Sinopsista.Com - Sinopsis Drama Korea My Golden Life Episode 3 Part 1
Baca Episode Sebelumnya Sinopsis Drama Korea My Golden Life Episode 2
Sinopsis Drama Korea My Golden Life Episode 3 Part 1
Diruang
tamu, Nyonya No menatap sebuah foto yang berada di atas meja. Nyonya Yang
memberitahu jija Eun Seok adalah yang berada di posisi diantara Ji An dan Ji
Soo dalam foto itu. Nyonya No nampak Shock, dalam hati ia bertanya-tanya apakah
Ji An itu benar-benar putrinya.
Nyonya
Yang terduduk lemas. Nyonya No menuntut penjelasan, kenapa Nyonya Yang malah
mengambil Eun Seok, bukan mengembalikan padanya padahal foto Eun Seok
terpampang di seluruh koran dan televisi.
“Sejak
dahulu, aku amat menginginkan seorang putri. Dahulu aku bahagia bisa punya dua
putri.” Jawab Nyonya Yang lirih.
Flashback…
Nyonya
Yang mengajak kedua putrinya yang kembar identik membeli jepit rambut di pasar.
Ia menyuruh Ji An memilih satu. Saat dirinya tengah asyik memilih-milih
hairpin, salah satu putri kembarnya berlari ke seberang jalan karena melihat
ada anak yang bermain gelembung sabun. Di tengah jalan, sebuah motor melaju
kencang dan menabrak salah satu putri kembar Nyonya Yang. Salah satu putri
kembar Nyonya Yang tewas.
Di
pemakaman putrinya, Nyonya Yang terus menangis. Tuan Seo yang juga terpukul
atas kematian salah satu putrinya, berusaha menguatkan istrinya.
Usai dari
pemakaman, Tuan Seo dan Nyonya Yang menemukan Eun Seok yang menangis sendirian
di tepi jembatan. Nyonya Yang pun langsung merasa putrinya seperti hidup
kembali.
Flashback
end…
“Kami
menemukannya begitu saja. Kami pikir dia ditinggalkan. Aku menanyai polisi soal
laporan anak hilang,tapi mereka bilang tidak ada.Tinggi dan penampilan mereka
sungguh mirip.Dua hari kemudian,kami membawanya ke Dubai.Aku tidak bisa
melaporkan kematiannya,jadi, selama tiga tahun, aku mendoakan dia dalam hati.”
Ucap Nyonya Yang.
Dan
seketika, Nyonya No teringat laporan Seketaris Min soal Keluarga Seo yang
pindah ke Dubai dua hari setelah Eun Seok menghilang.
Nyonya No
pun marah, ia bilang Eun Seok tidak bisa menggantikan anak Nyonya Yang yang
tewas.
Nyonya
Yang tidak terima. Ia balik mempertanyakan kenapa Nyonya No bisa kehilangan Eun
Seok. Nyonya No menangis. Ia berkata, seseorang telah menculik Eun Seok nya.
Nyonya Yang pun penasaran, bagaimana Nyonya No bisa mengetahui mereka lah yang
menemukan Eun Seok.
Nyonya No
tidak menjawab pertanyaan Nyonya Yang, tapi meminta Nyonya Yang memberitahu Ji
An semuanya. Nyonya Yang terdiam. Nyonya No yakin, Ji An akan syok
mengetahuinya jadi lebih baik Nyonya Yang memberitahunya sekarang.
Seketaris
Min menunggu diluar. Tak lama kemudian, Nyonya No keluar dan langsung
memberitahu Seketaris Min siapa Eun Seok. Ternyata, Seketaris Min sudah
menduganya sejak awal kalau Eun Seok adalah Ji An.
“Sekarang
anda mau ke mana?” tanya Seketaris Min.
“Aku harus
menemui Eun Seok.” Jawab Nyonya No.
Nyonya
Yang masih gemetaran sepeninggalan Nyonya No. Tak lama kemudian, Hae Ja keluar
dari kamar mandi sambil ngomel2 karena kloset yg macet. Nyonya Yang terkejut
melihat Hae Ja. Ia lupa kalau tadi Hae Ja nyelonong masuk ke rumahnya sebelum
Nyonya No datang. Dan benar saja, Hae Ja mendengar semuanya.
“Apa yang
akan kau lakukan sekarang? Dia bilang akan membawa Ji An bersamanya.” Ucap Hae
Ja.
Tapi Hae
Ja yg tadinya begitu khawatir, buru2 meralat ucapannya dengan menyuruh Nyonya
Yang membiarkan Ji An dibawa oleh mereka karena mereka orang kaya.
Nyonya
Yang pun langsung menyuruh Hae Ja berhenti bicara. Tapi Hae Ja terus saja
bicara. Kali ini, dia mengkhawatirkan Tae Soo karena Tae Soo lah yang paling
dekat dengan Ji An.
“Eonni,
Jebal! Jebal!” pinta Nyonya Yang sembari berteriak.
Nyonya
Yang lantas menyuruh Hae Ja pergi karena ia ingin sendiri. Namun Hae Ja
bukannya langsung pergi, malah mendesak Nyonya Yang mengambil keputusan segera.
Nyonya Yang pun kembali memohon, ia berkata tidak punya energy untuk bicara
saat ini. Nyonya Yang kemudian pergi dengan tubuh gemetaran.
Di sela2
waktu istirahatnya, pikiran Tae Soo terus tertuju pada Ji An yang akan mencari
pekerjaan paruh waktu. Tae Soo lantas melihat buku rekeningnya, lalu meminjam
ponsel temannya.
Di toko
roti, Ji Soo heran sendiri karena Mr. Sun nya belum juga menghubunginya. Di
tengah kebingungannya, ponselnya tiba-tiba berdering. Ji Soo langsung senang
menatap layar ponselnya, ia yakin si penelpon adalah Mr. Sun nya karena nomor
yang tertera di layar ponselnya tidak dikenal.
Dengan
sedikit gugup, Ji Soo menjawab panggilan yang ia yakini dari Mr. Sun nya. Ia
bahkan juga sedikit melembutkan suaranya. Namun saat mendengar suara si
penelpon, wajahnya langsung berubah kecewa. Itu bukan suara Mr. Sun nya tapi
suara ayahnya.
“Ayah
menghubungimu memakai ponsel orang lain. Jadi, jawab pertanyaan ayah dengan
cepat. Dia mana restoran tempat Ji An bekerja? Apakah di Yeounido?” tanya Tuan
Seo.
Selesai
bicara dengan sang ayah, Ji Soo kembali murung. Kang Nam Goo keluar dan
menyuruh Ji Soo pulang. Ji Soo pun curhat soal dirinya yang sudah memberikan
nomor telepon pada seorang pria, tapi pria itu tidak menghubunginya.
“Pria
bersepeda itu tidak menyukaimu, Ji Soo-ya.” ucap Nam Goo.
Ji Soo pun
terkejut Nam Goo tahu siapa pria yang disukainya. Nam Goo berkata, ia sering
melihat Ji Soo mengejar pria itu. Ji Soo kemudian protes soal ucapan Nam Goo
kalau si Mr. Sun tidak menyukainya. Ji Soo yakin, Mr. Sun nya sangat sibuk
sehingga tidak punya waktu menghubunginya.
“Pria
tidak akan menunda jika mereka ingin menghubungi seorang wanita. Selama mereka
memang tertarik.” Jawab Nam Goo.
Ji Soo
langsung lemas. Setelah itu, mendadak saja, ia menyalahkan Ji An yang sudah
membuatnya gagal menembak Mr. Sun nya.
Woo Hyuk
menegur Woo Hee yg sedikit kurang ramah pada pelanggan. Ia menyuruh Woo Hee
mengucapkan salam pada pelanggan yang baru datang atau hendak pergi. Woo Hyuk
lantas menyuruh Woo Hee latihan. Tiba-tiba saja, Woo Hee teringat pada gadis
yang memberikan nomor ponsel pada Woo Hyuk.
“Gadis
yang memberimu nomor ponselnya. Dia datang ke kafe lagi hari ini.” ucap Woo
Hee.
“Itu bukan
urusanku.” Jawab Woo Hyuk.
“Dia terus
memeriksa ponselnya. Kurasa dia menunggu telepon darimu.” Ucap Woo Hee.
Woo Hyuk
pun terdiam. Ia langsung teringat saat menghapus nomor Ji Soo dari ponselnya
semalam. Woo Hee memuji Ji Soo sebagai gadis yang cantik. Woo Hyuk sebal dan
mengaku benci gadis yang blak-blakan. Woo Hyuk juga berkata, kalau Ji Soo terus
mengikutinya kemana2 selama berbulan2.
“Aku
kasihan kepadanya.” Ucap Woo Hee.
“Noona!”
protes Woo Hyuk.
“Cinta
pertamamu sudah menghubungimu?” tanya Woo Hee.
“Tidak.
Dia tidak membalas pesanku. Ponselnya dimatikan.” Jawab Woo Hyuk.
Woo Hyuk
lantas menghubungi ponsel cinta pertamanya yang tak lain adalah Ji An. Dan ia
terkejut karena ponsel Ji An sudah aktif, tapi sedang sibuk.
Ji An
sendiri lagi bicara sama ayahnya. Sang ayah mengaku ada di Seoul karena harus
mampir ke kantor pusat. Tuan Seo bilang, ia ada di Yeouido. Tuan Seo menanyakan
restoran tempat Ji An bekerja. Setelah Ji An mengatakan kalau restorannya ada
Yeouido juga, Tuan Seo mengajak Ji An makan malam bersama. Belum sempat Ji An
menjawab, Ji An sudah dapat orderan lagi dari boss nya. Tak hanya itu, Ji An
juga dimarahin lagi oleh boss nya.
Tanpa Ji
An sadari, ada yg memperhatikannya dari dalam mobil. Perasaan Nyonya No campur
aduk melihat Ji An dimarahi seperti itu. Antara kesal, sedih dan merasa
bersalah pada Ji An.
Seohyun
yang hendak pergi latihan music terkejut melihat ibunya pulang lebih awal.
Nyonya No yg melihat anaknya masih di rumah juga terkejut. Seohyun beralasan,
gurunya mengatur ulang jadwal latihan paginya. Nyonya No pun menyuruh Seohyun
tetap focus berlatih sebelum akhirnya masuk ke rumah.
Ji Ho
ingin membelikan sepatu untuk Ji An karena melihat sepatu Ji An yang sudah
tidak layak pakai. Ia mengambil sepasang sepatu berwarna hitam yg sangat cantik
dan bertanya pada manajernya berapa harga sepatu itu jika dipotong diskon
pegawai.
“Astaga,
kau baru saja menjelaskan kepada pelanggan bahwa itu produk terbaru. Jangan
bermimpi. Diskon pegawai apanya.” Jawab si manajer.
“Lantas
aku harus membayar penuh?” tanya Ji Ho.
“Kau
sungguh menyedihkan. Kenapa kau ingin membelinya? Apa kau punya pacar?”
“Tidak,
aku tidak akan punya pacar sampai menyelesaikan misiku. Ini untuk kakak
perempuan tertuaku.” Jawab Ji Ho.
Manajer
pun menghela napas setelah mendengar alasan Ji Ho. Ia lantas menunjuk sepatu
yang lain dan memperbolehkan Ji Ho membeli sepatu itu dengan diskon pegawai. Ji
Ho langsung senang.
Nyonya No
akhirnya memasuki kamar Eun Seok yang tidak pernah dimasukinya sejak Eun Seok
menghilang. Ia menutupi pintu kamarnya dengan kain gorden dan menghalangi pintu
dengan meja. Kini, setelah menemukan Eun Seok, ia pun masuk ke kamar itu
setelah bertahun-tahun. Dengan perasaan campur aduk, dia menyuruh Seketaris Min
mengosongkan kamar itu.
Tuan Choi
yang lagi memperingati hari kematian pamannya, dihubungi oleh Seketaris Min.
Seketaris Min menyuruh Tuan Choi pulang lebih awal sesuai permintaan Nyonya No.
Tapi Tuan Choi menolak, meskipun Seketaris Min sudah mengatakan ada hal penting
yang mau dibicarakan Nyonya No. Tuan Choi dengan suara dinginnya, berkata akan
bermalam di tempat itu.
Nyonya No
kesal tahu suaminya akan pulang besok. Seketaris Min menyuruh Nyonya No
menghubungi sendiri Tuan Choi, tapi Nyonya No yang terlanjur kesal menolaknya.
Tuan Seo
menunggu Ji An di depan restoran mewah. Begitu Ji An datang, ia langsung
mengajak Ji An masuk dan mengaku sering makan di tempat itu saat masih
berbisnis dulu. Ji An menolak, ia sadar ayahnya tidak akan bisa mentraktirnya
makan di tempat mahal seperti itu. Ji An lantas mengajak ayahnya pergi.
Ji An dan
Tuan Seo akhirnya makan di pinggir jalan. Ji An nampak tidak berselera. Tuan
Seo pun berkata, kalau seharusnya tadi mereka makan di restoran itu.
Mendengarnya, Ji An langsung makan dan mengatakan makanan disana juga enak.
“Semua
sama saja jika sudah dicerna. Hanya bertahan di mulut selama 10 detik. Aku
tidak mau makan daging hanya demi 10 detik.” Ucap Ji An.
Tuan Seo
lantas menyuruh Ji An membuka mulut, mau menyuapi Ji An samgyeopsal. Ji An yang
entah kenapa merasa canggung menolak suapan sang ayah dan memilih makan
sendiri. Tuan Seo kemudian berkata, ia sudah belajar dari pengalaman bahwa
semua ada masanya.
“Anggap
saja ini belum waktunya untukmu.” Ucap Tuan Seo.
“Bukan
hanya aku yang tidak mendapat pekerjaan itu.” jawab Ji An.
Tuan Seo
lantas menyuruh Ji An berhenti bekerja paruh waktu dan memberikan Ji An uang
untuk liburan. Tuan Seo beralasan ia baru saja mendapat bonus. Namun Ji An
menolak uang pemberian ayahnya. Ia beralasan, terlalu tua untuk menerima uang
dari sang ayah dan menyuruh sang ayah memberikan uang itu pada ibu. Ji An juga
berkata, ia bisa memenuhi kebutuhannya sendiri sejak lama.
“Bukan
berarti ayah tidak bisa memberimu uang.” Protes Tuan Seo.
“Aku akan
menerima niat baik Ayah.” jawab Ji An, lalu mengembalikan amplop itu pada Tuan
Seo.
“Ayah
tidak bisa pulang. Malam ini ayah harus ke Daejeon.” Ucap Tuan Seo karena Ji An
berpikir ia akan pulang.
Tahulah Ji
An kalau ayahnya pulang karena dirinya. Ia kesal ayahnya membuang2 ongkos bis
hanya untuk menghibur dirinya yang gagal dapat pekerjaan itu. Tuan Seo terkejut
karena Ji An berbicara formal kepadanya. Ji An beralasan karena dirinya sudah
dewasa. Tak ingin ditanya2 lagi soal dirinya yang mendadak berbicara formal, Ji
An pun menyuruh ayahnya makan dan minta ayahnya untuk tidak mencemaskan
dirinya.
Ji An
mengantar ayahnya ke stasiun. Begitu sampai di stasiun, Tuan Seo langsung
menyuruh Ji An pulang tapi Ji An gak mau pulang sebelum melihat ayahnya itu
masuk. Setelah melihat ayahnya masuk ke dalam stasiun, Ji An pun mulai berjalan
menjauhi stasiun. Tuan Seo yang belum benar2 masuk, keluar lagi dan melihat Ji
An dari kaca.
Ji An
tiba-tiba saja berbalik, menoleh pada sang ayah. Sang ayah pun langsung
membentuk love sign. Ji An tersenyum dan menyuruh ayahnya pergi. Tuan Seo
mengangguk dan bergegas masuk ke stasiun. Ji An mendekat ke kaca, melihat sang
ayah menuruni tangga menuju stasiun dengan wajah sedih.
Ji Soo
menunggu Ji An di tempat biasa. Begitu Ji An datang, Ji Soo langsung curhat
soal Mr. Sun nya yang masih belum menghubunginya. Ia takut kalau Mr. Sun nya
membencinya. Ji An yang sudah lelah dengan semua masalahnya, pun marah. Ji Soo
heran sendiri kakaknya marah2.
“Sudah
kakak bilang, kakak akan ke sana dan menanyakan alamat tempat kerja Mr. Sun. Jadi, kakak mohon. Bisakah kau menunggu
beberapa hari? Biar kakak mengambil napas dahulu. Beri kakak waktu untuk
memperbaiki diri dahulu.” Pinta Ji An.
Ji An lalu
pergi duluan. Melihat kakaknya marah2, Ji Soo pun seketika teringat obrolannya
dengan Do Kyung, saat ia menemui Do Kyung kemarin.
Flashback…
Do Kyung
terkejut saat Ji Soo menceritakan tentang Ji An yang sudah dipecat. Ji Soo pun
bertanya, apa yang harus mereka lakukan. Do Kyung langsung protes mendengar
kata2 ‘mereka’ yang diucapkan Ji Soo.
“Aku
korban dan kau keluarga pelaku.” Ucap Do Kyung.
“Jika
kakakku tahu aku menyamar sebagai dia, aku akan dihabisi. Karena kini kita
berdua terlibat, kurasa aku bisa bilang seperti itu.” jawab Ji Soo.
Ji Soo
tiba2 punya ide. Ia berjanji akan mengganti rugi begitu mendapatkan gajinya. Do
Kyung tak setuju. Ia yakin, Ji An tidak akan membiarkan Ji Soo melakukannya.
Mendengar kata2 Do Kyung, nyali Ji Soo mulai ciut. Do Kyung lantas berjanji
akan menangani Ji An. Do Kyung bilang akan menangani Ji An seperti orang
dewasa.
Flashback
end…
Nyonya
Yang berbaring di kasurnya dan masih kelihatan resah. Tak lama, terdengar suara
Ji Soo yang mengajaknya nonton drama. Karena Nyonya Yang tidak menjawab,
akhirnya Ji Soo membuka pintu. Tak lama, Ji An pun juga muncul di depan pintu.
“Kalian
pulang bersama?” tanya Nyonya Yang.
“Kami
bertemu dalam perjalanan.” Jawab Ji An.
“Ji Soo,
mandilah. Ji An, kemari.” Suruh Nyonya Yang.
Nyonya
Yang menyuruh Ji An berhenti bekerja di restoran ayam. Ia tak suka melihat Ji
An menghabiskan waktu di depan minyak mendidih di musim panas. Ji An beralasan,
gajinya besar. Tapi Nyonya Yang kekeuh
mau Ji An berhenti. Nyonya Yang juga memberikan uang pada Ji An.
“Kenapa
ibu seperti ini? Lowongan pekerjaan di musim panas tidak stabil. Aku akan
mendaftar pekerjaan lagi di musim gugur.” Jawab Ji An.
“Lantas
beristirahatlah sampai musim gugur.” Suruh Nyonya Yang.
“Aku bisa
mengurus diriku sendiri. Aku melakukannya karena bisa dan sudah seharusnya
begitu.” jawab Ji An.
“Kau mau
membuat ibu kesal? Baumu seperti ayam saat pulang ke rumah tiap malam. Kau
tampak lelah.” Ucap Nyonya Yang.
“Ibu yang
mau membuatku kesal.” Jawab Ji An.
“Berhenti
bekerja di tempat ayam itu. Sulitkah?” tanya Nyonya Yang.
Ji An pun
menghela nafasnya. Helaan nafasnya terdengar berat. Ji An beralasan, dia tahu
betapa kesulitannya keluarga mereka setiap bulan. Ia bahkan juga belum melunasi
biaya kuliahnya dan tidak tahu kapan ia bisa mulai bekerja. Ji An mengaku tidak
bisa berhenti begitu.
“Simpanlah
uang ini. Aku tidak akan bisa membayar biaya hidup untuk sementara.” Ucap Ji
An.
Sepeninggalan
Ji An, Nyonya Yang terlihat menangis.
Paginya,
Do Kyung mengambil kembali kunci mobilnya dari Seketaris Yoo. Ia beralasan mau
menyapa mobilnya. Seketaris Yoo menanyakan soal kerusakan mobil Do Kyung yang
disebabkan Ji An. Do Kyung ingin menunggu beberapa hari lagi. Ia yakin, Ji An
menghubunginya.
“Akan
kuminta dia mengirimkan uangnya ke akunku.” Ucap Seketaris Yoo.
“Tidak.
Suruh saja dia datang ke kantor.” jawab Do Kyung.
Ji An
dipecat dari restoran ayam. Si pemilik beralasan, keponakannya ingin bekerja
disana. Ji An tidak terima dipecat begitu saja. Ia berkata, seharusnya si
pemilik resto ayam memberinya waktu untuk mencari pekerjaan baru.
“Karena itulah
aku memberimu bayaran lebih. Ini untuk semua kerja kerasmu. Aku merasa bersalah
karena membuatmu bekerja begitu keras.” Jawab si pemilik resto.
Tapi Ji An
hanya mau menerima setengah saja dari uang itu.
Sepeninggalan
Ji An, si pemilik resto teringat pertemuannya dengan Nyonya No. Ternyata Nyonya
No lah yang menyuruh si pemilik resto memecat Ji An. Si pemilik resto jelas
heran ada orang yang tidak dikenalnya tiba2 menyuruhnya memecat pegawainya.
Nyonya No beralasan, ia tidak suka melihat si pemilik resto mengasari putrinya.
Nyonya No juga menitipkan sejumlah uang pada si pemilik resto untuk Ji An.
Ji An
kembali mencari lowongan kerja di internet. Ia langsung menghubungi si pemasang
lowongan kerja dan mengatakan akan datang jam sebelas membawa resume nya. Tiba2
saja, perut Ji An berbunyi. Ji An melirik jamnya, sudah jam tiga dan ia belum
makan siang.
Ji An
mampir ke mini market. Semula, ia mau membeli burger. Tapi karena mahal, ia
memilih makanan lain yang harganya cukup murah. Ha Jung tiba2 menghubungi Ji
An. Ha Jung menagih janji Ji An yang mau membayar biaya rumah sakit, juga
meminta uang damai.
“Aku belum
mendapatkan pesangonku.” Jawab Ji An.
“Uang
damainya hanya 5.000 dolar.” Ucap Ha Jung.
Mendengar
kata ‘5.000 dolar’, Ji An langsung teringat Do Kyung. Ji An pun langsung
menutup panggilan Ha Jung dan bergegas menghubungi ponsel Do Kyung.
Do Kyung
sedang unjuk kebolehan bersama teman2nya di arena offroad. Permainan Do Kyung
pun dipuji oleh investor dari Australia. Tak hanya itu, Do Kyung juga dapat
pujian dari temannya. Mereka bilang, berkat Do Kyung kesepakatan mereka dengan
investor asing itu berjalan lancar.
Di sela2
pekerjaan, Ji Tae dan Soo A saling berkomunikasi lewat chat. Soo Ae tanya, jika
Ji Tae mendapatkan nomornya, haruskah ia menikahi Ji Tae.
“Itu
hukuman. Kita memutuskan tidak menikah.” Balas Ji Tae.
Soo A pun
langsung mendengus kesal. Setelah Ji Tae selesai dengan nasabahnya, Soo A
langsung menuju ke meja Ji Tae, tapi keduluan Ji An. Terpaksa lah Soo A duduk
di meja lain. Ia juga menatap Ji An dengan tatapan cemburu.
“Ada apa
kau kemari? Kau bahkan tidak menelepon.” Tanya Ji Tae.
“Aku hanya
kebetulan lewat dan terpikirkan sesuatu yang mau kutanyakan kepadamu.” Jawab Ji
An.
“Ada apa?”
tanya Ji Tae.
“Bisakah
kita meminjam uang lebih melalui pinjaman pegawai?” tanya Ji An.
“Hei,
pinjamannya sudah mencapai maksimum. Pinjamannya mencapai batas saat deposito
sewa kita naik.” Jawab Ji Tae.
“Benar
juga. Aku lupa soal itu. Aku bertanya karena aku membutuhkan dana darurat.”
Ucap Ji An.
Setelah
menanyakan itu, Ji An langsung pergi. Begitu Ji An pergi, Soo A langsung duduk
di depan Ji Tae. Ia ingin tahu siapa Ji An. Ji Tae pun berkata itu adiknya yang
pertama. Pandangan Ji Tae tak lepas dari Ji An. Ia menatap Ji An dengan
pandangan cemas.
Do Kyung
dapat laporan dari karyawannya kalau interpreter untuk acara mereka masuk rumah
sakit. Do Kyung pun menyuruh salah satu dari pelayan yg mengambil tugas itu,
tapi mereka tidak bisa. Tepat saat itu, Ji An menghubunginya. Do Kyung sedikit
kesal karena Ji An baru menghubunginya sekarang dan menanyakan 5.000 dollar nya.
Ji An kebingungan menjawabnya. Tiba2, Do Kyung menanyakan Ji An pernah bekerja
di divisi apa.
“Di tim
penjualan dan pemasaran Bisnis Global.” Jawab Ji An.
“Kau pasti
bisa berbahasa Inggris. Bisa berbahasa Jepang? Sekarang juga, kenakan pakaian
rapi dan datanglah ke Yangpyeong. Kau akan dibayar mahal.” Ucap Do Kyung.
Ji An pun
langsung pulang untuk mengganti pakaiannya. Ia bahkan tidak mendengarkan
omongan ibunya yang meminta dia berhenti kerja. Hati Nyonya Yang pun semakin
teriris setelah melihat kaos Ji An yang terkena noda minyak saat menggoreng
ayam.
Baca Episode Selanjutnya Sinopsis Drama Korea My Golden Life Episode 3 Part 2