Sinopsismu.com - Sinopsis Drama Korea Descendants of the Sun Episode 7 Part 1
Para prajurit tim Taebaek berusaha menyelamatkan para pekerja proyek energi pembangkit solar yang masih terjebak reruntuhan bangunan. Sersan Choi mencoba memastikan apakah di sana masih ada pekerja proyek yang masih selamat. " apakah ada pekerja yang selamat disini? jika ada, berikan kode dengan ketukan 3 kali"
Kapten Shi Jin juga melihat kedalam reruntuhan, Sersan Choi,”Sepertinya pendapatku salah”. Kapten Choi tak sependapat, dia merasa tempat yang mereka kunjungi sekarang, adalah tempat yang tepat untuk mencari korban selamat. Tak lama anak buah lainnya melaporkan bahwa dia sudah menghentikan gas yang menyembur. Tak lama kepala manajer Jin Young Soo menghampiri kapten Shi Jin, Young Joo,”Bagaimana situasi disana. Disana lebih baik dibanding disini”.
Young Soo mengarahkan anggota unit kesatuan Taebak untuk mengangkat puing reruntuhan di bagian yang lain. Dae Young menanggapi,”Enggak, kita tak bisa. Masih ada banyak batu jatuh yang goyang”. Young Soo meledek Dae Young dan timnya tak bisa dikatakan sebagai regu penyelamat, jika hanya takut pada retuntuhan batu yang masih goyah.
Dae Young menegaskan setelah gempa bumi terjadi, justru gedung yang roboh adalah tempat yang paling berbahaya. Secara luar terlihat baik, namun didalamnya jauh lebih sensitif dari yang dikira, itulah tegas Dae Young. Akhirnya Dae Young memukul salah satu bagian gedung, dan menyebabkan bagian2 reruntuhan yang lain juga turun bergoyang. Dae Young menjelaskan perpindahan bangunan yang lain dapat menyebabkan kerusakan kedua yang jauh lebih besar.
Tak seorang anggota tim tim bernama Im Gwang-Nam (diperankan oleh Ahn Bo-Hyun) melaporkan bahwa dia mendengar ada yang selamat dari alat komunikasi radio yang didengarnya, Gwang Nam,”Ini terdengar lemah, namun saya sangat jelas mendengar sinyal orang yang selamat”. Gwang Nam pun memperdengarkan gelombang radio yang didengarnya kepada Shi Jin.
Shi Jin,”Siapkan endoskopi dan perbesar pandangan di dalam sebisa mungkin yang kamu bisa”. Sementara itu, salah seorang pekerja yang selamat, namun terluka parah berusaha mengetuk dengan batu guna meminta bantuan. Manajer Koo juga ada didalamnya, manajer Koo,”Hey, apa gunanya jadi anak muda seperti kamu tak ada kekuatannya ?”.
Manajer Koo menyuruh anak buahnya untuk mengetuk dengan keras. Sementara anak buah manajer Koo itu sudah tertusuk tombak besi dibagian dada, tepatnya mengenai organ paru2 kanan, dan dia mengeluh kesakitan. Pekerja,”Cepat3x.. Saya enggak bisa bernafas”.
Manajer Koo juga nampaknya sudah mengalami patah tangan bagian kiri. Manajer Koo tak menyangka ada bencana gempa bumi yang menyerang mereka. Manajer Koo hanya meminta anak buahnya untuk menunggu bala bantuan dari tim penyelamat. Tak lama keduanya mendengar seperti ada suara bala bantuan. Manajer Koo,”Siapa itu .?”.
Pekerja lain mendengar ada suara dari manajer Koo. Pekerja,”Manajer, Saya pikir kami ada diatasmu, bertahanlah sedikit lagi”. Pekerja lain itu berteriak meminta bantuan juga karena melihat ada korban yang terluka parah. Diluar lokasi reruntuhan, sersan Gwang Nam tetap menggunakan detektor digital alat penanganan bencananya, untuk mengetahui lokasi pasti korban.
Sementara itu, tim lain menyusun rencana untuk mengeluarkan korban dari reruntuhan. Shi Jin,”Mengangkat beton yang jatuh dan menghalangi sisi pintu masuk adalah poin kuncinya”. Manajer Young Joo,”Ini adalah beton yang kuat buat gedung khusus”. Dae Young,”Membor ketebalan ini akan memakan waktu 3 hari. Kita harus mencari jalan alternatif”.
Manajer Young Soo merasa para tim pasukan Taebak memilih cara yang sulit padahal ada cara yang lebih mudah. Manajer Young Soo,”Saya bilang ayo gunakan mesin”. Dae Young bosan sedikit dengan manajer Young yang banyak ngomel. Dae Young menegaskan masuk kedalam reruntuhan dengan menggunakan peralatan berat, akan berbahaya kepada korban lain karena konstruksi bangunan yang sudah goyah.
Manajer Young lalu menunjuk ke peta dan memperlihatkan jalan masuk lewat kantor di denah gedung reruntuhan. Manajer Young Soo,”Disini, bukannya kalian bilang tidak ada sinyal korban yang selamat. Ayo gunakan metode yang sebisa mungkin tolonglah”. Manajer Young Soo menegaskan ke tim pasukan bahwa ada beberapa dokumen yang penting di dalam kantor itu. Shi Jin marah dengan sikap manajer Young Soo yang lebih mementingkan dokumen daripada nyawa orang.
Manajer Young juga berdebat dengan Shi Jin, Young Soo menegaskan di lokasi proyek ini dia adalah pimpinan tertinggi sebagai Kepala Manajer Proyek Pembangkit Urk. Young Soo,”jadi kalian melakukan apapun yang saya suruh untuk lakukan”. Namun kapten Shi Jin menjelaskan di tempat terjadi bencana yang memiliki kekuasaaan tertinggi adalah kepala tim penyelamat, dan itu adalah Shi Jin sendiri.
Shi Jin,”Bangsat macam apa yang masih membiarkan warga sipil masuk ke tempat penyelamatan ?”. manajer Young Soo marah mendengar sindiran Shi Jin, Gwang Nam menghadang Young Soo, dan menyuruhnya untuk meninggalkan lokasi proyek.
Akhirnya Young Soo dibawa pergi, dan Shi Jin dan Dae Young menyusun rencana untuk menyelamatkan korban. Karena pasukan Taebaek tak bisa masuk lewat bagian atas, Shi Jin ingin membuka jalan menggunakan air bag (kantung udara). Dae Young,”Itu terlalu besar, kantung udara hanya bisa menahan 10 ton”. Shi Jin,”Namun bila kita menggunakan empat poin tekanan dan mengangkatnya dalam waktu yang sama, itu akan mungkin”.
Namun Dae Young memberitahukan bahwa mereka hanya memiliki satu pompa udara, sehingga untuk memberikan pasukan udara ke kantung udara itu secara terus menerus adalah mustahil. Shi Jin,”Gimana jika kita isi sisanya dengan air ?”.
Shi Jin merasa memberikan pasukan air dalam tiga kantung udara secara simultan dapat dilakukan. Namun Dae Young menyanggah, dan menjelaskan kantung udara yang terisi air takkan bisa tahan untuk menahan tekanan dalam waktu yang lama.
Shi Jin menanggapi,”Secepatnya kita bisa mendapat ruang buat tubuh untuk meluncur, kita akan menaruh stan dari dalam dan membiarkannya terbuka sepanjang mungkin”. Dae Young,”Kita akan coba”. Dae Young menyuruh anak buah yang lain bersiap2 karena mereka sudah memutuskan rencananya.
Disisi lain, tim medis RS Haesung juga menangani para korban lainnya, Mo Yeon,”Saya pikir ini perforasi gastrointestinal”. Mo Yeon menyuruh Ja Ae untuk memindahkan pasien kedalam Medi Cube. Namun Jae Ae memberitahukan bahwa mereka tidak memiliki kendaraan untuk mengantarkan pasien.
Tak lama Gi Bum datang dan memberitahukan ada telepon dari dokter lain, yang datang juga ke Medi Cube (ruang perawatan pasien UGD) dengan membawa seorang pasien. Gi Bum,”Mereka bilang bahwa kampung di dekat kota sudah menghilang”.
Tak lama Dokter Daniel berbicara dengan Mo Yeon lewat handy talkie itu, Mo Yeon berterima kasih Daniel sudah selamat. Namun bila Mo Yeon ingin berterima kasih, Daniel meminta ijin untuk bisa menggunakan ruang operasi di Medi Cube. Daniel menjelaskan ada pasien yang mengalami pendarahan hebat, serta retak di bagian tengkorak. Namun Daniel tak bisa menggunakan ruang operasi bila tak ada ijin dari Dr Mo Yeon,
Daniel,”Saya ingin membuka tengkorak di depan ruang oprasi. Over”. Karena tidak memiliki ijin dari wali pasien, Mo Yeon menjelaskan Daniel hal ini bisa dituntut untuk kasus dugaan malpraktik. Lalu Mo Yeon berbicara dengan manajer di ruangan Medi Cube, Mo Yeon,”Apa Kamu akan merawat pasien setelah hanya mendapat persetujuan ? Apa ini Samcheondong ?”. Mo Yeon menyuruh Daniel untuk merawat dengan baik pasien itu sehingga dia bisa hidup untuk menuntut Daniel atas dugaan malpraktik. Shi Jin mendengar percakapan keduanya sambil terseyum.
Di lokasi proyek, tim pasukan Taebak berusaha untuk mengangkat reruntuhan dengan menggunakan kantung udara, yang diisi udara serta air. Tak lama manajer Yung Soo datang dan menghampiri Shi Jin, dia menyindir teknik Shi Jin yang mempercayai kantung udara. Manajer Young Soo meledek semua pasukan yang mengangkat reruntahan gedung itu hanyalah orang bodoh, yang hendak membunuh diri mereka sendiri.
Tak lama reruntuhan itu berhasil diangkat, dan Shi Jin serta Dae Young masuk kedalamnya. Sementara itu, tim pasukan lain juga sudah berhasil membuat jalan masuk di bagian basemen, dan meminta tim bantuan medis untuk menyelamatkan korban. Tim Taebak yang lain berhasil menyelamatkan beberapa korban bencana proyek lainnya.
Para korban proyek yang selamat keluar dari rentuhan gedung berteriak kegirangan melihat teman2 mereka yang lain, Pekerja,”Kita berhasil…”. Di bagian lain, Mo Yeon sudah menanti para pekerja yang keluar dari reruntuhan, Mo Yeon,”Pasien, siapa nama Anda ?”. Pasien,”Park yong man. Saya baik2 saja”.
Pasien itu berbicara menjelaskan teman sesama pekerjanya yakni manajer Koo berada di bagian bawah, namun pasien itu tak tahu lokasinya pasti keberadaan manajer Koo. Tentara lain menjelaskan mereka sedang melakukan kembali visi kedua yakni pencarian korban.
Mo Yeon melihat Shi Jin yang keluar dari reruntuhan sambil membawa tali. Sementara itu, Myeong-Joo juga menangani korban lainnya. Myeong-Joo,”Tekanan darah 60/30. Kondisi mengantuk. Tolong injek IV”.
Myeong-Joo dibantu dengan perawat Min Ji. Tak lama Mo Yeeon datang membawa obat yang dibutuhkan. Myeong-Joo melihat pasiennya mengalami gangguan di bagian bagian perut yakni pendarahan di bagian abdominal.
Tak lama pasien itu kehilangan kesadarannya, sehingga Myeong-Joo menyuruh Min Ji untuk menyuntikkan Epinephrine sebanyak 10 ML. Karena tak kehilangan nyawa pasien, Mo Yeon pun memukul bagian dada pasien agar jantungnya bisa kembali berdetuk.
Akhirnya denyut nadi pasien berhasil kembali. Myeong-Joo memprediksi jantung pasien sempat berhenti berdetuk karena pendarahan di bagian abdominal ini. Myeong-Joo,”Saya ingin melakukan laparotomy. Tolong siapkan untuk memindahkan ke Medi Cube (ruang perawatan pasien UDG)”. Mo Yeon menjelaskan ruang operasoi Medi Cue juga sudah penuh dengan pasiennya. Myeong-Joo menjelaskan untuk membawa pasien, dengan menggunaka helicopter akan memakan waktu kurang lebih 30 menit.
Dengan kondisi itu, pasien kemungkinan akan meninggal dunia. Mo Yeon,”Lalu kita harus melakukannya disini”. Min Ji menjelaskan denyut nadi pasien sudah tidak beraturan. Mo Yeon hendak membedah pasien di lokasi reruntuhan yang dekat dengan matahari, Myeong-Joo,”Kamu gila yah ?. Bisanya kamu mengoperasi tanpa CT Scan”.
Mo Yeon menegaskan karena itu mereka harus melalukan pembedahan terhadap perut pasien. Mo Yeon merasa tak ada cara lain yang bisa digunakan uuntuk menyelamatkan pasien. Myeong-Joo bertanya, “Apa kamu ingin membedah perut pasien di lokasi proyek yang penuh abu semen ?”. Myeong-Joo menjelaskan ada banyak dampak bila dilakukan pembedahan di tempat seperti sekarang seperti septicemia, gagal ginjal, pelekatan ginal, fat embolism, pada pasien. Mo Yeon,”Cepat putuskan. Dia pasienmu”.
Akhirnya Myeong-Joo menyuruh Min Ji untuk menyiapkan pisau bedah, obat Betagen, serta kasa antiseptik sebisa mungkin. Min Ji pun pergi mengambil semuanya. Lalu Mo Yeon meminta bantuan ke Ye Hwa, agar bisa memindahkan pasiennya. Di barak tim medis, Gi Bum memberikan handy talkie kepada Sang Hyun.
Tak lama Min Ji datang dan meminta ke perawat lain untuk diberikan alat bedah serta obat Betagen. Min Ji mendorong Gi Bum untuk segera membawa obat2 yang dibutuhkan buat keperluan operasi. Sementara itu, Chi Hoon juga terjun ke lapangan menyelematkan korban sipil Urk.
Namun warga sipil itu tak ingin menerima suntikan obat anestesi di kakinya. Chi Hoon hendak menjelaskan ke pasien tentang obat yang diberikannya, namun sayang warga sipil itu tak bisa berbicara dalam bahasa Inggris. Chi Hoon menggunakan bahasa isyarat, namun warga itu tetap menolak disuntuk obat anestesi. Warga,”Saya hamil. Obat bius sungguh berbahaya buat bayi” (dalam bahasa Urk). Warga itu memberikan foto janinnya, sehingga Chi Hoon mengerti bahwa warga tadi sedang hamil. Chi Hoon,”Bayi..”.
Warga itu berbicara dalam bahasa Urk, dia tak ingin dibius. Chi Hoon bingung apakah dia bagaimana dia bisa membetulkan tulang yang bengkok dari kaki kiri ibu tersebut tanpa obat bius, Chi Hoon,”ini akan sungguh menyakitkan. Kamu bisa tahan kan Oke ?”. Ibu,”Oke..”. Dalam hitungan yang ketiga, Chi Hooon pun membetulkan pergeseran tulang ibu itu, dan dia merasa begitu kesakitan.
Unit kesatuan Taebak Korsel terus berusaha bahu membahu untuk menyelamatkan para korban gempa di lokasi proyek pembangkit energi solar. Tak lama tim dokter media asing juga datang. Dia datang menghampiri Gi Bum, wartawan,”Hallo, saya martin dari World Times.”. Wartawan asing itu meminta Gi Bum untuk menggambarkan situasi yang terjadi di lokasi bencana. Namun Gi Bum kurang fasih berbahasa Inggris, Gi Bum,”Apa yang harus kukatakan ? Saya seorang tentara!”.
Lalu Gi Bum meminta wartawan itu bertanya ke perawat Ja Ae. Akhirya itu ingin bertanya ke Ja Ae, namun Ja Ae menjawab,”Saya lagi sibuk..”. Tak lama Sang Hyun datang, dan Gi Bum menyuruh wartawan asing itu bertanya ke Sang Hyun. Namun Sang Hyun menjelaskan dia tak mahir dalam bahasa Inggris, sehingga meminta wartawan itu tak bertanya padanya. Tak lama Sang Hyun mendapat panggilan untuk menuju ke Medi Cube. Akhirnya Sang Hyun pergi naik mobil wartawan itu, Sang Hyun,”Saya akan melakukan wawancara bila kamu datang ke RS”.
Gi Bum kagum dengan tingkah Sang Hyun. Tak lama Ja Ae muncul, dan memuji suaminya sebagai seorang dokter yang berguna. Karena handy talkie ada di tangan Gi Bum, dia mendengar tim medis meminta bantuan untuk dibawakan kantung darah golongan AB. Gi Gum,”Prajurit Kim Gi Bum, Saya tipe darah AB”.
Akhirnya Mo Yeon berhasil melakukan pembedahan buat pasien Myeong Joo pendarahan itu dengan dibantu Myeong Joo, Min Ji, Ye Hwa, serta bantuan tranfusi darah Gi Bum. Tak lama kapten Shi Jin datang, dia meminta Mo Yeon untuk mengikutinya karena ada yang terluka. Mo Yeon pun berhasil masuk ke ruaangan manajer Koo terbaring. Mo Yeon memberikan suntikan obat penghilang rasa sakit.
Manajer Goo sudah tak bisa menggerakkan lagi kakinya, dan sudah mati rasa di bagian kakinya. Manajer Koo sedikit bercanda, setelah melihat wajah Mo Yeon dia tak merasa sakit lagi. Mo Yeon pun tersenyum ka manajer Koo. Shi Jin pun menyuruh Mo Yeon untuk melihat pasien yang lain. Mo Yeon memberikan infus terhadap pasien yang terkena tombak besi di paru2nya, Mo Yeon meminta pasien itu untuk jangan bergerak, Mo Yeon,”Kamu beruntung itu melewati jantungmu. Klo banyak gerak itu akan mengena tulang belakangmu”.
Mo Yeon memberikan semangat ke pasien itu bahwa dia takkan mati. Mo Yeon menginginkan tombak besi yang mengena pasien itu segera dipotong, dan membawa tubuh korban ke ruang operasi. Lalu Shi Jin meminta Mo Yeon untuk berdiskusi.
Shi Jin,”Masalahnya adalah kedua sisinya saling berhubungan”. Shi Jin menjelaskan jika mereka mengangkat reruntuhan beton dari sisi manajer Goo, maka tombak besi itu akan terangkat, dan dipastikan akan melukai pekerja yang satu.
Mo Yeon,”Gimana jika kita potong tombak besinya duluan ?”. Jika itu dilakukan Shi Jin menjelaskan, mereka juga akan kehilangan keseimbangan, dan lempingan beton takkan bisa menahan beban, lalu akan mengenai manajer Joo. Dengan kata lain, jika tim menyelamatkan satu sisi, maka sisi yang lain akan meninggal. Shi Jin,”Secara ilmiahnya, tak ada jalan yang lain”.
Shi Jin berdebat dengan Mo Yeon dalam situasi sekarang, mereka harus memiliki skala proritas untuk diselamatkan. Shi Jin menjelaskan dalam segi medis mereka harus memilih pasien yang memiliki kesempatan hidup lebih tinggi. Shi Jin meminta Mo Yeon untuk membuat keputusan. Mo Yeon,”Siapa yang dibunuh keduanya, dan siapa yang diselamatkan ?”. Shi Jin,”Yah, itu yang kamu harus lakukan buat kita sekarang”. Mo Yeon pun berada diantara dua keputusan. Antara manajer Koo atau pekerja itu.
Tim tentara Taebak sudah siap2 untuk melakukan tim penyelamatan dari sisi yang dipilih oleh Mo Yeon dalam 10 menit. Tak lama sersan Bang datang dan meminta keputusan dari Mo Yeon segera, karena mereka sudah tak memiliki waktu lagi. Namun Mo Yeon meminta waktu 10 menit untuk memutuskan. Lalu Shi Jin meminta sersan Bang untuk bekerja sama dengan Mo Yeon.
Tak manajer Young Soo datang dan sedikit meledek kerjaan Shi Jin. Manajer Young Soo meminta Shi Jin untuk menyelamatkan dokumen2 penting di kantornya, namun Shi Jin lebih memilih menolong korban terlebih dahulu.
Manjer Young Soo,”Kamu tahu apa sebenarnya dokumen2 itu ?. Dokumen itu adalah perjanjian bisnis rekonstruksi dengan pemerintah Urk”. Young Joo menjelaskan dia akan dibayar oleh pemerintah Urk, namun disisi lain dia juga sudah melakukan tindakan patriot sebagai warga Korsel. Saat pergi karaoke, Young Soo mengaku selalu menyanyikan lagu kebangsaan Korsel. Young Soo menyindir tugas Shi Jin sebagai tentara yang harus melayani warga sipil sepertinya. Bagi Young Soo perihal mati atau hidup bukanlah masalah.
Shi Jin,”Kebangsaan. Apa kebangsaan. Kehidupan dan keselamatan dari warganya adalah prioritas bangsa”. Shi Jin menegaskan bangsa akan melakukan apapun untuk menyelamatkan warga sipilnya. Bagi Shi Jin, bangsa tidak akan membuatnya menganggap nyawa seorang sipil menjadi tak berarti. Jika memang Young Soo menganggap dokumen itu penting, Shi Jin menyuruh Young Soo untuk menggalinya sendiri.
Young Soo menegaskan Shi Jin sekarang sudah berbuat kesalahan. Tiba2 reruntuhan jatuh, dan Shi Jin langsung melindungi Young Soo, dan reruntuhan beton itu mengenai Shi Jin . Reruntuhan jatuh ke tempat manajer Koo. Tak lama Young Soo melihat ada percikan api korsleting di tempat manajer Koo. Akhirnya Shi Jin menembak reruntuhan beton lain untuk menghentikan api. Lalu Shi Jin menelpon tim lainnya untuk mengecek.
Saat Shi Jin berjalan ada tetesan darah yang jatuh dari tubuhnya. Manajer Young Soo melihat lengan kiri Shi Jin terluka. Ja Ae juga melihat kondisi manajer Koo. Tak lama manajer Koo berbicara dia memiliki seorang anak lelaki dan dua anak perempuan.
Manajer Koo,”Meskipun aku enggak tahu, akan sulit menyelamatkan kami berdua, kan ?”. Mo Yeon tak bisa berkata apap2, manajer Koo,”Enggak apa2”. Manajer Koo sudah bekerja di bagian konstruksi berbagai negara selama 30 tahun, sehingga dia bisa merasakan apa yang terjadi. Manajer Koo,”Saya ngerti intisarinya”.
Mo Yeon berujar mereka akan melakukan yang terbaik. Manajer Koo memandangi langit di tempatnya berbaring. Manajer Koo senang memandangi langit di tempatnya berbaring. Manajer Koo merasa senang sudah bisa mendapatkan uang dan mengirimkannya buat anak2nya sehingga mereka bisa kuliah.
Mo Yeon menitihkan air matanya. Lalu Mo Yeon menghampiri pekerja yang terkena tombak besi di bagian paru2nya. Pekerja itu meminta lagi obat penghilang rasa sakit. Pekerja,”Rasanya sakit seperti orang gila”. Mo Yeon,”Enggak ada lagi obat rasa sakit. Kamu harus dibius buat pembedahanmu nanti”. Mo Yeon menyuruh pekerja itu menggenggam tangannya, Pekerja,”Apa saya akan mati. Tolong selamatkan aku”.
Lanjut part 2 ya