Sinopsista.com - Sinopsis Drama Korea Descendants of The Sun Episode 14 Part 1
Setelah pintu mobil terbuka. Mo Yeon syok.
Sambil mendorong ranjang Shi Jin ke ruangan, Mo Yeon memanggil-manggilnya, menyuruhnya bangun,
"Si Jin. Lihat aku. Please Lihat aku. Apa kau dengar? Kenapa kau lakukan ini padaku? BANGUN!!!!"
Letnan Senior Ahn Jung Joon mendatangi Shi Jin dan Dae Young. keduanya mengambil posisi dan mengacungkan senjata ke Letnan Senior Ahn. Shi Jin bertanya, kenapa Letnan Senior Ahn bisa ada disana?
"Aku tidak bisa mempercayai anggotaku. Kirim aku... kembali ke Korea Utara."
Tiba-tiba mobil hitam datang, peluru keluar dari sana dan mengenai Letnan Senior Ahn. Letnan Senior Ahn pun terjatuh.
Shi Jin dan Dae Young bersembunyi di balik mobil, setiap ada kesempatan mereka balik menembakke arah orang-orang di dalam mobil hitam yang terus menembak.
Letnan Senior Ahn dibawa oleh orang-orang tadi. Shi Jin minta bantuan yang lain. Dae Young juga.
Mereka berhasil memasukkan Letnan Senior Ahn kedalam mobil dan hendak melarikan diri tapi Dae Young dan Shi Jin tidak tinggal diam, mereka mengejar mobil itu.
Jantung Shi Jin berhenti berdetak. Mo Yeon menggunakan alat kejut untuk mengembalikannya, namun tak berfungsi.
"Tidak ada perubahan." Ujar Chi Hoon.
Mo Yeon tak menyerah, ia naik ke ranjang untuk melakukan CPR sambil memohon..
"Kembalilah, kembalilah, aku mohon.."
Shi Jin melangkahi mobil-mobil yang diparkir untuk mengejar mobil hitam. Ia berhasi berdiri di depan mobil, setelah jaraknya tepat ia menembak tabung pemadam kebakaran sehingga isinya berhamburan mengaburkan pandangan. Mobil hilang kendali namun ia tertembak.
Shi Jin terjatuh dan Tim Alpha berlari ke arahnya.
Mo Yeon terus melakukan CPR.
"Kau tidak boleh melakukan ini padaku. Bangunlah! Dasar Jahat!"
Mo Yeon sudah menyerah,
"Ini sangat menyakitkan." Kata Shi Jin.
Chi Hoon mengatakan kalau detak jantung Shi Jin kembali.
Mo Yeon menanyai Shi Jin, apa Shi Jin tahu ini dimana? Apa Shi Jin bisamelihatnya? dapat mendengarnya?
Shi Jin malah bertanya tentang Letnan Senior Ahn, pasien yang tiba bersamanya, apa Letnan Senior Ahn hidup?
"Dia itu siapa? Siapa gerangan dia? Apa sekarang waktunya mengkhawatirkan orang lain? Kau baru saja kembali dari kematian. Jika jantungmu berhenti berdetak sedikit lebih lama, kau bisa mati. Aku tidak akan bisa menyelamatkanmu."
"Wajah cantikmu... masih terlihat sama."
"Dasar Jahat!"
Shi Jin bangun, ia bertanya, dimana pasien yang lain, temannya. walaupun tidak begitu dekat.
Min Ji datang mengabarkan kalau pasien yang datang bersama dengan Shi Jin menyebabkan keributan.
Letnan Senior Ahn menyandera Ja Ae, ia tidak mengijinkan siapapun menyentuhnya. Jika ada yang berani mendekat, ia akan bunuh semuanya.
"Jika Anda tidak menerima penanganan medis. Anda lah yang pertama akan meninggal. Pendarahan Anda terlalu banyak." Jelas Ja Ae.
Shi Jin datang untuk membuat perjanjian, mereka akan menurunkan senjata, jadi Letnan Senior Ahn terima saja penanganan medis.
Letnan Senior Ahn tidak bisa mempercayai dokter Korea Selatan, ia khawatir akan mati di meja operasi. Shi Jin membujuk, gak usah khawatir tentang hal diluar ruang operasi, dokter hanyalah seseorang yang tidak peduli dengan siapa pasiennya.
Letnan Senior Ahn tidak peduli, namun tubuhnya tidak sejalan. Letnan Senior Ahn pingsan karena terlalu baanyak pendarahan. Mo Yeon memerintahkan untuk memindahkan Letnan Senior Ahn ke ruang operasi karena Dr Sang Hyun sudah mengurusnya.
Mo Yeon akan pergi, Shi Jin menahan tangannya. Ia minta sebuah permintaan pada Mo Yeon.
"Pimpinlah operainya!"
Mo Yeon memerintahkan pada yang lain. setelah hasil scan Shi Jin keluar, tahanlah Shi Jin, balut lukanya jika perlu, kerahkan semua kekuatan.
Mo Yeon menepis kasar tangan Shi Jin.
Mo Yeon memimpin operasi Letnan Senior Ahn diasisteni oleh Dr Sang Hyun. Oparasi berjalan lancar, tidak ada kendala lain dan detak jantung pasien juga normal.
Mo Yeon menemukan luka lain yang sudah dijahit, bukan luka bekas peluru. Mo Yeon mengatakan kalau ada sesuatu yang ditanam dibawah luka itu.
Dae Young melapor pada Letnan Park, Ahn Jung Joon kesatuan 11 pasukan khusus Korea Utara, ditugaskan untuk mengawal pejabat tinggi, yang akan diistirahatkan untuk tugas kedua. dan dikejar-kejar oleh orang asing, bukan dari US tapi sepertinya orang Rusia.
yang lain (Anggota NIS) datang setelah mengidentifikasi orang-orang itu, semuanya dari kedutaan besar Matagonian. Orang-orang itu mengatakan kalau Letnan Ahn memalsukan paspor Matagonian karena itu mereka mengejar Letnan AHn.
Orang-orang itu ditahan tapi Anggota NIS khawatir karena pihak mereka tidak punya hak untuk menahan orang-orang itu dengan hukum interasional.
"Kita harus menggali informasi dari Letnan Ahn." Jawab Letnan Park.
Sersan Choi datang, mengabarkan kalau operasi letnan Ahn berjalan lancar.
Shi Jin sudah selesai dioperasi juga. Ia sudah sadar. Mo Yeon datang dan ia bertanya gimana hasil operasi letnan Ahn. Mo Yeon menjawab kalau operasinya berjalan lancar.
"Jangan bicarakan pasien itu. Aku juga punya pasien yang baru saja aku selamatkan. Paien itu tampaknya melupakan pacarmya. Setahuku, dia pacarnya terluka.... melihat cowoknya berlumuran darah ... sekitar 1 jam lalu."
Shi jin haya minta maaf. Mo Yeon tak terima, hanya itu? tak ada penjelasan dan lain-lain?
"Apa kau tak penasaran dengan apa yang aku rasakan? Kau hanya peduli dengan teman itu. Tunggu saja sampai kau sembuh. Aku mungkin akan membunuhmu."
Lalu Mo Yeon memeberikan sesuatu ke Shi Jin. Shi Jin bertanya apa itu.
Mo Yeon belum sempat menjawab karena Latnan Ahn (yang diborgol dengan ranjang) dibawa masuk ke ruangan Shi Jin. Dae Young menjelaskan kalau mereka akan menjaga ruangan itu mulai sekarang, dokter pun tidak diijinkan masuk jika tidak penting.
Dae Young menemui Mo Yeon di luar. Mo Yeon menyerahkan sesuatu, ia pikir itu alasan Shi Jin memintanya untuk memimpin operasi Letnan Ahn.
"Ini dari tubuh Letnant Ahn."
Sebuah cip.
Eun Ji bergosip dengan seorang suster. Suster itu mengatakan kalau pasien tembak salah satunya berasal dari Korea Utara. Eun Ji bertanya, apa mereka boleh merawat orang Korea Utara.
"Tentu saja. Dia kan terluka. Kita sudah bersumpah." Jawab Chi Hoon.
Eun Ji bertanya, apa Shi Jin tak takut. pasien itu kan berdarah-darah dan banyak luka tembaknya, kalau ia sih ogah.
"Aku telah melihat yang lebih buruk di Urk. Aku menyaksikan banyak para tentara dengan pistol dan selalu mengatakan 'hormat, hormat'. Aku juga mendengar bunyi tarikan pelatuk pistol." Chi Hoon memperagakan seperti akan menembak. "'angkat tanganmu. jangan bergerak jika tak mau tertembak.' "
Eun Ji takut dan menyuruh Chi Hoon berhenti mengarang cerita.
Ja Ae datang membawa keranjang. ia ingin menendang Eun Ji yang tak tahu apa-apa tapi sok tahu.
Dr Sang Hyun datang, ia mendengar kejadian disanderanya Ja Ae dan bertanya siapa orang yang menyandera. Ja Ae menjawab kalau orang itu yang diselamatkan Dr sang Hyun tadi. Dr Sang Hyun sedikit menyesal telah menyelamatkannya.
Mo Yeon juga datang. Eun Ji berbicara dengannya mengenai Shi Jin yang terkena luka tembak yang barusan datang dan memakai pakaian hitam-hitam. Eun Ji tak habis pikir, kenapa Mo Yeon bisa berkencan dengan orang seperti Shi Jin?
"Apa sebenarnya pekerjaan pacarmu?"
Mo Yeon menjawab kalau ia juga penasaran, ia juga tak tahu jelas apa pekerjaan pacarnya. Mo Yeon lalu mendapat SMS dari Ketua Han dan ia pergi untuk menemuinya.
Ja Ae bertanya mengenai barang-barang Letnan Ahn yang dibawanya.
Semua pada penasaran dan memegang-megang barang-barang tersebut. Chi Hoon mencoba bolpoin tapi tak nyala.
Dr Sang Hyun akan menunjukkan caranya, yaitu dengan menjilat ujung bolpoin. Andweeeee...
Untung Dae Young datang tepat waktu dan merebut bolpoin itu dari Dr sang Hyun sebelum sempat di jilat. Dae Young berkata kalau ia akan membawa barang-barang itu, lalu ia membisikkan sesuatu ke Dr Sang Hyun kemudian pergi.
Chi Hoon bertanya, apa yang dikatakan Dae Young.
"Dia bilang kalau bolpoin itu sebenarnya adalah racun semprot. Aku hampir saja membunuh diriku sendiri.... barusan."
Dan Dr Sang Hyun pingsan. Ngajak Ja Ae lagi saat jatuh.
Ketua Han marah-marah, kan ada banyak Rumah Sakit kenapa harus Rumah Sakit Hae Sung. Sersan Im minta kerjasama Ketua Han karena ini adalah masalah pemerintahan. Sekretaris menunjukkan surat perintah dari pemerintah, namun Ketua Han malah membentaknya.
Lalu Ketua Han beralih ke Mo Yeon, sebenarnya apa pekerjaan pcar Mo Yeon sampai harus mendapat luka tembak seperti itu dan siapa pria yang bersama Shi Jin itu?
"Ah.. Apa mereka berkelahi? siapa yang menang?"
Mo yeon tersenyum. ia menjawab tidak tahu. Ketua Han menebak pasti Shi Jin yang kalah, ia menyeombong kalau ia juga pandai berkelahi.
Ketua Han menimpakan semua tanggung jawab pada Mo Yeon baik itu sebagai dokter atau wali pasien.
Shi Jin menginterogasi Letnan Ahn dan direkam.
"Alasan apa, kenapa kau masuk ke Korea Selatan? Siapa yang memerintahkanmu? Apapun alasanmu itu, akan menjadi masalah jika kau terus berbaring di sini. Bukannya begitu?"
Letnan Ahn hanya diam saja. Shi Jin melanjutkan pertanyaannya.
"Kapten Ahn Jeong Joon, aku bertanya berdasarkan Perjanjian Jenewa, apakah yang kau cari itu merupakan urusan politik?"
Letnan Park sudah menyerah, tak mungkin Letnant Ahn mau buka mulut.
"Jika kau tak mau bicara, kenapa kau tak tinggal di Utara saja?" Bentak Letnant Park.
Letnant Park bertanya pada Shi Jin, apa Letnat Ahn pernah mengatakan sesuatu. Shi Jin menjawab kalau Letnant Ahn meminta untuk dikirim ke Utara.
"Dia berlarian ke sini hanya untuk meminta dikirim kembali ke Utara? Yang benar saja." Letnat Park tidak percaya.
Latnant Park tak tahu apa alasan Letnant Ahn. Tapi, karena rute resmi Cina atau Rusia telah diblokir, Letnat Park tahu kalau Letnant Ahn memilih rute paling bahaya langsung ke rute Selatan. Suaka Diplomatik adalah satu-satunya cara yang Letnat Ahn pilih.
"Kami akan menyambut dengan baik jika kau jujur pada kami. Buatlah pilihan bijak. Kami akan memberikanmu waktu." Ujar Letnant Park.
Letnant Park ada diruangan kontrol, Dae Young memberinya barang-barang pribadi milik Letnant Ahn. Jika liburan Letnant Ahn hanyalah modus untuk menutupi Black misinya, maka file ini yang akan menjawab.
Dae Young meletakkan cip pemberian Mo Yeon. seorang Anggota NIS mengambilnya, ia akan segera menyelidikinya.
Sersan Choi bertuga untuk mendengarkan ruangan Letnant Ahn yang sampai saat ini masih ayem-ayem saja tak ada kata apun keluar dari Letnant Ahn tapi Shi Jin masih berusaha memancingnya.
"Apa yang dia katakan? Apa dia melakukan negosiasi dengan melibatkan keluarga?" Tanya Letnant Park.
"Sebenarnya, Pak... Dia bilang, bahwa dengan tambahan cuka dan mustard mie-nya akan enak. Mereka sedang membicarakan naengmyeon. Ini adalah resep eksklusif Senior Letnan Ahn." Jawab Sersan Choi.
Letnant Park jelas marah, apa mereka sudah GILA?! Mereka diminta untuk melapor, dan yang diruangan malah asik berbagi resep. Kenapa seorang Kapten bisa ceroboh seperti itu?
Letnant Park mendapat telfon. Ia bingung harus jawab apa nanti. Sementara Dae Young hanya senyam senyum dibelakang.
Letnant Park mendapat teguran karena mereka masih belum mengetahui apa-apa.
Perwakilan Korea Utara baru saja memasuki Seoul.
Kapten Ahn masuk dalam daftar pencarian Interpol sebagai tersangka pembunuhan bukan masalah terorisme. Dua hari yang lalu di Tokyo, Saksi utama untuk kasus yakuza akan bersaksi di pengadilan. Dia ditembak mati oleh seorang penembak jitu dari kejauhan . Penembak itu ditemukan tewas di bangunan tembaknya menembak. Kapten Ahn dicari karena telah membunuh penembak jitu itu.
"Memangnya siapa penembak itu?" Tanya Letnant Park.
Shi Jin melihat foto si penembak jitu, ia menjelaskan kalau penembak jitu adalah seseorang yang mereka kenal. Dia adalah Sersan Rhee Seok Jin. Dia bertugas di batalion yang sama dengan Senior Letnan Ahn. Letnant Ahn membunuh mantan bawahannya yang terlibat dalam pembunuhan yakuza.
"Sepertinya itu adalah misi Letnant Ahn." Lanjut Dae Young.
"Kenapa? Apa kau sudah tahu, chip apa yang ada dalam lengannya?" Tanya Shi Jin.
"Chip itu dilindungi dengan code yang sangat sulit. Akan membutuhkan waktu seminggu. Utara meminta kita menyerahkan Kapten Ahn besok."
"Kita harus mengikuti perintah. Kita tak punya waktu."
"Kau harus membuatnya buka mulut."
Shi Jin menjawa kalau Letnant Ahn tahu sedang diawasi, jadi, Letnant Ahn tak mau bicara.
"Tapi, biasanya si Kapten kita ini akan menggunakan foto keluarganya." Ujar Dae Young.
Shi Jin punya rencana lain, ia butuh bantuan Mo Yeon. Ia juga memerlukan chip-nya, chip yang sedang diselidiki oleh NIS. Tapi mereka tak bisa mencurinya, mereka salah langkah, seharusnya mereka membuat salinannya dulu.
"Apa maksudmu, sesuatu yang seperti ini?"
Dae Young mengeluarkan salinannya. Shi Jin memujinya pintar. Dae Young akan memanggil Mo Yeon sekarang.
Shi Jin sekarang sudah kembali ke ruangannya. Mo Yeon memeriksa Letnant Ahn.
"Pergelangan tangan dan pahamu terdapat potongan tulang yang patah. Kau mendapat 4 luka tembak dan akan meninggalkan bekas. Tapi, yang membuatku khawatir adalah pecahan peluru yang bersarang di tulang belakangmu. Jika kau membiarkannya, itu akan membahayakan sarafmu. Dan bagian bawah tubuhmu akan lumpuh."
Letnant Ahn hanya diam saja. Mo Yeon menjelaskan kalau Ini adalah sebuah keajaiban bahwa Letnant Ahn berhasil selamat. Jadi, jangan sia-siakan hidup.
"Pasien yang disebelahmu juga begitu. Dia adalah pria yang sudah gila." Lanjut Mo Yeon.
lalu Mo Yeon mendekati Shi Jin, ia sebenarnya tak mau membahasnya, tapi, apa SHi Jin ingat tentara saat mereka di Urk dulu?
"Siapa maksudmu?" Tanya Shi Jin.
"Kau pasti tahu, pria yang memarahiku karena mengoperasi VIP. Pria jelek yang telah menghukummu. Dia mendapatangi timku dan memeriksa semua obat-obat kami. Memangnya dia siapa? Beraninya dia memperlakukan kami..."
Shi Jin membungkan mulut Mo Yeon. Letnant Park mendengar semuanya di ruang kontrol.
Shi Jin menulis sesuatu di tangan Mo Yeon,,'Ruangan ini sedang disadap. Jangan menyumpah.'
Mo Yeon panik, bagaimana ini? Shi jin mengkodenya untuk meralat ucapannya.
"Yang aku maksud tadi itu adalah, Apa kau melihatnya? Aku sangat bahagia bisa bertemu dengannya. Aku hampir memeluknya tadi." Kata Mo Yeon
"Dia pasti sudah tahu itu. Dia adalah pria yang hebat."
"Ya, kau benar sekali."
Shi Jin bertanya, bagaimana kabar Ibu Mo Yeon. Mo Yeon awalnya tak mengerti, lalu ia menjawab kalau ibunya sehat, terus membanggakan masakannya dan terus menghabiskan uang.
Shi Jin menunjukkan Mo yeon apa yang ia tulis di kalendar, ia membutuhkan ruangan untuk berbicara dengan Letnant Ahn.
"Maaf karena belum bisa menyapanya. Kita cari hari yang bagus. Kau pilih tempat pertemuan kita." Ujar Shi Jin.
"Harus, ya? Aku tak mau. Ibuku juga pasti tak akan mau."
Shi Jin berjanji tak akan membuat Mo Yeon khawatir. Mo Yeon membalas kalau Shi Jin selalu tak menepati janji.
"Aku mohon padamu." Shi Jin menatap Mo Yeon. Setekah Mo Yeon mengangguk.
"Mulai sekarang, meskipun mabuk, kau tak boleh melupakanku." Ujar Mo Yeon lalu memerintahkan Letnant Ahn untuk ke ruang CT dalam 30 menit lagi karena harus menjalani tes lagi.
"Tolong tepat waktu. Masih banyak pasien lain." Tegas Mo Yeon, dan Shi Jin mengangguk mengerti+lega.
Mo Yeon keluar, ia menghapus tulisan di tangannya. dan tak sengaja bertabrakan dengan Letnant Park.
"Omo. Letnan Kolonel? Kenapa kita bisa bertemu begini? Aku senang bisa bertemu denganmu." Sapa Mo Yeon.
"Anggap saja kau sudah memelukku."
Mo Yeon pura-pura tak mengerti. Letnant Park menjawab kalau mereka selalu saja bertemu saat terjadi masalah nasional.
"Benar juga, sih. Aku permisi dulu." Mo Yeon melarikan diri.