyun Woo ke Jae Hee.
"Kau tidak akan pergi lagi kan? Aku sangat cemas. Jantungku rasanya seperti melompat2." jawab Jae Hee.
"Maafkan aku karena sudah membuat cemas." ucap Hyun Woo.
Jae Hee lalu memapah Hyun Woo keluar. Tanpa mereka sadari, seseorang mengintip mereka dari balik jendela. Orang itu, AH RAN! Ah Ran terkejut melihat Hyun Woo yang sudah pulih. Ah Ran lantas dikejutkan oleh Joo Seung. Ah Ran pun mengajak Joo Seung mengikuti Hyun Woo.
Jae Hee membawa Hyun Woo ke ruang latihan. Mereka tak sadar, di belakang Ah Ran dan Joo Seung melihat mereka. Tanpa sengaja, Ah Ran dan Joo Seung membuat keributan. Hyun Woo pun kaget. Jae Hee lantas pergi memeriksa keluar.
"Tidak ada siapa2. Hanya ada orang2 yang menjaga pintu gerbang." ucap Jae Hee.
Sementara itu di luar, Joo Seung dan Ah Ran sedang membahas Hyun Woo.
"Apa yang harus kita lakukan? Mereka sudah menipu kita. Aku yakin mereka punya rencana besar." ucap Ah Ran.
"Lalu Suster Yoon tahu rencana ini dan dia merahasiakannya dari kita?" tanya Joo Seung.
"Seharusnya aku memecatnya dari awal saat aku mencurigainya." jawab Ah Ran.
Tanpa sengaja Joo Seung menemukan 'jalan rahasia' yang selama ini digunakan Hyun Woo untuk keluar masuk villa. Mereka terkejut bukan main. Joo Seung tidak menyangka ada jalan rahasia di villa itu. Ia mengaku tidak mengetahui jalan rahasia itu.
"Jangan sampai dia menghubungi keluarganya." ucap Joo Seung.
Joo Seung lalu memberikan alat penyadap pada Ah Ran.
"Aku sengaja membawanya karena takut kalau2 dia sadar. Selama kita bisa mengetahui apa yang terjadi di dalam, kita bisa menyiapkan serangan balasan." ucap Joo Seung.
"Kau benar. Kenapa tidak terpikirkan olehku." jawab Ah Ran.
Ah Ran dan Joo Seung lantas mengendap2 masuk ke kamar Hyun Woo. Joo Seung memasang alat penyadap itu di sisi tempat tidur Hyun Woo.
Sekarang... Joo Seung sudah berada di apartemennya. Ia duduk bersama Ah Ran mendengarkan percakapan Hyun Woo dan Jae Hee.
"Istirahat lah. Akan kumatikan lampunya." ucap Jae Hee.
"Jangan matikan lampunya. Berbaring seperti ini membuatku ingat kecelakaan yang terjadi malam itu. Aku takut." jawab Hyun Woo.
"Aku akan menemanimu sampai kau tertidur. Jangan cemas dan tutuplah matamu." ucap Jae Hee.
Adegan pun berpindah pada Hyun Woo dan Jae Hee.
"Aku sudah melapor pada polisi tentang kecelakaan malam itu. Mereka akan segera memeriksa Joo Ah Ran." ucap Hyun Woo.
"Benarkah?" tanya Jae Hee.
"Aku bilang aku mendengar nama Joo Ah Ran hari itu. Aku yakin dia akan menjadi tersangka. Aku juga pergi ke klub tempat dia bekerja dulu. Aku akan membongkar kejahatannya satu per satu." jawab Hyun Woo.
"Kau melakukannya dengan baik. Lalu kau akan kembali ke rumah mu?" tanya Jae Hee.
"Sebelum kembali ke rumah, ada satu hal yang harus kupastikan. Aku penasaran kenapa wanita itu menginginkan kematianku." jawab Hyun Woo.
Sekarang kita kembali ke Joo Seung dan Ah Ran. Keduanya kaget mendengar kata2 Hyun Woo.
"Hal yang lebih buruk dari yang kita duga. Polisi akan segera menangkapmu." ucap Joo Seung.
"Dia menipu kita. Dia bahkan memiliki CD masa laluku. Orang2 akan segera tahu latar belakangku. Joo Seung-sii, apa yang harus kulakukan" jawab Ah Ran.
Joo Seung lantas memeluk Ah Ran erat2.
"Kita tidak boleh putus asa. Kita sudah tahu rencana Hyun Woo sekarang, jika kita memikirkannya dengan hati2, kita pasti menemukan jalan keluar." ucap Joo Seung.
"Aku takut. Bagaimana kalau polisi menangkapku?" tanya Ah Ran.
Keesokan paginya... Hyun Ji dan Nyonya Jo berniat menjenguk Hyun Woo. Presdir Shin pun melarang istrinya pergi jika istrinya hanya akan menangis. Nyonya Jo pun berkata hal itu tidak akan terulang lagi. Hyun Min juga ingin ikut mengunjungi kakaknya.
Hyun Woo sedang membuat sesuatu. Begitu tahu Jae Hee datang, ia langsung menyembunyikannya dibawah selimut. Jae Hee datang membawakan makanan untuk Hyun Woo. Hyun Woo lalu memberikan hadiah pada Jae Hee. Sebuah boneka kayu.
"Bukankah ini boneka kayu? Aku ingat. Saat aku masih kecil, kau sering membuatkan diriku boneka seperti ini." ucap Jae Hee girang.
Hyun Woo pun tersenyum menatap Jae Hee.
"Tubuhku terasa lebih baik setelah aku tidur. Aku juga dapat melakukan latihan lebih banyak dan lebih banyak makan makanan yang padat." ucap Hyun Woo.
"Itu bagus. Sekarang habiskan sarapanmu. Setelah itu, kita akan pergi ke ruang bawah tanah." jawab Jae Hee.
Bersambung Ke Part 2
Ah Ran terkejut karena tidak mendapati Hyun Woo di kamarnya.
"Aku sudah bilang jangan keluar rumah. Kemana mereka pergi? Apa dia sudah sadar?"
Ah Ran lalu berlari dan mengecek Hyun Woo di setiap kamar, namun ia tak dapat menemukan Hyun Woo. Ia pun panik. Di tengah2 kepanikannya, Hyun Woo dan Jae Hee pun kembali. Hyun Woo berpura2 koma untuk mengelabui Ah Ran.
"Darimana saja kalian? Apa yang terjadi?" tanya Ah Ran sambil menatap tajam Jae Hee.
"Aku merasa bosan jadi aku pergi mencari udara segar. Karena aku takut keluargamu akan datang dan melihat dia sendirian, jadi aku terpaksa membawanya." jawab Jae Hee.
"Lalu kenapa dia terlihat begitu lelah?" tanya Ah Ran.
"Aku membuatnya melakukan beberapa latihan, itulah kenapa dia terlihat lelah." jawab Jae Hee.
"Apa kau pergi keluar hari ini?" tanya Ah Ran.
"Tidak." jawab Jae Hee.
Namun Ah Ran tak langsung mempercayai kata2 Jae Hee. Tapi walaupun begitu, ia tak lagi bicara panjang lebar pada Jae Hee. Ia menyuruh Jae Hee menyiapkan peralatan mandi Hyun Woo. Jae Hee pun mengangguk dan langsung melaksanakan perintah Ah Ran. Begitu Jae Hee pergi, Ah Ran langsung mendekati Hyun Woo.
"Katakan padaku! Apa kau yang menyuruh Suster Yoon pergi?" tanya Ah Ran marah.
"Benar. Aku yang menyuruhnya. Permainan yang sesungguhnya baru akan dimulai." batin Hyun Woo.
"Apa yang kau sembunyikan? Apa kau yang mengambil stempel perusahaan!" tanya Ah Ran lagi.
"Benar. Stempel perusahaan ada di tanganku." batin Hyun Woo.
"Kau sudah mati atau masih hidup! Kau ingin membuatku gila! Beritahu aku kalau kau masih hidup!" teriak Ah Ran.
Ah Ran lalu mengguncang2kan tubuh Hyun Woo, katakan! Katakan!
Namun Hyun Woo tetap diam saja, membuat Ah Ran makin kesal.
"Baiklah kalau begitu. Aku tidak peduli kau sadar atau tidak. Aku hanya ingin mengambil apa yang kuinginkan." ucap Ah Ran.
Hyun Woo kini sudah berbaring di ranjangnya. Ah Ran duduk disamping Hyun Woo. Ah Ran mengeluarkan sebuah dokumen dan berkata dia membutuhkan sidik jari Hyun Woo. Setelah mendapatkan sidik jari Hyun Woo, ia tersenyum puas dan berkata pemilik Soul Furniture sekarang dirinya. Ia kemudian menelpon Joo Seung dan berkata semua sudah selesai sekarang. Namun Joo Seung mengatakan sesuatu yang mengejutkan Ah Ran. Joo Seung berkata Ah Ran hamil.
Ah Ran pun kaget, apa? Aku hamil? Aku hamil anak Shin Hyun Woo?
Hyun Woo yang mendengar itu juga kaget.
"Aku akan menggugurkan janin ini. Hanya memikirkannya saja, bahwa aku mengandung darah daging Shin Hyun Woo, membuatku ingin mati. Tolong bantu aku." jawab Ah Ran.
Ah Ran lalu menatap tajam ke arah Hyun Woo.
"Takdir kita begitu rumit. Aku bahkan mengandung anakmu sekarang. Tapi jangan cemas. Aku tidak akan melahirkan anak ini yang orang tuanya saling membenci sampai mati." ucap Ah Ran.
Ah Ran lalu beranjak pergi. Begitu Ah Ran pergi, Hyun Woo langsung mengamuk. Ia berteriak dan membanting semua barang di sekelilingnya. Sementara itu, Jae Hee mengantar Ah Ran keluar. Sebuah mobil hitam tiba2 datang dan dua orang pria turun dari mobil.
"Mulai hari ini mereka akan menjaga tempat ini. Jangan berpikir kau bisa pergi tanpa izin dariku." ucap Ah Ran.
"Kenapa kau melakukan ini? Ini terlalu berlebihan." protes Jae Hee.
"Jika kau merasa tidak nyaman, kau boleh keluar sekarang." jawab Ah Ran.
Jae Hee pun terdiam..
"Jika ada sesuatu yang penting, kau bisa meminjam ponsel mereka." ucap Ah Ran lagi.
Ah Ran lalu beranjak pergi. Jae Hee terlihat kesal. Ia lantas melaporkan hal itu pada Hyun Woo. Hyun Woo pun langsung memutar otaknya. Jae Hee mengusulkan melaporkan mereka pada polisi. Namun ditolak Hyun Woo.
"Kalau kita memberitahukan ini pada keluargamu, aku takut mereka akan terluka. Kita tidak pernah tahu apa yang sanggup dilakukan istrimu." ucap Jae Hee lagi.
Hyun Woo tetap diam. Matanya memancarkan sinar kemarahan yang begitu besar. Ia bertekad membongkar satu per satu kejahatan yang dilakukan Ah Ran. Ia juga berkata tidak akan pernah memaafkan Ah Ran.
Ah Ran menyerahkan dokumen dengan cap Hyun Woo pada Joo Seung. Ia menyuruh Joo Seung menyerahkan dokumen itu pada pengacara.
"Setelah Presdir kembali, dia akan melihat ini. Apa yang akan kau lakukan?" tanya Joo Seung.
"Aku yakin Tuhan akan menolong kita. Stempel Hyun Woo sudah hilang, akan sulit bagi ayah untuk melakukan apapun." jawab Ah Ran.
Presdir Shin dan istrinya akhirnya kembali dari liburan mereka. Begitu tiba di rumah, hal yang pertama kali ditanyakan Nyonya Jo adalah Hyun Woo. Presdir Shin pun kesal karena Nyonya Jo selalu menanyakan hal yang sama berulang2.
"Jangan cemas, ibu. Tidak ada hal buruk yang terjadi." jawab Ah Ran.
"Ah Ran, kau tahu dimana stempel Hyun Woo?" tanya Presdir Shin.
"Stempel Hyun Woo? Sebenarnya aku juga mencarinya, tapi aku tidak bisa menemukannya. Sepertinya Hyun Woo menyimpannya di tempat lain." jawab Ah Ran.
"Apa? Lalu bagaimana? Aku ingin perusahaanku kembali, kenapa jadi begitu rumit." ucap Presdir Shin.
Hyun Min pun kaget, apa maksud ayah?
"Kita tidak tahu kapan Hyun Woo akan sadar. Atau mungkin dia tidak akan pernah sadar. Jadi aku yang akan mengurus perusahaan." jawab Presdir Shin.
Presdir Shin lalu meminta Ah Ran memberikan semua yang berhubungan dengan perusahaan padanya. Ah Ran langsung memasang tampang sedih.
"Aku akan memang akan mengembalikannya padamu, tapi hatiku sedih karena kau memaksaku seperti ini. Aku sudah banyak menolongmu, ayah." ucap Ah Ran.
"Benar ayah, berikan Hyungsoo-nim waktu." pinta Hyun Min.
"Apa ayah mau menendangnya keluar?" tanya Hyun Ji.
"Kalian berdua, apa yang kalian ketahui! Aku bisa saja memberikan uangku pada menantuku, tapi aku tidak bisa menyerahkan perusahaan." jawab Presdir Shin, lalu pergi.
Ah Ran menangis. Nyonya Jo langsung mendekati Ah Ran. Ia merasa tidak enak pada Ah Ran. Namun Ah Ran terus berpura2 sedih. Ia berkata tidak peduli seberapa keras ia mencoba, dirinya tetaplah menantu yang tidak memiliki hubungan darah dengan mereka.
"Tanpa Shin Hyun Woo di rumah ini, aku bukanlah siapa2." ucap Ah Ran lalu berlari ke dapur.
Nyonya Jo pun langsung menyusul Ah Ran, ditemani Hyun Ji. Ah Ran pun mual lagi. Hyun Ji langsung yakin kalau Ah Ran sedang hamil. Ah Ran menyangkal. Ia berkata tidak memiliki waktu banyak dengan Hyun Woo.
"Kenapa tidak? Banyak pasangan memiliki anak hanya dalam semalam." jawab Hyun Ji.
Presdir Shin pun datang, apa yang kalian bicarakan? Ah Ran hamil? Kau harus membawanya ke klinik, tidak peduli berita baik atau buruk.
"Aku tidak...."
"Lakukan saja apa yang kukatakan. Siapa tahu kau benar2 mengandung pewaris Shin." jawab Presdir Shin.
Ah Ran pun menemui Joo Seung. Joo Seung sangat marah, apa kau akan melahirkan anak itu! Apa kau akan menggunakannya untuk merebut warisan keluarga Shin!
"Jangan salah paham! Aku tidak pernah bilang kan akan melahirkan anak ini. Yang aku butuhkan hanyalah surat keterangan kalau aku hamil." jawab Ah Ran.
"Setelah itu kau akan melakukan aborsi dan berpura2 mengandung anak Shin Hyun Woo?" tanya Joo Seung.
"Yang mereka inginkan hanyalah anak ini. Bukankah ini kesempatan yang bagus? Aku akan menggunakan anak ini untuk mengambil kepercayaan mereka. Setelah itu, aku akan menghancurkan mereka ketika mereka lengah." jawab Ah Ran.
Ah Ran ditemani ibu mertuanya pergi ke dokter kandungan. Ah Ran pura2 senang saat dokter memberitahu dirinya hamil. Dokter lantas memberikan foto hasil USG Ah Ran ke Nyonya Jo.
Setibanya di rumah, Nyonya Jo memberikan foto hasil USG itu ke Presdir Shin. Presdir Shin menatap foto hasil USG itu tidak percaya. Ah Ran lantas memberikan semua dokumen perusahaan ke Presdir Shin.
"Mulai sekarang, jangan pikirkan apapun. Pikirkan saja anak yang ada di kandunganmu." ucap Presdir Shin.
"Hyun Woo pasti akan senang dengan kabar baik ini. Aku akan ke villa dan memberikan foto ini padanya. Walaupun dia masih belum sadar, tapi dia pasti bisa merasakan ini darah dagingnya." jawab Nyonya Jo.
Ah Ran pun tersenyum senang karena berhasil menipu mereka.
Sekarang Nyonya Jo sedang memperlihatkan foto hasil USG itu ke Hyun Woo. Ah Ran yang berdiri di belakang menatap Nyonya Jo dengan kesal. Air mata Nyonya Jo pun mengalir saat memberitahu kehamilan Ah Ran pada Hyun Woo. Nyonya Jo berkata masih ada keajaiban di dunia ini, di dunia yang gelap ini....
"Ibu, jangan menangis. Hyun Woo pasti akan sadar. Dia akan memeluk bayinya sendiri, memberikan nama pada bayinya dan menjadi ayah terhangat dunia." ucap Ah Ran.
Ah Ran lalu melepas kalungnya dan menatap Hyun Woo.
"Hyun Woo-ssi, kalung yang kau berikan sebagai hadiah ulang tahunku adalah membawa banyak keberuntungan buatku. Sekarang aku akan membagikan keberuntungan itu padamu. Jadi bangunlah." ucap Ah Ran sambil memasangkan kalung itu di leher Hyun Woo.
"Apa kau tidak bisa melihat bagaimana hancurnya hatiku saat ini? Kau bisa melihatku kan? Kau bisa mendengarku? Kau tidak melupakanku? Meskipun hanya sekali, aku mohon panggil aku ibu."
Tangis Nyonya Jo pun pecah. Ah Ran langsung memegangi Nyonya Jo.
"Ibu, kau bisa sakit kalau begini. Sebaiknya kita pulang sekarang." ucap Ah Ran.
Ah Ran pun memapah Nyonya Jo keluar. Begitu mereka pergi, Hyun Woo menangis dan memanggil2 ibunya. Perhatiannya lalu teralih pada foto hasil USG yang diletakkan sang ibu di tangannya. Sinar kemarahan kembali terlihat di matanya.
"Aku tidak akan memaafkannya! Dia harus membayar semua ini!" batin Hyun Woo sambil meremas foto hasil USG itu.
Sekarang... Hyun Woo kembali latihan berjalan. Dengan susah payah ia menggerakkan kakinya.
Waktu terus berlalu.. Para pengawal tampak berjaga2 di depan pintu. Jae Hee mengendap2 membawa Hyun Woo ke ruang latihan. Dengan susah payah Hyun Woo berusaha menggerakkan otot2 lengannya.
Hyun Woo tak membutuhkan waktu lama untuk memulihkan kesehatannya.
Tak hanya memulihkan kesehatannya, Hyun Woo juga mempelajari semuanya.
--- 1 Bulan Kemudian ----
Hyun Woo sudah pulih total! Ia berdiri menghadap jendela ketika Jae Hee datang membawakan makanan untuknya. Hyun Woo tersenyum menatap Jae Hee.
"Kenapa kau membawakan ini lagi padahal aku baru saja makan." protes Hyun Woo lembut.
"Ini hanya buah." jawab Jae Hee.
"Hari ini aku akan pergi ke Seoul." ucap Hyun Woo.
Jae Hee kaget, Seoul?
"Aku rasa lebih baik bagiku untuk pergi sendiran ke sana. Aku tidak bisa membuang2 waktu lagi. Aku akan menemui Hyun Min hari ini dan menceritakan semuanya." jawab Hyun Woo.
"Kalau begitu aku akan ikut denganmu." ucap Jae Hee.
"Jangan. Kita tidak tahu kapan orang itu akan datang ke sini, jadi lebih baik kalau satu dari kita berada di sini. Aku akan ke sana sendirian." ucap Hyun Woo.
Hyun Woo lalu memegang kedua tangan Jae Hee dan mengucapkan terima kasih. Ia berkata berkat Jae Hee, ia bangun dari komanya.
"Aku tidak akan melupakan jasamu. Kau sudah menyelamatkanku. Dan kau selalu ada untukku." ucap Hyun Woo.
Jae Hee tersenyum simpul dan berkaca2 menatap Hyun Woo.
"Kau akan kembali dengan selamat kan? Jangan kehilangan apapun, walaupun hanya sehelai rambutmu. Jika sesuatu terjadi padamu, aku mungkin tidak akan bisa melanjutkan hidupku lagi. Kembalilah dengan selamat." batin Jae Hee.
Jae Hee lalu bertanya bagaimana caranya Hyun Woo bisa keluar dari sana. Hyun Woo pun menunjukkan sebuah jalan rahasia yang bisa membawanya keluar dari sana. Ia berkata tidak ada seorang pun yang tahu jalan rahasia itu kecuali anggota keluarga. Hyun Woo pun beranjak pergi.
Sementara itu, Jae Hee mengalihkan perhatian para pengawal dengan memberi mereka minuman. Disaat pengawal yang disewa Ah Ran lengah, Hyun Woo melarikan diri.
Sekarang Hyun Woo berada di dalam taksi. Ia mengeluarkan tangannya dari jendela dan merasakan hembusan angin.
Adegan lalu berpindah ke toko Hyun Min. Yeon Jae duduk dan berbaring di salah satu sofa. Ia lalu berkata sofa itu adalah cinta pertamanya. Setelah itu ia berdiri dan berbicara sendiri seolah2 sedang melayani costumer.
"Selera anda sangat bagus, Nyonya. Sofa ini adalah produk terbaik di toko kami."
Yeon Jae pun langsung berhenti main2 ketika Hyun Woo datang. Hyun Woo mencari Hyun Min. Yeon Jae pun bilang kalau Hyun Woo bisa menitipkan pesan padanya karena Hyun Min belum datang.
"Aku akan melihat2 dulu. Kau bisa kembali ke pekerjaanmu." jawab Hyun Woo.
Hyun Woo lantas pura2 membaca koran. Ketika Yeon Jae lengah, ia menuliskan sesuatu di kertas. Beberapa menit kemudian, ia dikejutkan dengan kedatangan Ah Ran. Ia pun buru2 merobek pesan yang ditulisnya untuk Hyun Min.
"Ah Ran, kenapa kau datang sepagi ini?" sapa Yeon Jae.
"Aku ingin meminta sesuatu darimu. Sejak suamiku kecelakaan, adik iparku terus saja mencari tahu latar belakangku. Mungin dia takut berbagi warisan denganku. Jadi bisakah kau memberitahuku angka penjualan produk kita minggu ini?" ucap Ah Ran.
Yeon Jae pun kaget. Sementara itu, Hyun Woo kembali memakai maskernya dan mendengarkan pembicaraan mereka diam2. Ah Ran berkata kalau dia sangat peduli pada perusahaan, tapi ayah mertua dan kakak iparnya tidak mempercayainya.
"Ini bukan karena aku serakah. Aku benar2 ingin mengurus perusahaan sampai suamiku bangun." ucap Ah Ran lagi.
Yeon Jae pun percaya! (alamaaak!!)
"Kau baik sekali. Jangan khawatir. Aku akan membantumu. Ini masalah kecil buatku. Kau mendapat banyak masalah karena suamimu koma." ucap Yeon Jae.
Ah Ran berseru senang, terima kasih Yeon Jae!
Disaat Ah Ran sibuk dengan urusannya, Hyun Woo menggunakan kesempatan itu untuk pergi. Ah Ran sama sekali tidak melihat Hyun Woo, saat Hyun Woo berjalan melewatinya. Yeon Jae lah yang melihat Hyun Woo.
"Kenapa dia pergi? Dia customer pertama kita hari ini. Tapi wajahnya tidak begitu asing." ucap Yeon Jae.
Hyun Woo ternyata belum pergi. Ia terus memata2i Ah Ran. Ah Ran melihat Hyun Woo saat ia hendak masuk ke mobilnya. Hyun Woo langsung pergi. Ah Ran mengejar Hyun Woo. Hyun Woo pun berlari dengan kaki yang masih pincang.
Hyun Woo melompat ke salah satu gang sempit. Sialnya, ada seekor anjing yang diikat di sana. Anjing itu menyalak pada Hyun Woo.
Hyun Woo lalu pergi ke lokernya. Ia mengambil dokumen dan benda2 berharga miliknya di sana. Setelah itu, Hyun Woo membawa dokumen dan berkonsultasi dengan seorang pengacara.
Setelah itu, Hyun Woo pergi ke klub tempat Ah Ran dulu pernah bekerja. Hyun Woo memohon pada pelayan, agar pelayan memberinya sesuatu yang berhubungan dengan Ah Ran. Pelayan itu awalnya keberatan, tapi akhirnya ia bersedia membantu Hyun Woo. Ia berkata managernya memiliki CD saat Ah Ran menari.
Hyun Woo juga menelpon seseorang.
"Aku saksi dari kecelakaan yang terjadi tanggal 13 Oktober lalu. Aku punya hadiah untukmu." ucap Hyun Woo.
Hyun Woo kemudian pergi ke rumah sakit Joo Seung. Ia berdiri di depan rumah sakit Joo Seung. Matanya menatap rumah sakit itu dengan tajam. Lalu ketika terdengar suara Joo Seung dan Ah Ran, ia buru2 bersembunyi.
"Bagaimana mungkin kau bisa tiba2 melihat Hyun Woo di Seol." ucap Joo Seung tidak percaya.
"Apa aku akan di operasi hari ini? Aku sangat sibuk sehingga tidak bisa mengurus diriku." ucap Ah Ran.
"Itu akan sangat berbahaya." jawab Joo Seung.
Ah Ran pun terdiam, membuat Joo Seung curiga.
"Apa kau berencana melahirkan anak itu?"
Ah Ran marah, jangan pernah berpikir kalau aku akan melahirkan darah daging Shin Hyun Woo. Hidup Shin Hyun Woo akan sangat menyedihkan seperti pengemis. Tidak akan ada yang menangisinya. Tidak akan ada yang mengasihaninya. Melahirkan anak ini hanya akan menciptakan tragedi baru."
"Aku mengerti, maafkan aku."
Lalu tiba2, Ah Ran merasakan sesuatu di perutnya. Ia pun langsung memegangi perutnya.
"Ada apa?" tanya Joo Seung.
"Kurasa dia sedang bergerak. Ini pertama kalinya aku merasakan hal ini." jawab Ah Ran.
Wajah Joo Seung pun berubah kesal. Joo Seung lalu mengajak Ah Ran pergi menemui dokter. Begitu mereka pergi, Hyun Woo langsung keluar dari persembunyiannya dan menatap mereka dengan panik. Hyun Woo pun mencari taksi dan mengikuti mereka.
Ah Ran dan Joo Seung masuk ke rumah sakit tanpa sadari diikuti oleh Hyun Woo. Hyun Woo menatap Ah Ran yang masuk ke ruangan operasi dengan mata berkaca2.
"Anakku, maafkan aku. Aku tidak bisa melindungimu." ucap Hyun Woo.
Beberapa saat kemudian, pandangan Hyun Woo pun berubah menjadi tajam.
"Joo Ah Ran, kau akan membayar semua inii. Kau akan mendapatkan hukuman." batinnya.
Ia pun beranjak pergi. Saat menuruni tangga, ia berpapasan dengan Joo Seung. Joo Seung melihat ke arah Hyun Woo namun ia tak sadar kalau pria yang berpapasan dengannya adalah Hyun Woo. Sementara Hyun Woo sendiri tidak sadar dirinya berpapasan dengan Joo Seung.
Hyun Woo lantas pulang ke rumahnya. Ia pun tertegun melihat plang nama ayahnya di depan rumah. Matanya pun mulai berkaca. "Ayah, ibu. Aku disini." ucapnya.
Sementara itu Joo Seung dan Ah Ran masih di perjalanan. Ah Ran tampak lemas. Joo Seung menyuruh Ah Ran istirahat di rumahnya, tapi Ah Ran menolak. Ah Ran juga melarang Joo Seung menurunkannya di depan rumah Hyun Woo. Ia takut ada yg melihat mereka nanti. Joo Seung pun menurunkan Ah Ran di pinggiran jalan tak jauh dari rumah Hyun Woo.
"Jangan pikirkan apapun dan istirahatlah." suruh Joo Seung.
Ah Ran pun tersenyum. Ia lalu turun dari mobil Joo Seung. Dengan tubuhnya yang lemas, ia berjalan menuju rumah Hyun Woo. Langkahnya pun terhenti melihat seseorang berdiri di pintu pagar.
"Siapa kau?" tanya sambil mendekati Hyun Woo.
Perlahan Hyun Woo mengenakan maskernya dan... KABUR.
Ah Ran pun kaget, Shin Hyun Woo!
Ah Ran lalu berlari mengejar Hyun Woo. Hyun Woo berlari kencang sambil memegangi kakinya yang masih terasa sakit. Sebuah sepeda nyaris menabrak Hyun Woo. Hyun Woo terus berlari ke jalan. Ia pun nyaris saja ditabrak sebuah mobil. Sebuah taksi pun lewat. Saat Hyun Woo hendak masuk ke taksi, Ah Ran menahannya.
"Siapa kau? Perlihatkan wajahmu!" pinta Ah Ran.
Hyun Woo menghempaskan tangan Ah Ran. Saat itulah, tanpa sengaja Ah Ran mencakar tangan Hyun Woo. Hyun Woo buru2 masuk ke taksi. Begitu taksi berjalan, ia menutupi wajahnya dengan lengannya.
"Aku sangat yakin itu Shin Hyun Woo." ucap Ah Ran sambil menatap kepergian Hyun Woo.
Ah Ran lalu menyetop taksi lain dan berusaha mengejar Hyun Woo. Mereka pun saling berkejar2an di jalanan.
"Tolong cepatlah! Aku akan memberitahumu jalan pintas!" ucap Hyun Woo pada sang supir.
Taksi Hyun Woo dan Ah Ran sama2 melaju kencang di jalanan. Ketika di lampu merah, Hyun Woo berhasil lolos. Taksinya terus melaju beberapa detik sebelum lampu merah menyala. Ah Ran mendengus kesal karena dirinya terjebak di lampu merah. Ia pun menelpon Joo Seung.
"Aku melihat Shin Hyun Woo. Aku tidak bohong! Aku melihat dia di berdiri di depan pintu! Aku akan ke villa sekarang. Aku yakin Hyun Woo sudah sadar." ucap Ah Ran.
Presdir Shin berbicara dengan Seketaris Kang. Ia bertanya siapa yang lebih pantas mengurus perusahaan? Apakah dirinya lebih pantas daripada Ah Ran? Seketaris Kang mengiyakan. Presdir Shin pun berkata lagi kalau Ah Ran tidak akan menusuknya dari belakang.
"Dia bahkan sedang mengandung cucuku. Dia bagian dari keluarga ini sekarang." ucap Presdir.
Tak lama kemudian, Hyun Ji datang membawakan secangkir minuman. Presdir Shin menyuruh Hyun Ji meletakkan dokumen yang diperiksanya tadi ke kamar Ah Ran.
Saat meletakkan dokumen itu atas meja, Hyun Ji tidak sengaja menendang tong sampah Ah Ran. Sampah2 kertas pun berserakan. Ia pun terkejut saat menemukan resep obat diantara sampah2 itu.
"Bukankah wanita hamil tidak boleh minum obat sembarangan?" ucapnya heran.
Ia pun semakin terkejut saat menemukan robekan hasil foto USG.
Ah Ran sudah sampai di villa. Ia heran saat pengawal yang disewanya berkata tidak ada seorang pun yang keluar meninggalkan villa. Yakin kalau yang dilihatnya adalah Hyun Woo, ia pun mengendap2 masuk ke villa. Ia ingin memastikannya sendiri. Betapa kagetnya ia saat membuka pintu, ia menemukan Jae Hee sedang mengurus Hyun Woo.
"Ada apa ini? Jika laki2 itu memang Hyun Woo, dimana topi dan pakaian yang ia kenakan tadi?" batin Ah Ran.
Ah Ran lalu ingat ketika dirinya tidak sengaja mencakar tangan Hyun Woo. Ia pun langsung memeriksa tangan Hyun Woo.
"Apa ini? Ada dia terluka?" tanya Ah Ran menemukan plester di tangan Hyun Woo.
"Dia terluka saat aku memberinya suntikan.' jawab Jae Hee.
Tak percaya dengan Jae Hee, Ah Ran pun membuka plester itu dan terkejut melihat luka cakaran di tangan Hyun Woo. Ah Ran langsung menatap Jae Hee.
"Apa kau yakin? Tidak ada yang kau sembunyikan dariku?" tanya Ah Ran.
"Tentu saja. Aku kan sudah berjanji akan mematuhi perintahmu." jawab Jae Hee gugup.
"Baiklah, aku percaya padamu." ucap Ah Ran.
Ah Ran pun beranjak pergi. Begitu Ah Ran pergi, Jae Hee langsung terduduk lemas. Ah Ran lantas menengok keluar jendela. Yakin Ah Ran sudah pergi, ia pun memberitahu Hyun Woo.
"Terima kasih." ucap Hyun Woo ke Jae Hee.
"Kau tidak akan pergi lagi kan? Aku sangat cemas. Jantungku rasanya seperti melompat2." jawab Jae Hee.
"Maafkan aku karena sudah membuat cemas." ucap Hyun Woo.
Jae Hee lalu memapah Hyun Woo keluar. Tanpa mereka sadari, seseorang mengintip mereka dari balik jendela. Orang itu, AH RAN! Ah Ran terkejut melihat Hyun Woo yang sudah pulih. Ah Ran lantas dikejutkan oleh Joo Seung. Ah Ran pun mengajak Joo Seung mengikuti Hyun Woo.
Jae Hee membawa Hyun Woo ke ruang latihan. Mereka tak sadar, di belakang Ah Ran dan Joo Seung melihat mereka. Tanpa sengaja, Ah Ran dan Joo Seung membuat keributan. Hyun Woo pun kaget. Jae Hee lantas pergi memeriksa keluar.
"Tidak ada siapa2. Hanya ada orang2 yang menjaga pintu gerbang." ucap Jae Hee.
Sementara itu di luar, Joo Seung dan Ah Ran sedang membahas Hyun Woo.
"Apa yang harus kita lakukan? Mereka sudah menipu kita. Aku yakin mereka punya rencana besar." ucap Ah Ran.
"Lalu Suster Yoon tahu rencana ini dan dia merahasiakannya dari kita?" tanya Joo Seung.
"Seharusnya aku memecatnya dari awal saat aku mencurigainya." jawab Ah Ran.
Tanpa sengaja Joo Seung menemukan 'jalan rahasia' yang selama ini digunakan Hyun Woo untuk keluar masuk villa. Mereka terkejut bukan main. Joo Seung tidak menyangka ada jalan rahasia di villa itu. Ia mengaku tidak mengetahui jalan rahasia itu.
"Jangan sampai dia menghubungi keluarganya." ucap Joo Seung.
Joo Seung lalu memberikan alat penyadap pada Ah Ran.
"Aku sengaja membawanya karena takut kalau2 dia sadar. Selama kita bisa mengetahui apa yang terjadi di dalam, kita bisa menyiapkan serangan balasan." ucap Joo Seung.
"Kau benar. Kenapa tidak terpikirkan olehku." jawab Ah Ran.
Ah Ran dan Joo Seung lantas mengendap2 masuk ke kamar Hyun Woo. Joo Seung memasang alat penyadap itu di sisi tempat tidur Hyun Woo.
Sekarang... Joo Seung sudah berada di apartemennya. Ia duduk bersama Ah Ran mendengarkan percakapan Hyun Woo dan Jae Hee.
"Istirahat lah. Akan kumatikan lampunya." ucap Jae Hee.
"Jangan matikan lampunya. Berbaring seperti ini membuatku ingat kecelakaan yang terjadi malam itu. Aku takut." jawab Hyun Woo.
"Aku akan menemanimu sampai kau tertidur. Jangan cemas dan tutuplah matamu." ucap Jae Hee.
Adegan pun berpindah pada Hyun Woo dan Jae Hee.
"Aku sudah melapor pada polisi tentang kecelakaan malam itu. Mereka akan segera memeriksa Joo Ah Ran." ucap Hyun Woo.
"Benarkah?" tanya Jae Hee.
"Aku bilang aku mendengar nama Joo Ah Ran hari itu. Aku yakin dia akan menjadi tersangka. Aku juga pergi ke klub tempat dia bekerja dulu. Aku akan membongkar kejahatannya satu per satu." jawab Hyun Woo.
"Kau melakukannya dengan baik. Lalu kau akan kembali ke rumah mu?" tanya Jae Hee.
"Sebelum kembali ke rumah, ada satu hal yang harus kupastikan. Aku penasaran kenapa wanita itu menginginkan kematianku." jawab Hyun Woo.
Sekarang kita kembali ke Joo Seung dan Ah Ran. Keduanya kaget mendengar kata2 Hyun Woo.
"Hal yang lebih buruk dari yang kita duga. Polisi akan segera menangkapmu." ucap Joo Seung.
"Dia menipu kita. Dia bahkan memiliki CD masa laluku. Orang2 akan segera tahu latar belakangku. Joo Seung-sii, apa yang harus kulakukan" jawab Ah Ran.
Joo Seung lantas memeluk Ah Ran erat2.
"Kita tidak boleh putus asa. Kita sudah tahu rencana Hyun Woo sekarang, jika kita memikirkannya dengan hati2, kita pasti menemukan jalan keluar." ucap Joo Seung.
"Aku takut. Bagaimana kalau polisi menangkapku?" tanya Ah Ran.
Keesokan paginya... Hyun Ji dan Nyonya Jo berniat menjenguk Hyun Woo. Presdir Shin pun melarang istrinya pergi jika istrinya hanya akan menangis. Nyonya Jo pun berkata hal itu tidak akan terulang lagi. Hyun Min juga ingin ikut mengunjungi kakaknya.
Hyun Woo sedang membuat sesuatu. Begitu tahu Jae Hee datang, ia langsung menyembunyikannya dibawah selimut. Jae Hee datang membawakan makanan untuk Hyun Woo. Hyun Woo lalu memberikan hadiah pada Jae Hee. Sebuah boneka kayu.
"Bukankah ini boneka kayu? Aku ingat. Saat aku masih kecil, kau sering membuatkan diriku boneka seperti ini." ucap Jae Hee girang.
Hyun Woo pun tersenyum menatap Jae Hee.
"Tubuhku terasa lebih baik setelah aku tidur. Aku juga dapat melakukan latihan lebih banyak dan lebih banyak makan makanan yang padat." ucap Hyun Woo.
"Itu bagus. Sekarang habiskan sarapanmu. Setelah itu, kita akan pergi ke ruang bawah tanah." jawab Jae Hee.
Bersambung Ke Part 2