Sinopsista.com - Sinopsis Drama Korea Descendants of The Sun Epsiode 12 Part 2
Jenazah Argus sudah tiba di US.
"Kami sudah menerima hadiahmu, Big Boss. Berkat kau, lebih dari 200 orang harus menulis ribuan halaman laporan lagi." Canda Pimpinan tentara.
Sekarang Shi Jin sadar, apa yang baru saja ia lakukan. Ia minta maaf.
"Tapi, untung saja ini berakhir dalam kertas dan bukannya nyawa yang menghilang. Kau tak perlu meminta maaf pada siapapun."
Shi Jin berterima kasih untuk tak melaporkannya pada hari itu. Berkat pimpinan itu, ia bisa menghindari kekacauan dalam pasukannya.
"Tidak, aku melaporkanmu, kok. Hanya sedikit terlambat."
Shi Jin tersenyum, kemudian ia menatap peti jenazah Argus.
"Dia tampaknya sangat kesepian, tanpa kehormatan dan tanpa negara yang harus dia layani."
Shi Jin mengucapkan sampai jumpa lagi.
"Big Boss. Bahkan jika kita tak pernah bertemu lagi, bertahan hiduplah. Jaga kesehatanmu."
Mo Yeon mengatakan pada Tim medis kalau Pasien akan berangkat pada hari Rabu, dua hari sebelum mereka. Penerbangan kita jatuh pada hari jumat. Jadi, tim relawan RS. Haesung akan dibubarkan pada tengah malam, hari Kamis.
"Jadi, kita akhirnya akan pulang." Kata Min Ji lemas.
"Jujur. Apa tim kita hanya dibubarkan atau dipecat?" Tanya Dr Sang Hyun.
"Kenapa? Kau marah sekarang? Kau tak sabar untuk pulang." Tanya Ja Ae.
Dr Sang Hyun menjawab kalau ia hanya merasa tidak terlalu bersemangat saja. Lalu Dr Sang Hyun bertanya pada yang lainnya, apa cuma ia yang merasa seperti itu.
"Tidak. Aku juga. Rasanya aneh, ya." Jawab Min Ji.
"Aku juga. Sedikit." Jawab Ja Ae.
Lalu Mo Yeon mengajak semua untuk memulai tugas tugas terakhir mereka di Urk.
Pertama mereka mengunjungi Myeong Ju.
"Kau sungguh prajurit sejati. Kau pulih dengan cepat." Ujar Mo yeon.
Myeong Ju menjelaskan, semua itu karena ia masih muda. Mo Yeon lega karena Myeong Ju sudah jadi galak lagi. Myeong Ju cukup istirahat dua hari. Lalu bisa check out.
Myeong Ju mengerti dan sekarang gilirannya untuk mengobati Mo Yeon. Myeong Ju melihat luka di bahu Mo Yeon.
"Kau sudah minum obat, 'kan? Ganti perbannya agar tidak infeksi. Kau tak boleh mandi selama 2 hari."
Myeong Ju baru mengijinkan Mo Yeon pergi sekarang.
Pasien kedua adalah Mr Jin, Mo Yeon memerintahkan untuk menyediakan bubur untuk Mr Jin besok, dan beri Mr Jin sefaleksin.
"Kau sudah keluar dari masa kritis, tapi, kau hampir saja menewaskan banyak orang."
Mo Yeon juga menjelaskan kalau Mr Jin akan dipindahkan ke Korea. dan ia harap Mr Jin mendapat ganjaran atas kesalahannya.
Mr Jin bertanya mengenai berliannya. Mo Yeon menjawab kalau berliannya sudah di serahkan pada pihak Amerika.
"Berlianmu telah hilang. Aku memberitahumu ini agar kau merasa terpuruk." Lanjut Mo Yeon.
Mr Jin menangis.
Selanjutnya mereka mengunjungi Min Jae. Mo Yeon mengatakan bahwa diantara semua pasien, Min Jae lah yang paling sehat. Min Jae bertanya, Apa di Korea dingin, karena ia tak suka dingin.
lalu Gi Beom datang membawa fax untuk Lee Chi Hoon. Mo Yeon menebak kalau itu pasti hasil tes dan akan memberikannya untuk Chi Hoon tapi Min Jae memintanya.
Min Jae memberikan fax-nya ke Chi Hoon di ruang karantina. Chi Hoon mengatakan kalau Min Jae seharusnya tak boleh masuk ke sana.
"Kita semua akan kembali ke Korea. Pasien dan dokternya. Kau pasti senang tak perlu melihatku lagi, 'kan?" Ujar Min Jae
Chi Hoon membaca Fax-nya dan ia girang mengetahui kalau hasil tes nya negatif.
"Apa kau senang tak akan mati?"
Chi Hoon terdiam. Min Jae melanjutkan kalau ia juga senang. Ia bilang kalau ia senang Chi Hoon tak akan mati.
"Terima kasih." Ucap Chi Hoon.
"Jangan berterima kasih padaku. Dan juga jangan meminta maaf. Karena aku tak akan meminta maaf."
Chi Hoon lega sekali..
Ia merayakan kebebasannya ini dengan mencuci muka dengan air segar. Tiba-tiba anak dari desa Blackey ada dibelakangnya.
Chi Hoon jongkok, ia bertanya pada anak itu, Kapan anak itu datang? Apa anak itu berjalan ke sana sendirian lagi?
Anak itu memegang kening Chi Hoon,," Kau sudah baikan sekarang." Dalam bahasa Urk.
"Aku sudah tidak sakit lagi. Aku sudah sehat." Jawab Chi Hoon dalam Bahasa Korea
Lalu Chi Hoon menyuruhnya untuk menunggu sebantar, ada sesuatu yang mau Chi Hoon kasihkan untuknya.
Chi Hoon memberi anak itu sepatu, sepatu ukurannya.
"Ta-da! Pakailah saat kau besar nanti. Ini untukmu. Atau jika kau butuh uang, jual lah. Ingat, hanya ada 50 pasang di dunia."
Anak itu menjawab kalau ia tidak butuh sepatu, ia hanya butuh kambing (Jadi)
"Aku tahu. Aku akan merindukanmu juga. Hei, tapi Blackey adalah nama desa. Siapa nama aslimu?" Tanya Chi Hoon.
"Belikan aku kambing. Aku tak perlu ini, aku membutuhkan kambing. Aku ingin memilihara kambing."
"Jadi... itu namanmu? Ya, 'Jadi'."
Pembicaraan mereka gak nyambung, Chi Hoon malah mengira 'Jadi' itu nama anak itu tanpa tahu kalau 'Jadi' itu adalah kambing. Dan anak itu terus mengatakan agar Chi Hoon membelikannya 'Jadi'.
"Ya, aku mengerti bagaimana perasaanmu. Aku juga senang bisa bertemu denganmu. Aku akan merindukanmu. Jangan memikirkan tentang jasaku. Pikirkan tentang dirimu sendiri. Mengerti?" Dan Chi Hoon memeluknya.
Mo Yeon merenung, ia terus mengingat kejadian Argus dan ditambah lagi, saat SHi Jin bertanya apa ia mau putus?
-= Kilas Balik =-
Saat Mo Yeon melihat Shi Jin membakar foto.
Shi Jin mengingat saat foto itu diambil dan sekarang ia membakarnya. Shi Jin menangis.
Mo Yeon berdiri di belakang Shi Jin.
Shi Jin menatap foto yang setengah terbakar. Ia teringat saat ia menembak mati Argus. Tangisnya semakin menjadi.
Mo Yeon mendekat dan menutup mata Shi Jin dengan tangannya.
"Kau harus... menghapus ini dari kenanganmu juga."
-= Kilas Balik Selesai =-
Shi Jin tak sengaja masuk ke tempat Mo Yeon. Mo yeon menghapus airmatanya dan mendekati Shi Jin.
"Bagaimana dengan secangkir kopi? Tolong buatkan kopi. Aku akan menunggu di luar." Ucap Mo Yeon.
Shi Jin membawa dua cangkir kopi ke luar. Ia mengulurkan satu untuk Mo Yeon. Mo Yeon mendekat, bukan untuk mengambil kopi dari tangan Shi Jin tapi untuk memeluk Shi Jin.
"Aku sudah melakukan tugasku tadi sebelum kau kembali. Aku juga senang, Letnan Yoon bisa pulih dengan cepat. Dan aku mau mengikat rambutku tadi, tapi aku tak punya karet gelang. Aku sudah mencari ke mana-mana, tapi tidak ketemu. Karet gelangnya habis."
Lalu Mo Yeon melepaskan pelukannya tapi ia masih memegang pinggang Shi Jin. Mulai sekarang, ia akan menceritakan hal-hal kecil seperti ini pada Shi Jin. Yang ia maksud, ia akan mencoba untuk bisa bertahan di sisi Shi Jin.
"Jadi, kau juga harus mengatakan apapun padaku. Tapi... berjanjilah satu hal padaku. Izinkan aku untuk khawatir. Karena saat kau berjam-jam tak bersamaku aku tak bisa untuk tidak khawatir. Jadi... saat kau harus tetap mengatakannya bahkan jika itu membuatku khawatir."
Misalnya, saat Shi Jin ingin pergi ke mall, ia akan mengerti, bahwa artinya itu adalah misi yang sulit. Setidaknya saat Shi Jin sedang mempertaruhkan hidupnya, jangan biarkan ia tidak tahu apa-apa.
Shi Jin tersenyum dan mengangguk mengerti. Mo Yeon juga tersenyum dan ia mundur agak menjauh
"Kalau begitu, aku ingin bertanya satu pertanyaan terakhir. Aku atau negara kita? Jawablah dengan bijaksana, karena aku hanya bertanya 1 kali."
"Untuk sekarang, Kang Mo Yeon."
"Untuk sekarang?"
"Bukannya kau hanya akan bertanya satu kali saja?"
"Itu sebelum aku mendengar jawabanmu. Kau akan jawab apa jika aku bertanya lagi?"
"Aku masih akan tetap memilih Kang Mo Yeon."
Mo Yeon cemberut. Sambil menerima cangkir kopi ia bertanya, bagaimana dengan negara mereka. Shi Jin yakin kalau negara tak akan cemburu.
"Pacaran macam apa sih ini? Pria apa yang menganggap negaranya itu sebagai mertuanya?"
Lalu Shi Jin menarik Mo Yeon ke pelukannya, ia tak akan membuat Mo Yeon khawatir lagi, ia berjanji. Mo yeon tersenyum.
"Kau menggemaskan sekali." Tambah Shi Jin.
"Aku tahu, kok." Balas Mo yeon.
Dae Young memeriksa suhu tubuh Myeong Ju. Myeong Ju menarik tangan Dae Young dan menganggemnya, ia berkata kalau ia sudah baikan sekarang. Demanya sudah turun dan nafsu makannya sudah kembali.
"Aku mau makan Samkyetang (sup ayam). Dan Juga Samgyupsal (barbekyu panggang)"
"Kita bisa memakannya di Korea." Jawab Dae Young.
Myeong Ju juga mau Sumek (Soju campur Bir). Kalau dipikir-pikir, Myeong Ju suka segala sesuatu dengan awalan 'S'. Samkyetang, Samgyupsal, Sumek, Seo Dae Young.
"Siinggiata (mengagumkan). Oh.. mengagumkan juga diawali huruf 'S'." Lanjut Myeong Ju.
"Kau juga swindler (penipu)." Tambah Dae Young.
Lalu Myeong Ju melepaskan tanda pengenal Dae Young yang ia pake dan mengalungkannya kembali ke dae Young.
"Saranghae (Aku mencintaimu)." Aku Myeong Ju.
Dae Young dan Shi Jin mau masak Samkyetang. Gi Beom jadi pemandu mereka, tapi Gi Beom jadi kesal sendiri karena mereka gak nurut. Shi Jin baru saja memasukkan kecap ke ayam itu.
"Bukannya ini kurma?" Tanya Shi Jin dengan memegang sesuatu yang bentuknya bulat coklat mirip kurma.
Gi Beom menjelaskan kalau itu tidak bisa dimakan. Dae Young menambahi, ia menunjukkan sendok ukur,,"masukkan ini juga, kayaknya enak."
"Apa kalian bisa keluar saja?" Pinta Gi Beom yang sudah pasrah dengan keduanya.
"Kami menuangkan cinta kami dalam makanan ini." Kata Dae Young.
Dae Young memasukkan ayam yang sudah dibumbui. Shi Jin menyuruhnya untuk menambahkan garam juga. Dan cara Dae Young masukin garam itu lho, sok banget.
Samkyetang pun masak. Dae Young menyajikannya untuk Myeong Ju dan Shi Jin menyajikannya untuk Mo Yeon.
"Wow. Aku jadi terharu." Ujar Myeong Ju
"Kau cocok sekali pakai celemek." Kata Mo Yeon.
"Aku adalah calon suami idaman, 'kan?" Shi Jin menyombong.
"Kami memasak ini untuk kalian, karena kalian sudah banyak menderita. Aku juga tak yakin dengan rasanya, sih." Jelas Dae Young.
setelah mencobanya, Mo yeon dan Myeong Ju puas dengan rasanya. Mereka tahu kalau itu pasti masakan Gi Beom.
Myeong Ju mengatakan kalau ia pernah pergi ke resto Samkyetang dulu. Mo Yeon tahu karena ia melihat Myeong Ju kesana dengan Min Yun Gi Oppa. Myeong Ju membantah, ia tak kesana dengannya, Yun Gi Oppa aja yang mengikutinya katanya mau mengatakan sesuatu.
"Kau masih pikir, aku yang merusak hubungan kalian, 'kan?" Tanya Myeong Ju.
"Memang seperti itu, 'kan? Apa yang dia katakan?"
Myeong Ju menjawab kalau Yun Gi Oppa tak bilang apa-apa. Mo Yeon tak menyangka, jadi Yun Gi Oppa tank mengatakan kalau ia pacarnya.
"Ya, dia bilang, kalian hanya teman belajar." Jawab Myeong Ju
"Hanya teman belajar? Bukan hanya teman, tapi kami pacaran sejak bulan April."
"Dia mengajakku makan saat liburan selesai."
"Yang kumaksud adalah bulan April tahun sebelumnya."
"Sepertinya kau bertepuk sebelah tangan, ya?"
"Tidak, kami memang pacaran."
Kemudian mereka sadar bahwa telah membicarakan masa lalu di depan pacar masing-masing. Mereka pun berhenti dan menatap pacar masing-masing.
"Apa karena si Min Yun Gi ini karena selalu bertengkar?" Tanya dae Young.
"Aku pasti akan begadang karena penasaran dengan pria ini." Lanjut Shi Jin.
Myeong Ju dan Mo Yeon akan menjelaskan kalau keduanya cuma salah paham.
"Kalian marah hanya karena 1 foto kami, tapi, kalian malah pernah pacaran dengan pria lain. Aku jadi marah." AKu SHi Jin.
"Aku akan membunuh pria yang berani mempermainkan wanita cantik." Lanjut Dae Young.
Shi Jin dan Dae Young bangkit dan melepas apron masing-masing, mereka mendiskusikan siapa kemungkianan Yun Gi Oppa tersebut. Mereka membanting apron di meja lalu keluar dengan kesal
"Entah apa reaksiku nanti jika aku melihat pria itu. Menembak ataupun meledakkannya tidak akan pernah cukup." Kata Shi Jin.
Myeong Ju memegang kepalanya bingung, Kegagalan hubungan macam apa ini?
Mo Yeon menyalahkan Myeong Ju yang memulai duluan membahas masalah ini. Myeong Ju juga menyalahkan Mo Yeon yang mulai membahas tentang Min Yun Gi.
"Bukan waktunya membahas itu. Bagaimana kita bisa meyakinkan mereka?" Bentak Mo Yeon.
Mo Yeon tak mengarti, Bagaimana bisa masa lalu terungkap hanya karena makan Samkyetang?
"Tak usah khawatirkan aku, khwatirkan dirimu sendiri." Saran Myeong Ju.
"Kenapa?"
"Aku bisa berpura-pura sangat sakit. Dan sekarat. Aku yakin dia bisa memaafkan masa laluku.
"Aku iri padamu."
Mo Yeon memakai cara yang sama dengan Myeong Ju, ia mendatangi ruangan Shi Jin sambil batuk-batuk keras. Mo Yeon mengatakan kalau ia baik-baik saja cuma sedikit demam. Tapi saat ia menyentuh dahinya reaksinya berlebihan banget. Oh, panasnya.
"Kau pasti jadi khawatir. Tapi, aku baik-baik saja, kok."
Tapi Shi Jin tahu kalau Mo Yeon memang baik-baik saja. Dan pasti Mo Yeon sedang memikirkan Yun Gi Oppa, Si pria hebat Yun Gi.
Mo Yeon meniup poninya, Sepertinya cara ini gagal. Ia mengajak Shi Jin bicara.
"Denganku? Ahh. Kau pernah pacaran dengan Yun Gi, tapi kau ingin bicara denganku?"
"Tidak bisa, ya?"
"Kau pikir, kau bisa?"
"Baiklah. Berhubung kita sedang membahasnya, aku akan menelepon Yun Gi."
"Telepon saja dan lihat apa hasilnya."
"Kau membuatku jadi sangat ingin meneleponnya."
Mo Yeon sudah mendekatkan ponsel ke telinganya. Shi Jin menampiknya seperti waktu itu. waktu mereka baru pertama bertemu. Mo Yeon sudah tahu bakalan jadi kaya gini, sekarang ia lebih sigap. Ia berhasil menangkap ponselnya sebelum ponsel itu jatuh ke tangan Shi Jin.
Mo Yeon meminta Shi Jin untuk mendengar baik-baik apa yang akan ia katakan ini. Shi Jin masih ngambek, Dengarkan apa?
"Di antara semua pria yang ada di bumi, aku paling menyukai Yoo Si Jin. Kami sudah merusak 3 mobil, kami jatuh ke jurang bersama, kami berjuang melawan penyakit bersama-sama, dan aku mendapat luka tembak karena dia juga. Meskipun begitu, aku cinta mati padanya. Dan juga karena dia bukanlah pengecut, dia selalu saja menjadi pria yang terhormat, dan juga selalu tampan setiap saat."
Shi Jin senyam-senyum mendengar penjelasan Mo Yeon itu. lalu Mo Yeon bertanya, apa Shi Jin keberatan?
"Tidak."
Mo Yeon kembali bertanya, ia ingin memberitahukan sesuatu, Shi Jin mau dengar atau gak. Shi Jin duduk di meja, lalu ia manjawab,,
"Aku terlahir untuk mendengarnya."
Mo Yeon inginmenjenguk Fatima besok, ia hanya ingin tahu apa Daniel dan Yi Hwa bisa menjadi wali Fatima. Shi Jin tak setuju karena mereka bisa pindah kapanpun, tapi ada satu orang yang bisa ia percaya. Dan ia yakin Mo Yeon pasti menyukai orang itu.
Selanjutnya mereka ada di restaurant wanita cantik. Shi Jin memintanya menjadi wali
"Kau ingat saat aku bertanya tentang pasar gelap? Anak itu di sana. Kau telah menyelamatkannya." Jeas SHi Jin sambil menunjuk Fatima.
Tahu kalau wanita itu akan jadi walinya, Fatima langsung jadi rajin, ia mengambil lap dan mulai mengelap meja.
Wanita itu bertanya, kenapa Shi Jin memilihnya untuk menjadi wali.
"Aku percaya pada seseorang yang memberiku keberuntungan." Jawab Shi Jin.
Wanita itu setuju. lalu membahas soal kepulangan Shi Jin ke korea. Shi Jin berterimakasih pada wanita itu untuk semuanya.Dan dia menyebut nama wanita itu, namanya Valentine.
"Semoga kau beruntung." Ujar Shi Jin
"Terima kasih."
Dan mereka bersalaman.
Sekarang giliran Mo yeon yang menyampaikan salam perpisahannya untuk Fatima.
"Kau harus menurut padanya. Dia tak sebaik aku. Dan kirimkan aku surat ke alamat yang aku berikan padamu."
"No."
"Kalau begitu, telepon aku saja."
"No."
Mo Yeon kelsal, ia mulai bicara bahasa Korea untuk memarahi Fatima,," Akulah yang membayarkan sekolah, apa aku juga yang harus mengemis padamu? Apa kau bisa sopan sedikit?"
"Hei, lady. baik sedikit lah." Sela Valentine.
Fatima menyampaikan rasa terima kasih untuk segalanya. Ia akan selalu bersyukur. Ia berpesan pada Mo Yeon agar selalu menjaga kesehatan.
"Sepertinya kau akan menjadi orang yang sukses nantinya." Jawab Mo Yeon dalam bahasa Korea.
Lalu ia melanjutkan dengan bahasaInggris, ia akan selalu penasaran apa yang sedang Fatima lakukan. Jadi, ia berharap kalau Fatima tetap menghubunginya.
"Aku hanya ingin kau tahu... Aku serius dengan apa yang aku katakan tadi." Balas Fatima dan Mo Yeon tahu hal itu.
Mo Yeon dan Shi Jin mampir disuatu tempat. Shi Jin bertanya, hal pertama apa yang ingin Mo Yeon lakukan saat kembali nanti. Mo Yeon menjawab kalau ia ingin mandi air panas. Mo Yeon balik bertanya, kalau Shi Jin mau apa?
"Aku ingin melihat itu."
Shi Jin mengajak Mo Yeon untuk nonton. Nonton Film yang tak bisa mereka tonton dulu. Sangat suit bagi mereka untuk menonton Film.
"Baiklah. Kita bisa melakukan kegiatan biasa daripada diculik dan menjadi sandera. Kita bisa menonton film, makan, minum kopi dan pulang ke rumah bersama."
"Dan mengisi air dalam athhup saat kau pulang." Lanjut Shi Jin.
Shi Jin jalan mundur. Mo Yeon menyuruhnya berhenti. Shi Jin menyuruhnya untuk pulang duluan, ia akan nyusul nanti.
"Jangan pergi ke hotel lagi bersama Ketua rumah sakitmu, dan jangan selimgkuh dengan Yun Gi."
"Aku bilang, berhenti."
"Dan juga ini..."
Shi Jin melemparkan batu yang mereka ambil di pantai waktu itu.
"Sekaranglah saat kau lihat apakah mitos itu sungguhan." Ujar SHi Jin.
Shi Jin meminta tangan Mo Yeon untuk menggenggamnya.
"Kau sudah berusaha keras." Kata Shi Jin.
"Kau juga, Kapten."
Lonceng menara berbunyi dan mereka Kiss lagi.
Pemandangan pagi berbeda kali ini. Ada satu orang di grup jogging yang hanya memakai kolor dan ternyata dia adalah Dr Sang Hyun.
Ja Ae terpesona melihatnya.
~ Satu, dua, tiga, empat. Pria Perkasa Banyak di dunia. Tapi, kami... adalah yang tebaik. Tapi, kami lah pria yang terbaik. Kau harus mencintai dengan penuh semangat. ~ Lirik lagu yang dinyanyikan sambil Jogging.
Min Ji: Padahal dia tak suka kita melihat mereka. Sepertinya, dia melakukakannya untukmu (Ja Ae). Dr. Song sungguh pria yang hebat. Kenapa kalian tak jadian saja, sih?
Ja Ae langsung masuk. Min Ji takut salah bicara.
"Kau tak salah ucap, kok. Itu karena dia adalah wanita yang sama hebatnya dengan Dr. Song. Mereka itu sama saja dengan pasangan kekasih anak SMA." Jelas Mo Yeon.
"Apa maksudnya itu?"
"Anak kecil tak perlu tahu."
Saatnya kembali ke korea. Suara sirine terdengar danmereka mengheningkan cipta untuk yang terakhir kalinya.
Mereka mengenang masa-masa tugas mereka di Urk. dan waktu-waktu bersama yang mereka lalui.
Foto bareng dulu.
-= Korea =-
Mo Yeon berangkat ke Rumah Sakit. Ja Ae menyusulnya, mereka membahas mengenai RS yang jauh dari rumah, masih enakan mecicube yang dekat dengan tenda. Mereka juga bisa melihat merpati tiap paginya.
Selanjutnya, Chi Hoon dan Min Ji menyusul.
"Bukannya ini terasa seperti kita masuk kerja pertama kali, ya?" Ujar Chi Hoon.
"Iyakan? Aku juga merasa seperti itu." Jawab Min Ji.
"Aku juga merasa begitu." Jawab Dr Sang Hyun yang sudah menunggu mereka.
Mereka menatap Rumah Sakit Hae Sung.
"Ah...Kita sungguh sudah kembali." Kata Mo Yeon.
****
Dan mereka semua hidup bahagia selamanya...
Gimana kalau akhirnya gini aja. Diakhir episode ini semuanya bahagia,...
Myeong Ju dan Dae Young pasti bersatu karena Ayah Myeong Ju sudah janji akan mengijinkan Dae Young tetap memakai seragamnya jika Myeong Ju sembuh...
Lanjut episode 13