Sinopsismu.blogspot.com - Sinopsis Drama Korea Descendants of The Sun Episode 10 Part 1
“Biarkan dia hidup. Lakukan pekerjaanmu sebagai dokter. Jika kita harus membunuh seseorang aku akan melakukan pekerjaanku.”
Gadis itu (Fatima) membujuk Shi Jin untuk membiarkan Argus mati saja sedangkan Mo Yeon masih memikirkan keputusan yang ia ambil.
Mo Yeon melihat Argus yang semakin menderita, ia mengatakan pada Shi Jin kalau Argus harus segera dipindahkan ke tenda karena sudah terlalu banyak mengeluarkan darah.
Shi Jin memberi pilihan untuk Anak Buah Argus, mau menuunkan senjatanya dan memindahkan Argus ke tenda atau membiarkan Argus mati disana. tapi ia merekomendasikan untuk memilih yang kedua.
Tentu saja mereka memindahkan Argus ke tenda. Mo Yeon mencoba mengeluarkan peluru dari perut Argus dan Argusnya sangat kesakitan.
“Apa kau memberiku penghilang rasa sakit?” tanya Argus.
Setelah mengeluarkan peluru, Mo Yeon menjawab, ia lupa,,”Aku bukan dokter yang ahli.”
Good job Mo Yeon..
Di luar, Shi Jin masih saling mengacungkan pistol dengan anak buah Argus yang lain. Dae Young memanggil Shi Jin melalui walkie-talkie.
Argus sudah selesai di perban, ia pun keluar. Argus mengajak anak buahnya untuk pergi dari sana karena tentara Korea yang akan datang bukan tandingan mereka. Ia akan mengajak Fatima juga tapi Mo Yeon menghalanginya.
“Kau tak bisa mengajaknya. Aku mungkin mengeluarkan pelurunya tapi sebaiknya kau ke rumah sakit terlebih dahulu.”
Argus pun mundur,,”Fatima, saat aku bertemu denganmu lagi, Aku janji, kau tak akan mati dengan wajah manismu itu.”
“Jika kau mau lari, larilah secepat yang kau bisa dan pergilah sejauh yang kau bisa. Kebaikanku hanyalah sampai disini.” Ujar Shi Jin.
-= Episode 10 =-
Para tentara Korea datang dan memasukkan anak-anak yang sakit ke Mobil.
Shi Jin mengatakan pada Dae Young kalau Argus keluar dari militer dan sekarang menjadi pedagang senjata Illegal. Sebelumnya ia juga pernah tak sengaja bertemu dengannya di Kota.
“Bagi kita, awal yang baru entah itu tentara bayaran atau penjahat. Ini hanya salah satu dari cerita seseorang yang coba menghasilkan uang setelah meninggalkan Pasukan Khusus.” Lanjut Shi Jin.
Di medicube para dokter dan perawat mulai sibuk mengobati anak-anak yang sakit. Ja Ae kembali mengatakan apa kata orang.
“Orang bilang setelah bencana, campak dan kolera mengikuti. Ternyata bereka benar.”
Dr Sang Hyun menanggapi kalau ia mencetak sejarah saat mengoperasi Presiden Arab, kemudian bencana dan sekarang menghadapi penyakit endemic,,”Sudah kubilnag sebaiknya kita kabur saja waktu itu.”
Ja Ae memelototinya. Lalu Ja Ae mengajak si anak untuk istirahat.
Mo yeon menunjukkan hasil X-Ray anak tersebut, walupun demamnya turun tapi mereka masih belum aman. Dr Sang Hyun bisa mengatasi hal itu, ia menyuruh Mo Yeon untuk membersihkan diri dan ganti baju sana karena penuh darah.
“Bagaimana kau bisa kena darah sebanyak itu?” tanya Dr Sang Hyun.
Mo Yeon mencuci tangannya, ia teringat kata-kata Shi Jin,,”Biarkan dia hidup. Lakukan pekerjaanmu sebagai dokter. Jika kita harus membunuh seseorang aku akan melakukan pekerjaanku.”
Dan teringat kata-kata Argus saat ia mengeluarkan peluru.
“Kau tahu bahwa kau dengan pria yang berbahaya, kan? Kesempatanmu terluka lebih besar saat kau bersama dengan pria bersenjata.”
Min Ji datang, memberitahunya kalau Fatima memaksa mereka untuk mengijinkannya pergi. Ia tidak tahu apa yang harus mereka lakukan.
Mo Yeon memberi makanan dan susu untuk Fatima. Ia menyuruh Fatima makan dulu baru nanti bicara. Fatima menampik gelas yang berisi susu sampai jatuh.
“Kenapa kau tak biarkan saja dia mati?” tuntut Fatima.
Mo Yeon menjawab kalau Fatima bisa menjadi pembunuh jika ia membiarkan Argus mati. Fatima tak bisa membenarkan tindakan Mo Yeon ini, mungkin Mo yeon bisa menhentikannya menjadi pembunuh tapi tidak bisa menghentikannya untuk terbunuh.
“Ada banyak tentara disini. Jadi… kau tak mungkin terbunuh.”
“Tentara. Ah… Kau ingin aku mempercayai mereka? Kau pernah mengalami perang? Kau Pernah melihat tentara dalam perang? Aku pikir tidak. Jadi enyah dari jalanku karena akum au pergi.”
Mo Yeon mendudukkan Fatima kembali, Fatima boleh menyalahkannya semau Fatima tapi yang terpenting Fatima harus makan dulu. Dan Mo Yeon kembali menuangkan susu untuk Fatima serta menyodorkan makanannya.
“Sadarkan dirimu dulu jika kau ingin kabur.”
Ji Soo dan Eun Ji mendengarkan cerita penuh semangat dari dokter yang baru saja kembali dari Urk.
“Lalu kenapa mereka memutuskan untuk tinggal? Kenapa mau tinggal di tempat yang mengerikan begitu?” tanya Eun Ji.
Dokter menjawab kalau mereka mengurungkan keinginannya untuk mendahulukan pasien. Dokter dan yang lain juga merasa agak sedikit menyesal karena pergi duluan.
Hee Eun datang menyela mereka, ia bertanya kenapa Chi Hoon belum kembali padahal namanya ada dalam daftar penumpang pesawat. Dokter menjawab kalau itu karena ada pasien yang harus di transfer Ke Korea makanya Chi Hoon memberikan kursinya.
“Ow… dia Dokter sejati.” Tanggap Ji Soo.
“Apa Anda yakin, itu karena pasien, bukan karena dia selingkuh?” tanya Hee Eun.
Hee Eun sudah putus asa karena Chi Hoon tak mau mengangkat telfonnya. Lalu ia meminta DOkter untuk memikirkannya lagi, apa tak ada yang aneh dengan Chi Hoon?
“Dia agak aneh. Kelihatannya dia dikejar-kejar seseorang.” Kata Dr Sang Hyun di medicube.
Min Ji bertanya, siapa yang mereka bicarakan. Ja Ae menjawab, pasien yang membuat keributan dan mengambil tiket Chi Hoon tapi malah tak naik ke pesawat.
“Daebak.” Balas Min Ji.
“Tapi setidaknya ada satu orang yang menduduki kursi tersebut.” Ujar Dr Sang Hyun.
“SIapa?” tanya Ja Ae.
“jiwaku.” Lalu ia pergi.
Min Ji tetap menyukai Dr Sang Hyun yang suka bercanda. Menurutnya Dr Sng Hyun sangat menyenangkan.
“Perawat Choi!” Protes Ja Ae.
“Apa?”
“Aku juga merasa demikian.” Jawab Ja Ae dengan nada lembut.
Myeong Ju dan Mo Yeon mengepak obat-obatan yang dibutuhnkan untuk anak-anak yang masih ada di Desa Hantu. Mo Yeon menawarkan diri untuk menemani Myeong Ju karena disana masih ada 10 anak.
"Kenapa kau mau ikut? Sersan Mayor Seo yang akan memimpin besok. Ini urusanku. Jangan ikut campur." Jawab Myeong Ju.
Bagi Mo Yeon Myeong Ju konyol, lalu ia bertanya, apa Myeong Ju berangkat pagi. Myeong Ju heran, kenapa Mo Yeon begitu baik padanya, bukankah mereka masih ada perasaan saling benci.
"Mungkin aku lebih murah hati daripada kau. Jaga dirimu baik-baik." Jawab Mo Yeon lalu pergi.
"Sekarang dia bahkan tidak peduli kalau aku jahat padanya." Gumam Myeong Ju.
Dae Young dan Myeong Ju menikmati kencan+tugas mereka.
"Wow. Cuacanya cerah. Dan pria yang duduk di sebelahku juga cerah." Ujar Myeong Ju.
"Apanya yang bagus dari menjalankan tugas ke pelosok dengan seorang tentara?" Tanya Dae Young
Myeong Ju menjawab kalau ia punya standar yang tinggi untuk pria.dae Young tak yakin akan hal itu.
"Kau tidak melihat ke cermin setiap pagi? Kalau tidak, lebih baik kau tunjukkan padaku saja setiap pagi. Aku ingin melihat wajah tampanmu." Balas Myeong Ju.
Dae Young kembali bertanya, Apa Myeong Ju pernah berpikir meninggalkan tentara dan mencari pekerjaan baru?
"Apa kau berbicara tentang aku?"
Dae Young sedang berbicara tentang dirinya sendiri. Myeong Ju tak mengerti.
Dae Young menjawab kalau pekerjaannya berbahaya. Dan mereka sering berpisah.
"Apa kau mengatakan itu karena aku? Apa kau berpikir tentang itu karena aku?" Tanya Myeong Ju.
"Aku berbicara karena kita."
Seharusnya Mo Yeon tersentuh sekarang. Tapi ia baik-baik saja. Ia hanya mencintai Dae Young apa adanya. Tidak masalah baginya mau Dae Young tentara atau bukan. Tidak ada perbedaan.
"Jangan melepas seragammu tanpa persetujuanku, oke?" Pinta Myeong Ju.
Tapi setelah mereka sampai di Desa tak ada seorangpun disana Desanya kosong.
KOMANDO KOMPI TAEBAEK, URK
SHi Jin menemui Komandan Yoon. Komandan menyodorkan foto Argus. Shi Jin harus tahu siapa Argus.
"Dia Argus, tentara utama AS. Dia sekarang penyelundup senjata. Kurasa dia dalam operasi saat kita kehilangan Kapten Kim Jin Seok." Lanjut Komandan.
"Itu benar, pak."
sekelebat bayangan saat Kapten Kim tertembak kembali ke ingatan Shi Jin.
Komandan Yoon menjelaskan kalau CIA membuat permintaan untuk kerjasama dengan mereka melalui Kepala Komite Staf Militer PBB.
Shi Jn bertanya, Apa itu operasi gabungan untuk menghapus perdagangan senjata ilegal?
"Tidak. Operasi ini bukan tentang keadilan. Ini tentang politik." Jawab Komandan Yoon.
Kemudian Anak Buah Komandan menunjukkan foto satu lagi. Foto Kolonel Amang, komandan Urk Utara.
Komandan menjelaskan kalau Mereka ingin melakukan kudeta dan membangun pemerintahan pro-Amerika. Jadi mereka berencana menyediakan Kolonel Amang dengan senjata melalui Argus.
Sementara itu Argus berhasil menyelundupkan sekotak penuh senjata yang diangkut dengan Truk container.
Komandan melanjutkan kalau Delta Force AS melakukan operasi sekarang. Lalu ia menunjukkan satu foto lagi, ia mendengar Shi Jin sudah tahu dia. Itu adalah teman Shi Jin yang gugur dan SHi Jin melayatnya dengan Mo Yeon dulu.
"Sampai operasinya selesai dan selama Argus jadi target kita harus menghindari konflik. Ini adalah permintaan mereka." Komando Komandan.
"Kita tidak akan mengambil tindakan apapun tapi itu adalah misi dasar kita untuk menjaga ketertiban umum." Jawab Shi Jin.
Komandan menegurnya, Ini adalah perintah dari Komandan Pasukan Khusus bukan laporan situasi. Komandan ke sana untuk memberikan perintah ini dan harus kembali dalam 10 menit. Maka ia percayakan ini pada Shi Jin.
"Ini adalah perintahku. Mulai saat ini, pasukan kita tidak akan melakukan intervensi dengan apa pun." Lanjut Komandan.
"Ya, pak."
Dae Young melapor pada Shi Jin bahwa ia menelepon polisi, dan mereka mengatakan kalau anak-anak di Desa Berhantu dipindahkan ke sebuah panti asuhan. Tapi ada sesuatu yang tidak benar.
Shi Jin tak menganggapi Dae Young.
"Mulai saat ini pasukan kita tidak akan terlibat apapun yang berhubungan dengan Argus. Aku baru saja kembali dari Komando Kompi. Yang kuberitahu padamu sekarang bersifat rahasia." jelas Shi Jin.
Lalu Shi Jin ke luar untuk menghirup udara segar, ia duduk-dudu di sana, ia melepaskan ikat pinggangnya yang berisi senjata dan lain sebagainya. Ia menunduk lesu.
Mo Yeon tak sengaja melihatnya, lalu mendekatinya dan menyodorkan minuman yang dibawanya.
"Sepertinya kau butuh gula. Hanya ini yang tersisa, dan aku memberikannya padamu." Ujar Mo Yeon.
Shi Jin menerimanya, ia menawari Mo Yeon untuk berbagi. Tapi Mo Yeon menolak karena Gula membuatnya gemuk.
"Apa yang terjadi dengan anak-anak di Desa Berhantu? Aku belum bertemu Letnan Yoon." Tanya Mo Yeon.
Shi Jin menjawab kalau semua bekerja dengan baik. Pemerintah Urk akan melindungi mereka di fasilitas keperawatan. Mo Yeon senang mendengarnya karena Anak-anak yang di Medicube semakin membaik setelah pengobatan.
"Itu sebabnya kau sibuk. Kau bahkan tidak punya waktu mengikat rambutmu."
Lalu Shi Jin menyuruh Mo Yeon untuk memegang gelasnya sebantar. Mo Yeon curiga karena SHi Jin akan berperilaku aneh setiap kali mintanya memegang sesuatu.
Shi Jin akan mengikatkan rambut Mo Yeon tapi Mo yeon menjauh karena ia belum mencuci rambut hari ini.
"Kenapa? Kau kehabisan air? Aku sudah tahu kau tidak sering mencuci rambutmu."
"Itu bukan aku."
"Kapan aku bisa melihat Mo Yeon yang sebenarnya?
Tapi Shi Jin tetap mengikatkan rambut Mo Yeon. Mo Yeon berkata kalau ia bisa melakukannya sendiri.
"Cinta mendorong kita melakukan hal yang bisa mereka lakukan sendiri." Jawab SHi Jin.
Mo Yeon berjanji akan melakukan sesuatu untuk Shi Jin nanti, ia akan melakukan sesuatu yang bisa Shi Jin lakukan sendiri.
Ja Ae mengabarkan lewat Walkie-Talkie kalau mereka menerima menerima kiriman paket dan obat-obatan dari Korea.
"Bagus! Paket!" Teriak Mo Yeon girang dan langsung berdiri.
Shi Jin menahannya, Apa Mo Yeon barusan meninggalkannya hanya untuk kiriman paket,,"Kau pilih aku atau paket?"
"Tentu saja aku memilih kau." Jawab Mo Yeon tapi ia tetap saja pergi.
Mo Yeon menerima paket dari Ji Soo. Ia mencium paketnya,,"Baunya seperti Korea."
Ja Ae melakukan hal yang sama, tapi ia tak bisa mencium apa yang dimaksud Mo Yeon, lalu Mo Yeon menjelaskan kalau Kotaknya yang berbau seperti Korea. Ja Ae pun tertawa.
Mo Yeon melihat ada paket untuk Dae Young dan ia menawarkan diri untu memberikan itu pada Dae Young.
"Sepertinya paket ini dari saudaranya." Ujar Ja Ae, dan Mo Yeon pergi membawa dua paket.
Lalu Dr sang Hyun masuk, ia menanyakan paketnya. Ja Ae memberikannya. ia bertanya itu dari siapa?
"Dari aku." Jawab Dr Sang Hyun.
lalu Dr Sang Hyun membuka paketnya, isinya adalah sepatu dan ia memberikannya pada Ja Ae, ia yakin ukuran sepatu Ja Ae 240mm. lalu melangkah keluar.
"Dokter Song." Panggil Ja Ae.
"Jangan berterima kasih padaku."
"Ukuran sepatuku 230mm."
Bammm.. Dr Sang Hyun mengatakan Tidak apa-apa, tidak ada yang tahu dan langsung kabur.
Ja Ae menjawab kalau ia tahu. tapi setelah membuka sepatu itu, ia tersenyum.
Mo Yeon memanggil Sersan Mayor Seo yang mendapat kiriman paket dari Shin Ji Young.
"Kau dimana? ofer." Jawab Dae Young Kaget.
Dae Young sedang bersama SHi Jin, mereka memeriksa berkas-berkas. Mo Yeon mengatakan kalau ia ada di Kantin barak. Shi Jin langsung melemparkan berkas-berkas tersebut untuk berlari ke Mo yeon. Dae Young mengikutinya di belakang.
Myeong Ju yang sedang di medicube juga ikutan berlari ke Mo Yeon.
Dae Young dan SHi Jin larinya kenceng buanget, mungkin bisa kali mengalahkan atlit lari.
Mo Yeon mengocok kotak paket Dae Young. Myeong Ju sampai di sana duluan, ia harus memeriksa paket tersebut, Ia membaca pesan di atas kotak paket.
"'Oppa, kau harus kuat' dengan hati merah?'Aku merindukanmu oppa' dengan hati lagi? Dan suara cekikikan?" Myeng Ju tak bisa mempercayai hal ini.
Mo Yeon bertanya, Apa Dae Young punya saudara perempuan?
"Dia anak tunggal!" Bentak Myeong Ju.
"Itu bukan salahku." balas Mo yeon.
lalu Myeong Ju membuka paketnya, dan disana ada surat di dalam surat itu ada foto. Mo Yeoen kaget karena ada foto Si Jin di sana.
"Pada hari aku bertemu Si Jin . Aku akan mengirim kenangan kita." isi suratnya.
"Beraninya mereka. Letnan Yoon. Keluarkan pistolmu." perintah Mo yeon.
Shi Jin dan Dae Young sampai. Shi Jin mengatakan kaleu mereka salah paham.
"Salah paham? Aku memiliki foto kalian berempat tampak sangat manis." Jawab Myeong Ju.
"Aku melihat senyum kalian melalui foto ini." Tambah Mo Yeon.
Shi Jin membantah, ia tidak tersenyum. Memang kelihatannya begitu, tapi tidak. "Iya kan?" sambil menyenggol Dae Young.
"Dia sepupuku. Kau tahu sepupuku Seorang pramugari." Jawab Shi Jin.
"Jadi sepupumu mengirimkan paket tapi kalian berdua berlari kesini?" tanya Mo Yeon.
"Karena mereka berdua bersenang-senang." Jawab Myeong Ju.
Lalu Myeong Ju bertanya, siapa yang seoupunya Dae Young dan menyuruh mereka menjawab sama-sama. yang kiri atau kanan.
Shi Jin menjawab kiri dan dae Young menjawab kanan. lalu mereka mengulangi jawaban lagi, Shi Jin kanan dan Dae Young kiri.
"Aku mengatur kencan buta untuk Kapten Yoo. Tidak lebih dari itu." Jawab Dae Young jujur.
"Apa kau mengkhianati aku?" bisik Shi Jin.
"Iya." Jawab Dae Young.
"Kau pasti masih berhubungan dengan dia sampai sekarang karena dia bisa mengirim ke alamat ini." Tanya Mo yeon.
Mo Yeon meminta dia (tak tahu siapa) untuk mengikutinya keluar.
Dae Young merasa dirinya yang disuruh, maka ia akan keluar. Myeong Ju menghalanginya. jadilah Dae Young menyuruh untuk Shi Jin pergi.
"Aku ingin tinggal di sini." Ujar SHi Jin, namun ia pergi juga.
"Tolong jangan salah paham. Itu semua hanya masa lalu." Pinta Dae Young
Myeong Ju tak percaya, lalu balik bertanya apa paket itu juga dari masa lalu?
"Itu dari Seoul." Jawab Dae Young.
Ada yang mengintip mereka. Trio sersan. kali ini Sersan Im menang taruhan lagi, ia bertaruh kalau Shi Jin dan Dae Young pergi kencan buta waktu itu, makanya Mereka langsung pergi setelah menyapa.
"Astaga. Katanya ayah teman SMA-nya meninggal." Kata Sersan Choi sambil memberikan uang untuk Sersan Im.
"Mereka berdua bahkan tidak sekolah di SMA yang sama." Jelas Sersan Im.
"Mereka berbohong. Mereka berpakaian rapi hari itu. Kupikir itu pesta ulang tahun mereka sendiri." Tambah Sersan Gong.
Kembali ke Dae Young-Myeong Ju. Myeong Ju sekarang mengerti, jadi inilah alasan kenapa dae Young menghindarinya selama ini. ia pikir ayahnya hambatannya.
"Ayah mertua memang hambatannya." Jawab Dae Young.
"Apa kau bilang?"
"Apa yang barusan kukatakan?"
"Lupakan. Sampai sejauh mana?"
"Kami pergi ke Universitas Konkuk."
"Kau pikir itu yang kumaksudkan? Sejauh mana hubungan kalian? Apa kalian sudah melakukan hubungan fisik atau tidak?"
"Tidak. Itu hanya pertemuan biasa. Kami hanya minum teh" Jawab Shi Jin
"Kau jujur sekali." Puji Mo Yeon.
"Terima kasih."
Mo Yeon tahu sekarang, pasti Shi Jin sering minum teh dengan wanita lain. Dulu, Shi Jin tampak begitu bingung ketika ia pergi, yang ia pikir Shi Jin akan terus melajang selamanya, ia benar-benar merasa kasihan pada Shi Jin, tapi tak disangka ternyata Shi Jin punya kekasih.
"Dia bukan kekasihku. Aku dipaksa kesana. Aku kesana karena persahabatan. Aku tidak punya pilihan." Alasan Shi Jin.
"Omong kosong. Kau tampak lebih seperti seseorang yang tidak tahu apa yang harus dilakukan karena kau sangat senang."
Shi Jin membela diri kalau Mo Yeon tidak melihat fotonya dengan teliti. ia punya ekspresi kosong. Ia minum teh dengan ekspresi seperti ini. sambil menunjukkan ekspresi kosongnya.
Myeong Ju tidak percaya. Siapa yang tahu kalau setelah minum teh dae Young mengantar mengantar mereka jalan-jalan?
"Aku tidak melakukannya." Jawab Dae Young.
"Berbohong hanya akan membuat semuanya memburuk."
Dae Young pun mengaku kalau ia melakukannya. tapi bukan dengan mobilnya tapi milik Shi Jin, ia benar-benar tidak bisa mengerti kenapa Shi Jin membawa mobilnya.
"Kau mau aku mempercayainya?" Tanya Mo Yeon.
Tidak, Shi Jin ingin Mo Yeon melupakannya. ia bahkan tidak ingat namanya.
"Oh, kau tidak ingat namanya tetapi tiga suku kata itu (Shin Ji Young) membuatmu berlari?"
"Itu bukan aku."
"Aish..Kau menjengkelkan!"
kemudian seseorang menelfon Mo yeon. Mo Yeon berkata kalau Orang yang menelfon baru saja menyelamatkan hidup SHi Jin. Shi Jin bertanya kesal, siapa dia? apa seorang Pria?
"Kau tidak berhak bertanya begitu. Memangnya kenapa kalau dia pria atu wanita?"
"Jika itu wanita, aku akan membelikan makanan. Jika itu laki-laki, aku akan membelikannya minuman. Aku berutang pada orang ini." Jawab SHi Jin dengan senyum
"Ini direktur Rumah Sakit Haesung!" bentak Mo Yeon. lalu ia menjauh untuk mengangkat telfon.
Shi Jin mengulagi kata-kata Mo Yeon "Ini direktur Rumah Sakit Haesung!" lalu ia tersenyum
Yang menelfon adalah Ji Soo, ia tahu Mo Yeon sudah menerima kirimannya. Tapi, bukankah setidaknya Mo Yeon harus mengucapkan terima kasih. Mo Yeon minta maaf karena ia begitu sibuk, sampai belum sempat membukanya.
"Sibuk apa? Kencan? Aku mendengar kau mencium kapten."
"Bagaimana kau tahu?"
"Bagaimana menurutmu? Semuanya bilang padaku. Dan kalian bertengkar hari ini?"
"Bagaimana kau tahu?"
"Aku hanya menduga."
lalu Ji Soo memberikan ponselnya ke Hee Eun.
"Apa kau berpura-pura bahwa Chi Hun masih hidup padahal dia sudah mati?" Tanya Hee Eun.
Mo Yeon tak percaya, jadi selama ini Chi Hoon belum menelepon. Hee Eun sedih, apa Chi Hoon akan meninggalkan ia dan bayinya?
Mo Yeon memintanya untuk menunggu sebentar. Chi Hoon seharusnya bersama pasien sekarang.
Chi Hoon akan memberikan obat penghilang rasa sakit untuk Min Jae, tapi ditolak.
"Tinggalkan aku. Melihatmu membuatku merasa lebih buruk." Kata Min Jae.
Chi Hoon tetap akan menyuntik, Min Jae menepis tangan Chi Hoon.
"Kubilang tidak. Bagaimana aku tahu kau menyuntikku dengan apa? Kau percaya dengan dirimu sendiri? Kau pasti menyesal aku bisa keluar hidup-hidup. Kau tidak dengar? Enyah. Aku tidak ingin kau suntik."
Chi Hoon menyesal waktu itu telah meninggalkan Min Jae karena ia takut (air matanya mulai keluar dan semakin lama semakin deras). Ia membenarkan perkataan Min Jae. Pada saat itu, ia bukan dokter.
"Aku sangat menyesal meninggalkanmu di sana."
"Kau begitu egois. pa kau mengakui apa yang kau rasakan agar kau dapat meringankan bebanmu?
"Jika itu bisa membantu, aku akan mengakuinya lebih cepat. Aku hanya tidak tahu apa yang harus kulakukan. Katakan padaku. Aku akan melakukan apapun yang kau katakan. Tak peduli seberapa keras aku berpikir...kau satu-satunya orang yang bisa kuajak bicara."
Walupun begitu, Min Jae melarang Chi Hoon meminta bantuannya, karena ia tak mau membantu Chi Hoon sebab Chi Hoon juga tidak membantunya keluar. Ia tidak akan memberikan apapun.
Chi Hoon keluar, ia akan meminta Dr Sang Hyun untuk datang. jadi ia memastikan agar Min Jae menerima suntikan.
Chi Hoon menangis sendirian. Mo Yeon mencari-carinya di walki-talkie tapi Chi Hoon malah mematikan Walkie-talkienya.
kemudian anak dari desa Blecky datang. anak itu memegang kepala Chi Hoon.
"Kau terluka." kata anak itu dalam bahasa Urk.
Chi Hoon memegang tangan anak itu.
"Kapan kau sampai disini? Apa kau di sini sendirian? Kenapa kau selalu sendirian? Itu berbahaya." Jawab Chi Hoon dengan bahasa Korea, dan tangisannya semakin kencang.
Anak itu balik memegang tangan Chi Hoon.
“Kenapa terluka?” tanyanya.
Mo Yeon terus mencari-cari Chi Hoon, tapi tiba-tiba Min Ji memanggil mereka (Mo yeon, Ja Ae dan Dr Sang Hyun) untuk ke tempat penyimpanan obat, ada masalah.
Kunci lemari penyimpanan obat rusak dan berantakan semua. Dr Sang Hyun bertanya Apa yang hilang?
"Semua analgetik narkotik. Semuanya hilang. Kodein, morfin, fentanyl dan antalgin. Semuanya hilang." Jawab Min Ji.
Ja Ae mengatakan kalau Tidak ada orang asing atau pasien yang hilang.
"Kita kehilangan seseorang, meskipun bukan pasien." kata Mo Yeon.
lalu ia berbicara di walkie-talkie menanyakan pada siapapun yang melihat Fatima hari ini.
Fatima membawa sekresek penuh obat. sekarang ia ada di telfon umum. ia menelfon Tommy yang menyuruhnya untuk mencuri semua pil. Merek janjian untuk bertemu dan sebelum menutup telfon, Fatima berkata "I Love You."
Shi Jin mengajak Mo Yeon ke kafe wanita cantik untuk mencari informasi. tapi seperti yang wanita cantik katakan, disana ia tidak menjual informasi dan wanita.
"Hei, tolong bantu kami. Dia baru berusia 15 tahun. Kita perlu menemukannya sebelum orang lain." Bujuk Shi Jin.
akhirnya wanita itu menghubungi seseorang.
Shi Jin dan Mo Yeon sampai di tempat yang dimaksud. Mo Yeon mendengar suara teriakan dan ia langsung berlari menuju sumber suara diikuti Shi Jin.
"Bajingan. Kau bohong padaku?" Tuduh Fatima.
"Tidak, Fatima. Kau yang terlalu percaya padaku." jawab Tommy.
Tommy ingin fatima mengikutinya sebelum ia memukul fatima lebih keras. Fatima malah menggigit tangan Tommy. Tommy akan memukul Fatima.
"Hentikan. Jangan pukul dia." Teriak Mo Yeon.
Teamn-teman Tommy khawatir karena ada tentara datag.
"Jangan khawatir. Kita punya lebih banyak senjata dari dia." Ujar Tommy.
lalu mereka semua mengeluarkan pistol masing-masing.
Mo Yeon refleks mengangkat kedua tangannya.
"Pistol lagi? Kenapa ada banyak pistol di tempat ini?" Tanya Mo Yeon.
"Karena kau berlari tanpa rencana." Jawab Shi Jin.
Mo Yeon beralasan kalau kemungkinan Fatima akan dipukuli maka ia nekat.
"Kerja bagus, Kau menyelamatkannya, tetapi kau mungkin membuat kita tertembak."
Teman Tommy bertanya-tanya apa yang Mo Yeon-SHiJin bicarakan (karena mereka bicara bahasa Korea). Tommy tak peduli dan menyuruh Shi Jin untuk menurunkan senjatanya kalau tidak mau mati.
Mo Yeon bertanya, apa yang ahrus mereka lakukan. SHi Jin tahu satu cara.
"Tujuh pria dengan senjata. Kau ambil yang kanan. Aku ambil yang kiri. Jangan takut."
Mo Yeon memelototi Shi Jin.
lalu Shi Jin mencoba membuat kesepakatan dengan mereka. Ia akan menjatuhkan senjatanya. asalkan mereka membiarakan kedua wanita itu pergi.
"Apa yang kau bicarakan? atuhkan pistolmu, dan gadis itu berlutut, sekarang." Balas Tommy.
Shi Jin pun mundur kembali,
"Sayang sekali. Kupikir dia akan tertipu."
"Apa kau bercanda?"
"Oke, bercandanya selesai. Dengarkan aku baik-baik. Saat aku berteriak "sekarang" keluar dan bawa mobil ke depan gudang. Aku butuh lima menit. Kalau aku tidak keluar pergilah tanpa aku. Itu kesempatan terbaik. Kau mengerti?"
Mo Yeon mengangguk.
shi Jin mulai meletakkan pistolnya pelan-pelan sambil berkata dalam bahasa korea
"Baik. Hati-hati. Aku akan meletakkannya. Disini? Lagipula, aku tidak bisa menggunakan senjataku. Jika aku melakukannya, aku harus mengetik sejuta laporan. Itu sebabnya aku harus meminjam milikmu."
lalu SHi Jin berteriak "SEKARANG". Mo Yeon langsung berlari keluar.
Shi Jin mulai melumpuhkan ke tujuh pria-pria tadi dan setelah berhasil, ie mangajak Fatima untuk keluar, tapi tiba-tiba ada suara tembakan.
dua orang muncul dengan senjata laras panjang.
Di luar sudah lewat 5 menit. Mo Yeon semakin gelisah karena mereka tak kunjung keluar.
“Ah.. lupakan!” lalu ia menjalankan mobil.
Lanjut part 2 ye...